Contoh Makalah Sejarah: Sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang

Tags

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang contoh makalah sejarah yang berjudul tentang Sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang. Untuk selengkapnya silahkan simak ulasannya berikut ini.


TUGAS INDIVIDU

“SEJARAH TARI BEDAYO TULANG BAWANG”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Lokal
Dosen Pengampu Bapak Drs.H.Ragil Agustono, M.Pd.


Disusun Oleh:
HENDRI SETIAWAN 13220005


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah dengan judul “Sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang”, dan tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada mereka yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada sumber–sumber yang telah membantu saya dalam penyusunan isi makalah ini. Makalah ini saya buat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh dosen saya dalam mata kuliah Sejarah Lokal dan untuk menyempurnakan nilai saya dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

Saya berharap makalah yang telah saya selesaikan ini dapat bermanfaat bagi orang–orang yang telah membacanya, sehingga bagi setiap orang yang membacanya dapat menambah pengetahuan tentang Sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang.

Dari penyusunan makalah ini, saya mengetahui bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, saya berharap bagi setiap pembaca dapat membantu saya dalam mengevaluasi makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr .Wb.


Metro, .............


Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Tari Bedayo Tulang Bawang
B. Pementasan Tari Bedayo Tulang Bawang
C. Unsur dan Bentuk Tari Bedayo Tulang Bawang

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUTAKA


BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Tari Bedayo Tulang Bawang adalah salah satu tari-tarian tradisional yang ada di Tulang Bawang memiliki usia yang sangat tua. Bila dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Menggala. Menurut legenda orang menggala, tari ini diperkirakan ada pada abad ke 14 pada masa sisa-sisa Kerajaan Tulang Bawang yang mendapat pegaruh Hindu-Budha. Konon munculnya tari Bedayo Tulang Bawang dikarenakan adanya wabah penyakit yang melanda kampung Bujung menggala.
Wabah atau penyakit yang melanda kampung bujung itu adalah penyakit “taun”. Istilah taun adalah setan, yaitu penyakit yang mematikan berupa penyakit cacar yang disebabkan oleh mahluk halus yang lazimnya disebut setan, sehingga menelan banyak korban. Berbagai usaha yang dilakuka pada saat itu namun tidak kunjung hilang penyakit tersebut. Kemudian menak Sakawira pergi menyepi atau bertapa selama 9 hari di kampung Bujung Menggala. Disanalah menak Sakawira bersemedi di depan gundukan tanah berundak dalam bahasa lampung khas menggala disebut dengan tambak dan memohon kepada dewa pun agar kampung yang dilanda penyakit tersebut cepat berhenti.
Selama pertapaanya menak Sakawira mendapatkan wangsit agar mengadakan upacara dan memotong kambing hitam. Diiringi sebuah tarian sakral. Tarian ini harus berjumlah 12 orang penari wanita ynag masih suci (suci atau bersih secara spiritual) serta diiringi oleh gamelan klenongan, (klenongan adalah seperangkat alat music yang terdiri dari : tempul, gong, kendang, kulintan).

B. Rumsan Masalah

  1. Bagaiman sejarah tari bedayo tulang bawang ? 
  2. Bagaimanakah pementasan tari bedayo tulang bawang ? 
  3. Bagaimana unsur dan bentuk tari bedayo tulang bawang ? 

C. Tujuan Makalah 

  1. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang. 
  2. Sebagai tugas untuk memenuhi mata kuliah sejarah Lokal.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Tari Bedayo Tulang Bawang 

1. Sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang

Tari Bedayo Tulang Bawang adalah salah satu tari-tarian tradisional yang ada di Tulang Bawang memiliki usia yang sangat tua. Bila dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Menggala. Menurut legenda orang menggala, tari ini diperkirakan ada pada abad ke 14 pada masa sisa-sisa Kerajaan Tulang Bawang yang mendapat pegaruh Hindu-Budha. Musyawarah Warganegara mengatakan bahwa Tari Bedayo Tulang Bawang dahulunya diciptakan atas permintaan menak sakawira dan adiknya menak Sangecan Bumi keturunan dari Putri Bulan. Di kampung tua bujung menggala kecamatan Tulang Bawng Udik. Tidak begitu jelas siapa yang sesungguhnya menciptakan tarian ini. Di duga tari bedayo tulang bawang diciptakan bersama-sama oleh sekelompok orang yang disuruk Menak Sakawira.
Konon munculnya tari Bedayo Tulang Bawang dikarenakan adanya wabah penyakit yang melanda kampung Bujung menggala. Wabah atau penyakit yang melanda kampung bujung itu adalah penyakit “taun”. Istlah taun adalah setan, yaitu penyakit yang mematikan berupa penyakit cacar yang disebabkan oleh mahluk halus yang lazimnya dsebut setan, sehingga menelan banyak korban.
Berbagai usaha yang dilakuka pada saat itu namun tidak kunjung hilang penyakit tersebut. Kemudian menak Sakawira pergi menyepi atau bertapa selama 9 hari di kampung Bujung Menggala. Disanalah menak Sakawira bersemedi di depan gundukan tanah berundak dalam bahasa lampung khas menggala disebut dengan tambak dan memohon kepada dewa pun agar kampung yang dilanda penyakit tersebut cepat berhenti.
Selama pertapaanya menak Sakawira mendapatkan wangsit agar megadakan upacara dan memotong kambing hitam. Diiringi sebuah tarian sakral. Tarian ini harus berjumlah 12 orang penari wanita ynag masih suci (suci atau bersih secara spiritual) serta diiringi oleh gamelan klenongan, (klenongan adalah seperangkat alat music yang terdiri dari : tempul, gong, kendang, kulintan).
Setelah Menak Sakawira Bermusyawarah dengan sesepuh adat dan mayarakat kampung, terlaksanalah pementasan tarian tersebut. Pementasan Tari Bedayo Tulang Bawang menghadap ke timur, atau mengarak kepada matahari. Menurut adat Tulang Bawang, arah timur merupakan awal munculnya keterangan atau cahaya dunia. Bila dihubungkan dalam kehidupan manusia adalah munculnya energi kehidupan untuk melakukan kegiatan berkarya atau beraktivitas.
Ratu Dandayati juga menerangkan bahwa pada mulannya tari Bedayo Tulnag Bawang disebut tari pemujaan atau penyembuh penyakit. Dalam bahasa Lampung istilah penyembuhan penyakit dinamakan ngeguai munyai atau ngemunyaiko. Tarian ini dipentaskan dengan music klenongan memakai tubuh atau gending rajo menggalo dan dipersembahkan kepada Dewa Pun. Agar dihindarkan dari malapetaka yang melanda tiyuh tersebut. Tarian ini dipentaskan hamper detiap bulan bara (bulan purnama).
Tarian pemujaan itu dipentaskan di Candi Gughi yang disaksikan oleh banyak orang-orang disekitarkampung Bujung Menggala.Acara pementasan tari pemujaan pada saat itu sudah menjadi satu kebiasaan orang Menggala khususnya di Kampung Bujung Menggala. Saking seringnya orang portugis melihat pertunjukan tersebut setiap bulan purnama. Sehingga kegiatan tersebut disebut dengan kebudayaan orang Menggala Tulang Bawang. Dengan demikian orang Menggala menyebut tarian pemujaan itu adalah Tari Budayo Tulang Bawang.
Asal kata bedayo berasal dari kata budaya. Sedangkan kata Tulang Bawang menunjuk pada daerah. Oleh karena tari Bedayo hanya terdapat di kabupaten Tulang Bawang saja dan tidak terdapat di Kabupaten Tulang Bawang saja tidak terdapat di daerah lainnya yang ada di Lampung.
Istilah kata Bedayo terdapat pada pengucapannya orang menggala pada kata budaya menjadi budayo kemudian budayo menjadi bedayo. Sehingga dari sanalah kata bedayo tulang bawang dibentuk. Perubahan dari kata budayo menjadi bedayo karena kebiasaan bicara orang menggala selalu berlagu atau diperpancang saat bicara. Istilah kata tari bedayo tulang bawang juga karena pengaruh dialek yang dimilki oleh masyarakat Tulang Bawang yang beradat pepadun dan pada saat selesai berbicara selalu berakhir dengan huruf vokal “O”.

D. Pementasan Tari Bedayo Tulang Bawang
Tari bedayo tulang bawang ditarikan oleh dua belas penari putri. Keduabelas penari itu sama-sama menari dengan gerak dan kostum yang sama. Dari kedua belas penari tersebut hanya tiga orang penari yang membawakan sesajen, namun tetapmenari dengan gerakan yang sama. Ketiga penari yang membawa sesajen itu berada paling depan dan Sembilan penari lainnyaberada di belakang. Kemudian masih ada satu orang putra yang membawa payung sebagai pengiring tari Bedayo Tulang Bawang namun tidak dalam posisi menari.

Adapun sesajen yang dibawa ketiga penari putri tersebut antara lain :
  1. Beras kuning yang dicampur dengan kunyit dan bunga. 
  2. Kemenyan. 
  3. Daun salah.
Kesembilan penari penari tersebut melambangkan symbol kehidupan manusia :
1. Otak berfungsi untuk mengingat
2. Mata berfungsi untuk melihat
3. Mulut berfungsi untuk berbicara
4. Telinga berfungsi untuk berbicara
5. Hidung berfungsi untuk mencium
6. Hati berfungsi untuk merasakan
7. Syaraf berfungsi untuk berfikir
8. Tangan berfungsi untuk meraba
9. Kaki berfungsi untuk melangkah

Kemudian untuk ketiga penari yang membawa sesaji melambangkan ke-Tuhanan antara lain:
  1. Kemenyan atau stagi disebut pengembus atau embun yang berada paling atas atau pengighit (pikiran), yang artinya tiada asap api tiada bau wangi tanpa pembakaran, ini mempunyai makna agar manusia mengetahui asal usul tujuan hidup. 
  2. Beras kuning mempunyai makna kesuburan dan keselamatan yang ditempatkan pada bagian tengah atau penengah ucapan, dan 
  3. Daun salah atau kayu sasao dan bunga yang ditempatkan paling bawah atau pebetut. Mempunyai makna bahwa kekuasaan Tuhan yang ada pada diri manusia yaitu agar semua ajaran-ajaran kebenaran dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya serta diampuni segala dosannya.
E. Unsur dan Bentuk Tari BudayoTulang Bawang
Tari bedayo Tulang Bawang memang disusun kembali dengan tujuan sebagai pelestarian seni daerah . oleh karena itu perlu dilihat kembali perkembangan tarian ini dimasa yang akan datang. Peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dilaksanakan sebagai suatu upacara dengan rangkaiaan dan tatanan sesuai dengan kepercayaan dan tradisi yang sudah dijalani secara turun temurun. Tindakan yang dilakukan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, alam lingkungan dan penguasaanya.
Hal ini dimenggala disebut naik pepadun atau pemberian gelar adat. Dalam pelaksanaan pemberian gelar adat biasanya ada serangkaiaan seni yang ditampilkan sebagai pelengkap upacara tersebut. 
1. Gerak tari
Tari bedayo tulang bawang memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah menjadi gerak inti misalnya :
  • Lapah tebeng (melangkah)
  • Gerak sembah pebukau (Menyembah)
  • Gerak samber melayang (gerak burung terbang)


Ketiga gerak dasar ini lah yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa gerakan menjadi beberapa gerakan yang terdapat dalam tari bedayo tulang bawang.dari sekian banyak gerakan tari bedayo tulang bawang yang menjadi gerak palaing khas yaitu gerak sembah pebukou.
2. Iringan
Proses penyusunan tari bedayo tulang bawang dari awal sampai selesai diiringi oleh alat music klenongan. Yang sering disebut dengan talo balak. Talo balak secara lengkap berjumlah 19 buah instrument yang dimainkan oleh 9 orang penabuh disebut dengan penayakan. Dalam penyajiannya semua alat tersebut dibunyikan secara bersama-samaatau sebagian saja sesuai denagn aturan yang ada.
3. Tata rias dan busana
Dalam pementasan Tari Bedayo Tulang Bawang tat arias yang dipergunakan adalah tata rias koretif yaknirias cantik dengan mempertebal garis-garis pada mata, bibir, pipi dan hidung.warna pokok pemakaian tata rias bedayo adalah putih, kuning dan biru pada kelopak mata. Sedangkan warna merak dipakai pada bagian pipi. Busana yang di pakai:
  • Siger atau mahkuto
  • Kalung jimat
  • Gelang kano
  • Tapis cucuk kanda
  • Tapis tutup dada
  • Ikat pinggang kuning
  • Selendang
  • Tanggais
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asal kata bedayo berasal dari kata budaya. Sedangkan kata Tulang Bawang menunjuk pada daerah. Oleh karena tari Bedayo hanya terdapat di kabupaten Tulang Bawang saja dan tidak terdapat di Kabupaten Tulang Bawang saja tidak terdapat di daerah lainnya yang ada di Lampung.
Istilah kata Bedayo terdapat pada pengucapannya orang menggala pada kata budaya menjadi budayo kemudian budayo menjadi bedayo. Sehingga dari sanalah kata bedayo tulang bawang dibentuk. Perubahan dari kata budayo menjadi bedayo karena kebiasaan bicara orang menggala selalu berlagu atau diperpancang saat bicara. Istilah kata tari bedayo tulang bawang juga karena pengaruh dialek yang dimilki oleh masyarakat Tulang Bawang yang beradat pepadun dan pada saat selesai berbicara selalu berakhir dengan huruf vokal “O”.



B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk merperbaiki penulisan makalah kami.

Demikian pembahasan tentang makalah sejarah yang berjudul tentang Sejarah Tari Bedayo Tulang Bawang. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tinggalkan komentar kamu dibawah ini.

Salam sukses!!!

Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon