Contoh Makalah - Sejarah dan Keagamaan Mesir Kuno

Tags

TUGAS KELOMPOK
“SEJARAH DAN KEAGAMAAN MESIR KUNO”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Afrika
Dosen Pengampu Dra.Ratna Dewi,M.Pd.


Sejarah dan Keagamaan Mesir Kuno

Disusun oleh:
Kelompok:4 

NAMA NPM
EGIE FERLANDO 13220022
RIKI SYAMSUDIN 13220036
HASAN BISRI 13220025
MANAWIR SAZALI 10221142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum  Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas terselesaikan nya makalah dengan judul “sejarah dan keagamaan mesir kuno”, dan tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada mereka yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada sumber – sumber yang telah membantu saya  dalam penyusunan isi makalah ini. 

Makalah ini saya buat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh dosen saya dalam mata kuliah Sejarah Afrika dan untuk menyempurnakan nilai saya dalam menyelesaikan matakuliah ini.

Saya berharap makalah yang telah saya selesaikan ini dapat bermanfaat bagi orang – orang yang telah membacanya, sehingga bagi setiap orang yang membacanya dapat menambah pengetahuan tentang sejarah dan keagamaan mesir kuno.

Dari penyusunan makalah ini, saya mengetahui bahwa makalah ini masih belum sempurna  dan masih terdapat kekurangan, saya berharap bagi setiap pembaca dapat membantu saya dalam mengevaluasi makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.


Metro,.........

Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 
DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah

BAB II  PEMBAHASAN
2.1 awal sejarah mesir kuno
2.2 erkembangan Polytheisme Mesir Kuno
2.3 Peran Dewa Ptah, Ra, Amon dan Osiris terhadap Mesir Kuno
2.4 Tentang Tempel, Upacara dan Pendeta pada mesir kuno
2.5 Kepercayaan tentang Kematian pada mesir kuno
2.6 Tentang paham Atonisme

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peradaban Mesir Kuno bertambah maju setelah terpecahnya huruf herogliph. Ilmu mulai berkembang berkat jasa bangsawan-seniman Perancis Vivant Donon, merupakan salah seorang dari 175 ekspert yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte dalam ekspedisi ke Mesir pada tahun 1798. 

Setelah itu pencarian sumber sejarah dilakukan dengan cara yang lebih seksama dengan berbagai metode ilmiah. Tercatat tokoh-tokoh Egyptoloog antara lain dari Inggris antara lain W. M. F Petrie, J. H Breasted, A. E. W Budge, H. Carter; dari Perancis antara lain G. C. C  Maspere, A. Mariette; dari Jerman antara lain A. Erman, R. Lepsius; dari Amerika antara lain Th. M. Davies; dari Italia antara lain Berzoni. Hasilnya adalah ditemukannya makam pharaoh Tutan Khamon hampir dalam keadaan utuh pada bulan November 1922 oleh Hovard Carter dan Lord Carnarvon.

B. Rumusan masalah

1. Baagaimana awal sejarah mesir kuno?
2. Bagaimana perkembangan Polytheisme Mesir Kuno
3. Bagaimana peran Dewa Ptah, Ra, Amon dan Osiris terhadap Mesir Kuno?
4. Jelaskan tentang Tempel, Upacara dan Pendeta pada mesir kuno?
5. Bagimana Kepercayaan tentang Kematian pada mesir kuno?
6. Jelaskan tentang paham Atonisme?

C. Tujuan makalah

1. Menambah pemahaman mahasiswa tentang srjarah dan keagamaan mesir kuno.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah Afrika


BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH MESIR KUNO

Orang yang pertama kali mengemukakan periodisasi sejarah Mesir Kuno adalah Manetho, seorang pendeta Mesir dari Sabennytos. Pembabakan paling umum yang dipegunakan adalah periodisasi yang bersifat Eropa Sentris. Selain mempunyai irama yang mirip sejarah Eropa dengan tanda-tanda klasik, feodalisme-imperialisme dalam periode-periode utamanya benar-benar berbau Eropa. Ada 3 periode besar dalam sejarah Eropa yang dikemukakan oleh Givanni Boccaccio yaitu:
1. Jaman Kuno “ Ancient”
2. Jaman Tengah “Middle”
3. Jaman Baru “ New”

Disamping 3 periode utama tersebut masih ada beberapa periode peralihan yang terkadang lamanya mencapai beberapa abad dan terdiri dari banyak dinasti. Masa peralihan tersebut dinamakan Intermediate Period. Antara Old Kingdom dengan Middle Kingdom disebut First Intermediate Period, sedangkam antara Middle Kingdom dengan New Kingdom disebut Second Intermediate Period.

Pembabakan lainnya dikemukakan oleh Prof J. H Breated dengan criteria ibukota. Ibukota Mesir selalu berpindah-pindah sesuai dengan turun naiknya suatu dinasti. Kota-kota yang pernahmenjadi pusat pemerintahanantara lain Buto, Nekheb, Memphis, Thebe, Hercleopolis, Tel el Amerna, Sais, Sabennytas, Alexandria dan lain-lain. Hanya ibukota yang mempunyai pengaruh dan peranan yang besar dalam perkembangan peradaban lembah Nil yang diambil dalam penyusunan periodesasi dalam sejarah Mesir kuno oleh Breated. Memphis, Thebe dan Tel el Amarna yang memenuhi syarat. Maka disusunlah suatu periodisasi yaitu:

1. Jaman Mempis

Bila disejajarkan dengan periodisasi eropa Sentris dapat disamakan dengan jaman Old Kingdom, dimana kota Memphis menjadi pusat kegiatan kulturil Mesir Kuno. Masa ini merupakan abad klasik

2. Jaman Thebe

a. Ini disejajarkan dengan periode Middle kingdom dimana kota Thebe menjadi pusat kerajaan dengan susunan masyarakat yang feodalistis.
b. Untuk kedua kalinya Thebe menjadi pusat pemerintahan. Kedudukan Thebe jauh lebih besar dan penting yaitu sebagai pusat imperium Mesir dengan daerah kekuasaan yang sangat luas. Ini disesajarkan dengan periode New Kingdom

3. Jaman Tel el Amarna

Periode ini bukan kelanjutan dari periode sebelumnya. Posisinya masih dalam periode New Kingdom. Masa pemerintahan “The Meretic Pharaoh”, Akhnaton dari dinasti XVIII. Breated merasa perlu memasukan ke dalam suatu periode tersendiri , mengingat adanya banyak kelainan jika disbanding dengan masa-masa sebelumnya maupun sesudahnya yang meliputi berbagai bidang terutama keagamaan dan kesenian.

1. Jaman Pradinasti

Peradaban Mesir Kuno berlangsung di sekitar Sungai Nil berbatasan dengan padang pasir Arabia di sebelah timur, padang pasir Lyhya di sebelah barat, Laut Tengah di sebelah utara dan daerah Nubia di sebelah selatan. Sungai Nil yang memotong daerah Mesir hampir di tengah-tengah mengalir dari arah selatan ke utara, berasal dari pegunungan dan danau besar di daratan tinggi Afrika Tengah dan timur laut seperti Danau Victoria, Danau Albert, Danau Tana. 

Di Khartoum , daerah Sudan sungai tersebut kea rah hulu bercabang dua yaitu Nil Biru yang menuju Ethiopia dan Nil putih yang menuju Uganda. Pendukung peradaban Mesir Kuno terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, ras yang berasal dari berbagai daerah baik Afrika maupun Asia.

Awalnya merekan belum mempunyai tempat tinggal tetap dan hidup dari berburu, menangkap ikan, mengumpulkan hasil hutan dengan mempergunakan alat yang sederhana terbuat dari batu, tulang atau gading. Cara hidup yang sederhana berangsur-angsur berubah dari foodgethering economy menjadi foodproducing economy. Mereka sudah mulai hidup menetap, bercocok tanam dan beternak. Perasdaban ini kemudian dikembangkan oleh generasi berikutnya. Cara mengolah yang semula menggunakan hoe yaitu cangkul yang bercabang berbentuk huruf V. kemudian, bentuk baru yaitu alat semacam bajak yang ditarikoleh lembu yang disebut Hoe Culture dan Plow Culture.

Bukti-bukti kemajuan dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang terbuat dari batu, tulang, gading, tanah liat berupa alat keperluan sehari-hari. Bentuk yang semula kasar bertambah halus dan diberi hiasan berupa goresan yang geometris artistic.

Menjelang berakhirnya periode pradinasti diperkirakan di Mesir telah terdiri semacam kota oleh orang Yunani Kuno disebut nome. Hal ini terbukti dengan perahu-perahu dagang dengan menunjukkan tempat asalnya. Misalnya perahu-perahu dengan symbol buaya berasal dari sebuah kota di daerah Fayum, gajah dari Elephantine, panah bersilang lambang dei Neit dari Sais di daerah Delta.
Dalam bidang politis nome yang berada di utara digabungkan dan membentuk suatu Kerajaan Mesir Utara (Mesir Delta) Lower Egypt sedangkan di selatan menjadi Kerajaan Mesir Selatan (Mesir Lemah) Upper Egypt. Kerajaan  Mesir Utara beribukota di Butokrajanya sedangkan Kerajaan Mesir Selatan beribukota di Nekheb dengan Nekhen/Hiere compolis sebagai tempat bersemayam raja.

Menurut pendapat para Egyptoloog di Mesir Utara memerintah 7orang raja antara lain bernama Seka, Khayu, Tan, Thesh dan Nekheb. Sedangkan di Mesir Selatan yang paling terkenal adalah yang disebut oleh orang Yunani Kuno sebagai Scorpion. Raja ini oleh orang Mesir Kuno dianggap sebagai raja mythis. Peninggalan dari jaman pradinasti yang terakhir sangat sedikit, maka lembaran sejarah Mesir Kuno pada saat menjelang berdirinya dinastoi ala Manetho dapat dikatakan masih kabur. Hanya diketahui akhirnya kedua kerajaan utara dan selatan disatukan menjadi suatu Negara kesatuan. Tapi tidak diketahui kapan peristiwa itu terjadi. 

2. Jaman Old Kingdom

Bentuk Negara kesatuan merupakan sejarah nasional Mesir yang pertama. Persatuan tersebut membawa dampak dalam bidang pemerintah, religi, ekonomi, sosial, dan kulturil. Raja Mesir diberi sebutan khusus yaitu pharao. Raja yang berkuasa di seluruh wilayah Mesir yang meliputi delta dan lembah. Pharaoh memakai mahkota rangkap dari Kerajaan Mesir Utara dan Selatan berwarna merah dan putih, symbol ular senduk dan burung nazar dipakai baersama-sama, julukannya sebagai double lord. Namanya yang ditulis pada cartouche selalu dibubuhi gelar nisut bati atau neb-taui yang berarti Kings of Upper and Lower Egypt, Lord of The Two Lands.

Dua dinansti yang pertama dari ketigapuluh dinasti-dinasti Manetho raja-rajanya disebut Dinasti Thinis, mereka berasal dari kota tersebut dan dimakamkan di dekat kota suci Abydos. Pharaoh pertama telah berhasil mempersatukan Mesir oleh orang Yunani Kuno disebut Menes. Pengganti Menes adalah Zer, Zet, Den, Azeb, Semarkhet dan Qasen. Pharaoh Don pernah mengalahkan orang Bedawin sehingga peristiwa tersebut digunakan untuk member nama salah satu tahun masa pemerintahannya yaitu tahun the first occasion of smiting the east. Raja lain yang aktif di Asia adalah Samerkhet. 

Dia membuka tambang batu yang bagi Mesir sangat diperlikandalam pembangunan monument di Sinai. Pharaoh terakhir adalah Qasen. Dinasti lain dalam periode protodinasti adalah dinasti II,terdiri dari raja Hotep Sekhomui, Raneb, Neteron-Perabsen, Feremuaat dan Khangkhem. Nama tiga raja pertama tertera pada salah satu patung d Cairo.
Dengan wafatnya raja Kasekhem berakhirlah periode protodinasti. Kemudian menyusul periode besar dari pharaoh membangun pyramid kolosal,dinasti III – VI, Old Kingdom dengan pusat pemerintahan di Memphis.

Menurut catatan Manetho dinasti III terdiri dari 9 raja yaitu Nekherofes, Tsorhros, Mesokris, Soufis, Tosertasis, Akhas, Serufis, Kerferes. Mereka memerintah dari tahun 4212-3998 SM. Dinasti berikutnya Dinasti IV, oleh Egyptoloog dikatakan sebagi sumber kebesaran Mesir Kuno. Pada masa ini terdapat kemajuan di berbagai bidang terutama dalam bidang arsitektur. Pharaoh-pharao yang terkenal adalah Khufu, Khafra, Menkamra. Khufu adalah raja pertama dinasti IV. Beliau berasal dari daerah yang disebut Menat Khufu, sekitar Beni Hasan (sekarang Mesir Tengah). Dia pernah melakukan eksploitasi tambang di Sinai, membuka tambang batu ala baster di Hatnub dan membangun tempel di Dendereh. Pengganti Khufu adalah Khafra dan Menkamra. Mereka juga membangun pyramid dengan ukurankolosal. 

Bangunan lain yang menarik di sekitar pyramid Gizoh adalah sebuah sphinse raksasa yang menggambarkan seekor singa jantan berkepala manusia. Patung ini bedekatan dengan pyramid Khafra. Diantara kedua kaki depannya terdapat sebuah stela dengan tulisan yang berasal dari jaman Thothones IV dinasti XVIII.
Pharaoh berikutnya dari dinasti IV kebesarannya tidak dapat disejajarkan dengan pembangunan pyramid Gizeh. Keluarga baru dinasti V berasal dari Heliopolis dengan pusat pemerintahannya masih tetap di kota Memphis. Setiap pharaoh membangun tempel untuk memuliakan dewa matahari dengan sebuah obelisk sebagai pusat pemujaan. Di dalamnya terdapat dua buah perahu yang menurut kepercayaan merupakan kendaraan dewa Ra dalam mengarungi angkasa siang dam malam hari.

Pharaoh pertama dari dinasti V adalah Userhaf. Namanya tertera pada dinding bukit karang di dekat Jeram I.  Penggantinya bernama Sahura. Dia mengirimkan ekspedisi ke Phunisia. Pharaoh dinasti VI adalah Teti, Meyra, Pepi I, Menhra, Neforhana Pepi (Pepi II).dua dinasti terakhir membangun makam berupa pyramid tetapi dengan ukuran yang tidak begitu megah. Terdapat tulisan herogliph pada dinding ruangan. Tulisan tersebut dikenal dengan sebutan Pyramid Texts. Denagn berakhirnya dinasti VI maka berakhirlah periode Old Kingdom. Sisa-sisa kebesaran terdapat di sekitar Sungai Nil terutama di kota mati Necropolis di tepi  sebelah barat sungai. Misalnya Gizeh, Sabbara, Dashur, Medum Fuyum, Abureash.

3. Jaman Middle Kingdom

Gejala kemunduran Mesir sebenernya telah terlihat ketika menjelang berakhirnya periode Old Kingdom. Pemerintahan sentralisasi tidak dapat dipertahankan oleh pharaoh-pharaoh terakhir. Para gubernur banyak yang berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat. Lalu mendirikan kerajaan-kerajaan kecil yang bebas berdaulat. 

Setelah berlalunya Old Kingdon Mesir memasuki First Intermediate Period atau jaman kegelapan/Dark Age. Dalam periode ini Manetho mengungkapkan adanya empat dinasti yaitu dinasti VII dan VIII yang berpusat di Memphis, dinasti IX dan X berkedudukan di lembah dekat ibukota Heracleopolos. Periode ini merupakan masa perpecahan dan pertentangan dalam negeri antara gubernur yang satu dengan lainnya memperebutkan hegemoni. Selain itu juga terdapat banyak serbuan dari luar terhadap Mesir terutama datang dari arah Asia. Setelah periode Old Kingdom terjadi perang saudara di Mesir dan masuknya bangsa Asia menyerbu daerah delta.

Di sebelah selatan dekat perbatasan muncul kekuatan baru. Pusat kekuasaan terbesar in ancient world dan menjadi pusatimperium Mesir Kuno. Dinasti XI didirikan oleh Intef I. Pada periode ini keagungan Mesir berangsur naik. Puncak kebesaran periode ini tercapai pada masa pemerintahan Amnenmhat III dan Sanusert III dari dinasti XII. Pada masa pemerintahan Intef II, Nekhthebtenefer dengan kekuasaan dinasti baru belum dapat bertambah. Penggantinya yaitu Mentuhotep I Sankhibtani terjadi pemberontakan di sekitar Abydos, Thinis. Masa pemerintahan Metehoteb II Nebhepetra kedudukan Thebe bertambah. Raja terakhir dinasti ini bernama Montuhoteb V Sankhara.

Pembangunan dinasti XII adalah Amenehat I. Dia banyak mendirikan bangunan monumental khususnya tempel di Memphis, Fayum dan di daerah Sudan, sedangkan untuk makamnya sendiri berupa sebuah pyramid di Lisht. Kota Lishty yang dalam bahasa Mesir disebut Etettani. Pernah dijadikan ibukota agar dapat dengan mudah mengawasi para gubernur baik yang ad di utara maupun yang berada di selatan. Salah seorang penggantinya adalah Sanuisert II yang melakukan ekspedisi ke Asia terutama Palestina dan Nubia.

Sebelum dinasti ini berakhir masih ada dua raja yang memerintah setelah Amovemhat IV yaitu Amovemhat IV Maakerura dan ratu Sobekneferura. Setelah itu Mesir mengalami Second Dark Age. Raja-raja dari luar disebut bangsa Hyksos yang mempunyai pusat pemerintahan di Avaris. Dua raja diantaranya meninggalkan beberapa monument adalah Khian dan Apepi. Masa terakhir dari kekuasaan bangsa Hyksos digambarkan dalam cerita rakyat seperti yang tertera pada PapyrusSalier II. Isinya adalah mengenai perselisihan antara seorang raja Hyksos yang bernama Apeju dengan raja Thebe yaitu Sheken Kera.

4. Jaman New Kingdom

Periode baru disebut New Kingdom. Periode ini dimulai setelah berakhirnya kekuasaan bangsa asing Hyksos di Mesir. Dinasti yang mula-mula naik adalah dinasti XVII yang didirikan oleh Aahmes Nebpohtira. Usahanya dalam menyelamatkan negara dan mengusir penjajah asing dari sungai Nil berhasil, bahkan mendesak penjajah asing sampai ke Siria Tengah. Penggantinya Amenhoteb I terus melakukan pengejaran terhadap bangsa asing sampai ke daerah antara Orontes dan Tigris. Sampai masa pemerintahan Thotmes IMesir berhasil menduduki Siria Utara dan daerah di Asia kecil. Masa pemerintaha dua pharaoh berikutnya Thotmes II dan Hatshepshut Mesir tidak begitu aktif dalam melakukan ekspansi. Pada masa pemerintahan Tothmes II Mesir sibuk di daerah utara. Pharaoh terbesar dari dinasti ini adalah Amonhoteb III. Pada masa ini Mesir Kuno mencapai puncaknya.

Dinasti berikutnya dinasti XIX didirikan oleh Haremhab. Dinasti XX didirikan oleh Ramses III. Ekspansi keluar masih dilakukan yaitu ke daerah Libia, Siria, Palestina dan Aegea. Dia juga rajin mengadakan pembangunan. Dia banyak menghamburkan kas Negara untuk mengadakan kebaktian kepada para dewa. Tempel-tempel yang didirikan terletak selain di Karnak juga di Medimethobo. Pada masa pemerintahannya sudah nampak gejala-gejala kemunduran Mesir. Kas Negara sangat tipis, pemberontakan sering terjadi. Raja-raja berikutnya kebanyakan adalah penguasa yang lemah.

Periode berikutnya dikenal sebagai Late Period yang terdiri dari dinasti XXI – XXVI. Dinasti XXII didirikan di Bubastis. Raja pertamanya adalah Shashakh. Nasib Mesir selanjutnya lebih menyedihkan dengan dikuasai berbagai Negara. Orang Ethiopia mendirikan dinasti XXIII. Mesir dijadikan sebagai suatu dominion dan diperintah dari ibukota yang letaknya jauh yaitu di Napata dekat Jeram IV. Di daerah delta muncul dinasti XXIV yang berpusat di Sais. Dua orang raja yang terkenal adalah Tefnekht dan Boecharis. Perdagangan mulai maju dengan daerah-daerah Mediterania. Keluarga ini tidak dapat bertahan lama dikarenakan serbuan orang yang berasal dari arah selatan. Untuk kedua kalinya orang Ethiopia datang dan berkuasa di Mesir. Lalu mereka mendirikan dinasti XXV. Pada masa raja Shabaha daerah delta dapat dikuasai.

Dinasti XXVI berdiri di Sais. Combyses di Mesir mendirikan dinasti XXVI. Selain menguasai Mesir dia juga memperluas jajahan. Plitik luar negeri dalam menghadapi Persia dengan cara bersekutu dengan beberapa raja di daerah Asia lainnya tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Di dalam timbul pemberontakan-pemberontakan. Kedatangan Alexander di Lembah Nil disambut baik. Rakyat Mesir sebenarnya merasa telah kehilangan kemerdekaannya. Tetapi Mesir Kuno terus melakukan perjuangannya.

B. Polytheisme Mesir Kuno

Menurut beberapa ahli keagamaan Mesir Kuno berbentuk polytheisme yaitu mempercayai dan memuja lebih dari satu dewa. Perpindahan suku-suku juga berdampak padabidang spiritual. Percampuran antarsuku terjadi sejak jaman pradinasti. Akibatnya kepercayaan yang semula berbentuk sederhana menjadi lebih kompleks dan rumit. Semula hanya mengenal dewa pelindung sukunya menjadi mengenal berjuta-juta bintang di langit yang dianggapnya sebagai dewa-dewa. Orang-orang Mesir memuliakan hewan sebagai pelindungannya. 

Hal ini akibat dari cara hidup mereka yang berdekatan dengan hewan. Hewan kemudian dianggap sebagai dewa pelindung suku. Hewan yang telah mencapai usia tertentu akan dibunuh dan dimakan bersama-sama dalam rangkaian upacara ritus. Selanjutnya akan dicari hewan yang sejenis sebagai gantinya.
Phase kedua dengan datangnya suku-suku baru yang memuliakan manusia. Kepercayaan ini berlatarbelakangkan pada rasa kagum dan hormat kepada kepala suku. Diantara dewa-dewa yang termasuk human god yang paling terkenal dan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan keagamaan Mesir Kuno adalah Dewa Osiris. Pemujaan terhadap dewa Osiris besar kemungkinan berasal dari daerah Asia dan masuk Mesir pada jama prasejarah.
Phase ketiga dengan masuknya suku-suku yang memuliakan alam, nature god atau angkasa, heaven god, cosmic god. 

Mereka datang ke Mesir datang pada jaman prasejarah sekitar 7000 SM berasal dari daerah Asia. Dewa yang dipuja adalah Dewa Ra. Pusat pemujaan di Mesir adalah Kota Heliopolis. Kepercayaan terhadap dewa ini tersebar ke daerah selatan. Suku yang memuliakan dewa matahari ini tingkat kebudayaannya lebih tinggi daripada suku-suku sebelumnya. Penduduknya dikatakan orang-orang intelek, seniman, pekerja tangan dan pedagang.

Phase terakhir dengan datangnya suku-suku yang memuliakan dewa abstrak seperti keindahan,ilmu pengetahuan, kebenaran, kematian, pencipta dan lain-lain. Mereka datang menjelang berakhirnya jaman pradinsti. Kebanyakan berasal dari daerah Afrika Timur, Somali yang diolah orang Mesir disebut tanah Punt. Dewa-dewa penting antara lain dewa pencipta, ptah, kaum priya.
Di sampung faktor sosial juga pengaruh politik besar terhadap perkembangan polytheisme Mesir Kuno. Kesatuan dalam politik mengakibatkan kesatuan theology. Turun naiknya kedudukan setiap dewa erat hubungannya dengan turun naiknya peranan suatu tempat atau dinasti yang berkuas atas Mesir.

C. Dewa Ptah, Ra, Amon dan Osiris

Dewa Ptah merupakan dewa pertama dalam jaman dinasti yang dianggap sebagai dewa tertinggi dalam kerajaan. Kedudukannya mulai naik bersama dengan dijadikannya kota asal dewa tersebut sebagai ibukota yaitu Memphis. Sehingga kota tersebut dinamakan Hakaptah oleh orang Mesir. Konsepsi Memphis dewa Ptah adalah pencipta alam semesta. Dia tidak hanya menciptakan manusia, dewa, benda tetapi segala sesuatu yang ada dalam tempel terutama patung-patung yang dipuja oleh manusia. Dewa Ptah dapat disejajarkan dewa kematian kota Memphis yaitu Sokar.

Penduduk di beberapa daerah yang seharian selalu bermandikan cahaya matahari seperti Mesir mengangkat matahari sebagai seatu yang harus diagungkan dan dipuja. Dalam bentuk sebagai manusia dewa matahari disebut Otum tetapi sebutan paling umum adalah Dewa Ra. Ra berbentuk manusia berkepala elang dengan bulatan matahari di atasnya seperti ular serduk uracus melingkari bola tersebut. Kepala burung elang ini menandakan adanya pengaruh dewa lain yaitu Dewa Horus. Persatuan antara kedua dewa ini diberi nama Ra Herakhty.

Orang Mesir kuno mengenal beberapa legend sekitar Dewa Ra. Cerita yang terkenal adalah usaha Dewa Isis untuk menguasai Dewa Ra dengan mengetahui nama rahasia Dewa Ra. Setelah diberi mantra maka ular jadi-jadian itupun hidup dan menggigit Dewa Ra dan langsung sakit keras. Dewa Isis berpura-pura menawarkan jasanya. Dewa Ra akhirnya sadar kalau itu semua hanya jebakan Dewa Isis. Tetapi karena Dewa Ra memerlukan kesembuhan kemudian dibisikannya nama rahasianya. Yang mengetahui nama rahasia Dewa Ra adalah putranya Horus dan Dewa Isis.

Dewa Ra salah satu dewa yang benar. Bagi para pemujanya dia yang lebih dahulu ada di alam. Berbeda dengan Dewa Ra, Dewa Osiris tidak dikenal oleh kalangan atas. Symbol Osiris adalah sebuah tiang atau pilar yang berkepala empat buah, pohon maupun tulang belakang manusia.

Dewa lain yang bernasib baik dan pernah menikmati masa kejayaan Mesir Kuno adalah Dewa Amon. Namanya banyak digunakan oleh pharaoh dari dinasti XII dan XVIII seperti Amonemhat, Amonhotep. Tempel untuk memuliakan dewa ini tersebar di seluruh daerah Mesir, terutama di ibukota thebe dengan kompleks besar Karnak dan Luxor yang pada jaman kuno disebut opet-isut dan opet-riset.

D. Tempel, Upacara dan Pendeta

Bagi orang Mesir dewa Neter dianggap mempunyai sifat yang agung, mulia, pemurah, cantik, kuat, adil dan sifat yang terpuji. Dewa-dewa sama dengan manusia. Mereka tidak kekal dan bukan maha tau. Perbedaan antar dewa dan manusia hanya terdapat dalam tingkatan dewa yang lebih tinggi dan can do no wrong. Karena kelebihan inilah dewa sering dimintai bantuan oleh manusia bila sedang menghadapi berbagai kesulitan. 

Caranya antara lain dengan mengadakan upacara, pembacaan mantra, menghadiahkan sajian. Sebagai imbalannya para dewa menurunkan a power from heaven. Karena ada persamaan dengan manusia maka dewa juga memerlukan rumah yang disebut tempel. Di dalam tempel ini manusia dapat menghadap pada dewa pujaannya, member sesaji, memanjatkan doa. Tempel dibangun di tengah-tengah kota. Dindingnya dibuat tinggi agar suara gaduh di luar tempel tidak menggangu. Dinding di bagian muka dibuat lebih tinggi dan kokoh bagaikan sebuah benteng. Dinding ini dinamakan pylon. Bagian luarnya diberi hiasan berupa relief yang melukiskan aktifitas pharaoh. Bagian sebelah dalam juga penuh dengan relief dengan tema keagamaan.

Mula-mula tempel dianggap sebagai tempat kediaman dewa saja tetapi kemudian dalam perkembangannya sejalan dengan gerakan polytheisme. Tempel ditempati oleh banyak dewa yang membentuk keluarga.

Upacara pemujaan umumnya dilakukan setiap hari. Di dalam sebuah tempel upacara diselenggarakan oleh pendeta. Selain upacara harian juga dikenal beberapa upacara istimewa yang tidak hanya diselenggarakan oleh para pendeta tetapi diikuti oleh segenap rakyat. Upacara tersebut antara lain menyambut kemenangan dalam suatu peperangan, memperingati hari ulang tahun pharaoh dan yang paling besar adalah hari raya akhir tahun selama lima hari berturut-turut.

Upacara keagamaan yang diselenggarakan di setiap tempel ditangani oleh para pendeta. Menurut tinggi rendahnya jabatan terdapat dua golongan besar pendeta yaitu hem neter dan uab. Selain pendeta pria ada juga pendeta wanita. Meraka bertugas sebagai musician membunyikan instrument music yang disebut sistrum sebagai pengiring upacara. Gelar yang digunakan oleh pendeta berbeda disetiap tempat sesuai banyaknya aliran yang ada di Mesir.

E. Kepercayaan tentang Kematian

Keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian juga dimiliki oleh orang-orang di lembah Nil. G. E. Smith mengatakan bahwa kepercayaan ini usianya sama tua dengan manusia itu tubuh kasarnya dilengkapi dengan unsure-unsure lain yang abstrak-immateriil. Beberapa diantaranya adalah ka, ba, akh, khat, dt, ib, rn. E. A. W Budge menambahkan dengan unsure-unsure yang disebut ab, khaibit, khu, sekhem, sahn.

Setiap orang Mesir Kuno mempunyai pendapat yang berbeda tentang wujud kehidupan setelah kematian. Pendapat yang paling tua dan paling popular mengatakan bahwa setelah mati manusia akan hidup kembali dengan kondisi yang hampir sama dengan lkehidupan yang dilalui di dunia. 

Manusia tidak akan mengalami perubahan wujud. Pendapat lain mengatakan bahwa si mati khususnya raja akan hidup tidak lagi di dunia ini melainkan di angkasa. Untuk sampai disana terlebih dahulu dia harus memanjat tangga, tali, pohon, angin, awan, asap, terbang atau dianggap sebagai dewa angkasa nut. Setelah sampai di angkasa harus berjalan kea rah timur menuju kerajaan Dewa Ra.

Kepercayaan lainnya mengatakan bahwa si mati akan hidup di bawah tanah. Ada lagi yang mengatakan bahwa kerajaan si mati tertelak di sebuah pedang yang disebut Yaru. Kehidupan ini sangat menyenangkan, manusia tidak akan khawatir.

Sehubungan dengan kepercayaan akan adanya kehidupan yang baru setelah mati ini orang Mesir merawat baik-baik mayat orang yang sudah meninggal. Sesaji selalu disediakan agar si mati tidak kelaparan. Memelihara makam juga dipercayakan kepada putra laki-lakinya yang paling tua. Para raja mengawetkan mayatnya dengan cara pembalseman, mumifikasi. G. E Smith mengatakan bahwa sejarah mumifikasi sudah dikenal sejak jaman dinasti yang pertama. Dalam perkembangan periode selanjutnya menjadi sangat rumit. Orang yang mati akan disertakan ajimat,tulisan, lukisan, relief yang menggambarkan orang Mesir sehari-hari dan kehidupan setelah kematian.

Upacara kematian akan dipimpin oleh pendeta. Peti mati beserta semua benda akan dimasukan ke dalam makam dan dibagi menjadi beberapa ruang. Upacara pemakaman diakhiri dengan ditutupnya makam agar tidak dimasuki oleh para pencuri dan pintunya dirahasiakan. Bentuk makam juga selalu berubah. Karena percaya adanya kehidupan setelah mati maka sebagian besar orang Mesir mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang. Makam pharaoh akan dijadiakan sebagai rumah yang abadi.

F. Atonisme

Pada masa pemerintahan Amonhotep III Mesir mengalami puncak kejayaannya. Pada saat itu Mesir menjadi sebuah imperium dengan daerah kekuasaan yang luas meliputi lembah Nil dan daerah sekitarnya meliputi Nubia, Somali, Jazirah Arobia, Asia Kecil serta beberapa kepulauan Aegea. Tetapi kebesaran itu menimbulkan suatu malah besar bagi Mesir yaitu kesulitan di dalam negeri. Dengan kekayaan mereka dapat memperoleh kekuasaan. 

Dengan kekuasaan tersebut mengakibatkan bertambah kakunya ajaran lama yang konvensionil, bertambah luasnya horizon Mesir yang dapat mempengaruhi alam pikiran orang tertentu khususnya kalangan istana dan menimbulkan keinginan untuk mengadakan berbagai perubahan terutama dalam bidang keagamaan. Hal ini diperkuat dengan faktor lain yaitu politik imperialisme Mesir yaitu masuknya orang-orang asing yang membawa kepercayaan baru.

Tiy mensponsori kalangan istana yaitu memperkenalkan ajaran baru yang mengagungkan dewa matahari yang disebut Aton. Tindakan ini merupakan pukulan bagi orang Thebe. Pada masa pemerintahan raja muda Amonhotep IV ajaran Antonisme yang diperkenalkan oleh ibunya terus dikembangkan. Walaupun telah ada tanda-tanda penyimpangan. Tetapi kemudian pada usia 17 tahun nampak gejala-gejala yang menyolok. Nama yang semula Amonhotep yang diganti dengan Akhnaton. Nama ini menjadi pertanda datangnya bencana bagi keagamaan Mesir Kuno yang tradisionil.

Mula-mula Akhnaton beranggapan bahwa dewa Aton digambarkan dengan gaya zoomorphisme. Dewa aton  tidak seperti dewa yang biasa dipuja oleh orang Mesir Kuno. Dewa ini tidak boleh diberi bentuk dan tidak boleh dipatungkan. Boleh diberi symbol tetapi tidak untuk dipuja. Dewa Aton menciptakan dan memelihara segala isi alam tetapi tidak merusaknya. Dewa Aton mempunyai sifat yang tidak menyukai kekerasan, penindasan peperangan. Ini mempengaruhi perkembangan jiwa dan fisiknya.

Perubahan dalam bidang keagamaan berpangaruh dalam bidang lain terutama masalah kematian, kesenian dan kebijaksanaan politik pemerintah. Semua berbeda dengan tradisi yang selama ini dipertahankan oleh orang Mesir Kuno yang masih ortodoks.

Akhnaton telah mengadakan perubahan yaitu yang awalnya polytheisme menjadi atonisme yang monotheisme. Dia merasa usahanya sukses dan mempunyai banyak pengikut. Tetapi dalam kenyataannya di luar istana tanpa sepengetahuannya rakyat masih mengagungkan dewa lama.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Orang yang pertama kali mengemukakan periodisasi sejarah Mesir Kuno adalah Manetho, seorang pendeta Mesir dari Sabennytos. Pembabakan paling umum yang dipegunakan adalah periodisasi yang bersifat Eropa Sentris. Selain mempunyai irama yang mirip sejarah Eropa dengan tanda-tanda klasik, feodalisme-imperialisme dalam periode-periode utamanya benar-benar berbau Eropa. Ada 3 periode besar dalam sejarah Eropa yang dikemukakan oleh Givanni Boccaccio yait: Jaman Kuno “ Ancient”, Jaman Tengah “Middle”,Jaman Baru “ New”

Setiap orang Mesir Kuno mempunyai pendapat yang berbeda tentang wujud kehidupan setelah kematian. Pendapat yang paling tua dan paling popular mengatakan bahwa setelah mati manusia akan hidup kembali dengan kondisi yang hampir sama dengan lkehidupan yang dilalui di dunia. Manusia tidak akan mengalami perubahan wujud.

Perubahan dalam bidang keagamaan berpangaruh dalam bidang lain terutama masalah kematian, kesenian dan kebijaksanaan politik pemerintah. Semua berbeda dengan tradisi yang selama ini dipertahankan oleh orang Mesir Kuno yang masih ortodoks.

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk merperbaiki penulisan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA
http://gtheynova.wordpress.com/2012/06/26/agama-mesir-kuno-ilmu-perbandingan-agama/
https://id.wikibooks.org/wiki/Mesir_Kuno/Agama

Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon