Kurikulum Holistik Berbasis Karakter

Tags

Kurikulum Holistik Berbasis Karakter

Pendidikan holistik berbasis karakter merupakan model pendidikan bidang Character Building (pembangunan karakter) yang mempunyai visi membangun bangsa berkarakter melalui pengkajian dan pengembangan pendidikan holistik dengan fokus menanamkan 9 pilar karakter.



Kurikulum Holistik Berbasis Karakter

Nilai-nilai luhur universal yang terangkum dalam 9 pilar Kurikulum Holistik Berbasis Karakter tersebut adalah,
  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence, loyalty) 
  2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness)  
  3. Kejujuran/amanah dan arif (trustworthines, honesty, and tactful)  
  4. Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience)  
  5. Dermawan, suka menolong dan gotong-royong/kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)  
  6. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm)  
  7. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership)  
  8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty)  
  9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity).
Menurut Prof. Suyatno, kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja.

Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan.

Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasaNsudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter siswa.

Kurikulum yang digunakan dalam model pendidikan ini adalah kurikulum holistik berbasis karakter, yaitu kurikulum terpadu yang “menyentuh” semua aspek kebutuhan anak. Sebuah kurikulum yang terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual. 

Bidang-bidang pengembangan mata pelajaran yang ada dikembangkan dalam konsep pendidikan kecakapan hidup yang terkait dengan pendidikan personal dan sosial, pengembangan berpikir/kognitif, pengembangan karakter dan pengembangan persepsi motorik juga dapat teranyam dengan baik apabila materi ajarnya dirancang melalui pembelajaran yang terpadu dan menyeluruh (holistik).

Pembelajaran holistik terjadi apabila kurikulum dapat menampilkan tema yang mendorong terjadinya eksplorasi atau kejadiankejadian secara autentik dan alamiah. Dengan munculnya tema atau kejadian yang alami ini akan terjadi suatu proses pembelajaran yang bermakna dan materi yang dirancang akan saling terkait dengan berbagai bidang pengembangan yang ada dalam kurikulum.

Pembelajaran holistik berlandaskan pada pendekatan inquiry di mana siswa dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi dan berbagi gagasan. Siswa didorong untuk berkolaborasi bersama teman-temannya dan belajar dengan “cara” mereka sendiri. Siswa diberdayakan sebagai si pembelajar dan mampu mengejar kebutuhan belajar mereka melalui tema-tema yang dirancang.

Sebuah pembelajaran yang holistik hanya dapat dilakukan dengan baik apabila pembelajaran yang akan dilakukan alami-natural-nyata dekat dengan diri anak, dan guru-guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan kreativitas dan bahan-bahan/sumber yang kaya serta pengalaman guru dalam membuat model-model yang tematis juga sangat menentukan kebermaknaan pembelajaran.

Kurikulum holistik berbasis 9 pilar karakter akan membantu seluruh pendidik dalam menerapkan pedidikan karakter sepanjang tahun ajaran, yang diintegrasikan dalam seluruh disiplin ilmu. Implementasi Pendidikan Holistik Berbasis Karakter menggunakan metode Pendidikan 9 Pilar Karakter. Masing-masing tema pilar terdiri dari berbagai macam contoh kegiatan praktis bagi para pendidik yang terfokus pada metode: knowing the good, feeling and loving the good and acting the good.

Di samping pencapaian 9 pilar karakter di atas, dalam kurikulum pendidikan holistik berbasis karakter juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak.

Metode yang digunakan disebut sebagai refleksi rutin atau apperception. Pemberian waktu khusus untuk refleksi memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuannya, kecintaannya dan bagaimana seharusnya mereka bertindak sesuai pilar.

Demikianlah artikel yang berjudul kurikulum holistik berbasis karakter. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon