Artikel Keruntuhan Dinasti Maurya (322-185 SM) Pada Kerajaan Magadha Di India

Tags

Berikut ini kami sajikan sebuah artikel yang membahas tentang Keruntuhan Dinasti Maurya (322-185 SM) Pada Kerajaan Magadha Di India. Simak ulasannya berikut ini:
Keruntuhan Dinasti Maurya (322-185 SM) Pada Kerajaan Magadha Di India

Hendri Setiawan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro

E-Mail: Hendrisetiawan005@Gmail.Com

Abstrak

India merupakan kawasan dimana kebudayaan serta agama Hindu dan Budhanya berkembang pesat. Biasa dibilang bahwa di India adalah cikal bakal adanya agama Hindu Budha. Hal ini mempunyai pengaruh besar bukan hanya di India namun juga di kawasan Asia Tenggara maupun Asia Timur. Untuk saat ini India merupakan negara yang mempunyai luas wilayah nomer tujuh di dunia dan nomer dua untuk jumlah penduduknya.  India semula di kuasai oleh Bangsa Dravida. Namun sejak kedatangan Bangsa Arya yang berhasil merebut wilayah India bagian Utara, Bangsa Dravida lari ke India bagian Selatan (didaerah Dekhan). Bangsa India yang berada di bagian utara mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu. Sehingga agama Hindu dibawa oleh bangsa Arya. Hindu di bawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM.

Kata Kunci: India, Magadha, Ashoka.


Artikel Keruntuhan Dinasti Maurya (322-185 SM) Pada Kerajaan Magadha Di India


PENDAHULUAN


Pada abad ke VII SM, di India bagian Utara berdiri kerajaan yang sering disebut dengan Kerajaan Arya. Hal ini diduga karena didominasi oleh  budaya yang dibawa oleh bangsa Arya setelah bangsa Dravida terusir ke kawasan Asia Selatan. Zaman Aryalah yang menyaksikan lahirnya kerajaan-kerajaan yang ada di India. Karena pada saat itu bangsa  Arya yang menguasai India bagian Utara India dengan membawa agama Hindhu.


Di India bagian utara telah berdiri kerajaan seperti Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkemuka ialah Kerajaan  Magadha (Suwarno, 2012: 37).  Magadha didirikan oleh Dinasti Sisunaga sekitar tahun 642 SM, ibukotanya berada di Giripraja atau Rajgir. Dibangun oleh Dinasti Sisunaga dan runtuh pada Dinasti Kanva, dan terkenal, berkuasa serta menjadi kejayaan bagi kerajaan Magadha yaitu pada Dinasti Maurya. Pada dinasti Sisunaga (pendiri awalnya ) paling terkenal yaitu Raja Bimbisara anak dari Raja Sisunaga. Pada Dinasti Nanda terdapat sembilan raja, namun dalam dinasti ini tidak begitu banyak nama raja yang diketahui bahkan hampir tidak ada yang mengetahui.


Salah seorang keturunan raja Nanda dan pernah menjabat sebagai menteri di kerajaan Magadha, Mahapadma Nanda berhasil membunuh salah seorang keturunan Bimbisara dan menggantikan tahta kekuasaannya. Berkuasa sekitar hampir selama satu abad, pada waktu itu juga terdapat penyerbuan Iskandar Agung ke lembah Indus, Magadha berada dibawah pemerintahannya Raja Nanda yang amat besar kekuasaannya (Su’ud, 1988: 138).


Yang ketiga yaitu Dinasti Maurya yang mana paling terkenal adalah raja pertama dinasti ini yaitu Candragupta dan Raja Asoka. Ibukota kerajaan ini juga berpindah-pindah karena pemimpinnya yang berpindah-pindah. Ibukota kerajaan Magadha di masa Candragupta ada di Pathiputra atau seperti orang Yunani menyebutkanya adalah Polibotra (Su’ud, 1988: 141). Dinasti Sunghadinasti keempat, dan dinasti terakhir yaitu dinasti Kanva. Dinasti yang membawa kerajaan Magadha mengalami keruntuhan dan digantikan kerajaan lain yaitu kerajaan Andhra.


METODE KAJIAN


Untuk  menjawab permasalahan yang dikemukakan di dalam penulisan artikel ini, digunakan pendekatan secara normatif yaitu suatu pendekatan yang menelaah kaidah-kaidah, norma-norma, aturan-aturan yang berhubungan masalah yang akan dikaji oleh penulis. Pendekatan tersebut untuk mrngumpulkan berbagai macam peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan literatur-literatur yang erat hubungan dengan masalah yang akan dikaji.


Kajian yang dilakukan ialah studi kepustakaan kajian yang secara deskripsi analisis yng bertujuan untuk dapat menjelaskan tentang faktor penyebab Keruntuhan Dinasti Maurya (322-185 SM) Pada Kerajaan Magadha Di India.


Mengenai studi kepustakaan koentjoaraningrat (1983:83) menyatakan sebagai berikut:


Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan macam-macam materi yang terdapat di dalam ruang perpustakaan, misal koran, majalah-majalah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penilitian.


Dengan teknik kepustakaan, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data dan informasi berupa teori-teori atau argument yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.


PEMBAHASAN

Dinasti Sisunaga memerintah Kerajaan Magadha kurang lebih 540-490 SM dengan 5 orang raja yang memerintah. Dengan urutan sebagai berikut, Sisunaga (Pendiri Kerajaan Magadha) (Sekitar 642 SM), Bimbisara (540-490 SM), Ajatasatru (490- 459 SM), Darsaka(458- 435 SM), dan Udaya (435- 413 SM). Diantara kelima raja tersebut, Bimbisara (anak Sisunaga) merupakan raja yang terkenal karena berhasil memperluas wilayah hingga Kerajaan Kosala dan Vaisali (Suwarno, 2012: 37).


Raja Bimbisara kemudian digantikan oleh anaknya Ajatasatru (490-459 SM). Dalam masa pemerintahnya, agama Buddha dan Jain saling bersaing untuk merebutkan pengaruh di istana Kerajaan Magadha. Jainlah yang berhasil menarik perhatian raja Ajatasatru. Dalam masa Ajatasatru Ibu Kota Kerajaan Magadha dipindahkan ke Pataliputra tepi Sungai Gangga yang semulanya beribukota di Giripraja. Kemudian dilanjutkan Darsaka yang memerintah tahun 458- 435 SM. Setelah Darsaka berhenti memerintah, Pemerintahan digantikan oleh puteranya Udaya, yang merupakan cucu dari Ajatasatru.


Pada masa pemerintahan Udaya,seorang Raja Imperium Persia yakni Darius Hustapes yang sedang memperluaskan wilayah ke India. Darius Hutapes lewat gerakan militernya berhasil menaklukan daerah Sind dan Punjab bagian barat (Umar, 2013). Pada 413 SM, dinasti Sisunaga dikalahkan oleh seorang menterinya yang bernama Mahapadma Nanda. Dimana menteri tersebut berhasil mendirikan Dinasti Nanda.


Dinasti Nanda memerintah kerajaan Magadha sekitar satu abad lamanya (413- 322 SM). Pemerintahan Nanda dipimpin 9 orang raja. Dinasti ini kurang disukai oleh rakyat pada waktu itu karena dianggap memberatkan rakyat, misalnya saja kewajiban membayar pajak yang tinggi (Suwarno, 2012: 39). Pada tahun 326- 5 SM terjadi beberepa pemberontakan sehingga memnunculkan seorang pemuda yang bernama Candragupta Maurya. Candragupta Maurya berhasil merebut kekuasaan Dinasti Nanda dan berhasil menancapkan kekuasaan Kerajaan Magadha di bawah Dinasti Maurya.

Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta dari hasil kudeta yang di pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal penting yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah persinggungan India dengan bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin agungAlexander the great (Iskandar Zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun sebelum Chandragupta naik tahta.


Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai maksud politis saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur (Ridwan, 2012). Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great tidak mempunyai motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat saja dan tidak meneruskan penyerangan kearah timur, dan bahkan mereka kembali lagi ke barat (Eropa).


Selain itu, hal menarik yang perlu dikaji pada masa Ashoka adalah berkembangnya agama Budha. Pada tahun 261 SM Asoka bertekat untuk membulatkan kerajaan dengan jalan menaklukkan Kalingga atau Orissa yang terletak di teluk Benggala dan merupakan negara merdeka yang belum di kuasai oleh negara lain. Dan dalam pertempuran perebutan wialyah itu, menurut yang tercatat pada pertilisan maupun batu karang yang di keluarkan oleh Asoka, di katakana bahwa 125 orang di tawan, 100.000 orang mati terbunuh dan berlipat ganda dari semua itu musnah (Wendika, 2011) .


Tindakan yang di lakukan Asoka tersebut telah membuat proses pemersatuan India itu meruapkan ambisi dari sang raja yang ingin berkuasa dengan segala kekejaman. Hingga pada suatu saat sang raja terpengaruh oleh kebijaksanaan seorang pendeta agama Budha yang bernama Upagupta sehingga raja berubah menjadi orang bijak serta belas kasihan terhadap sesama. Asoka memasuki salah satu aliran Budha dan menjadi seorang biksu serta bertekat mengembangkan ajaran Budha ke seluruh penjuru daerah kekuasaannya. Padahal nenek moyang Ashoka adalah penganut setia Hindu.


Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan atas berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang selalu menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun pada akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya aliran yang menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana (Andani, 2013). Puncaknya adalah kematian raja terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185 SM.


Dapat dikatakan bahwa Dinasti Sungha adalah aktor  yang berperan penting dalam mengembalikan keberadaan Agama Hindu yang sempat tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan keberhasilannya membunuh Buhadratha tahun 185 SM (Andani, 2013). Mulai saat itu sampai tahun 1875, Sungha dan keturunannya berhasil menguasai Maghada. Seperti yang telah disinggung, bahwa Sungha kembali memberi angin segar kepada pemeluk Hindu dan khususnya Brahmana untuk kembali mengembangkan Agama Hindu.


Raja Sunga menjadi tidak berkuasa lagi di bawah pengaruh menterinya, Vasudeva, yang akhirnya membunuh raja dan menggantikannya (73 SM). Keturunannya bernama Raja Kanva. Raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan digantikan oleh Raja Andhra, yang mempunyai 30 turunan, memerintah hampir 250 tahun lamanya, sampai tahun 225 Masehi.

Dalam proses keruntuhannya Dinasti Muarya memiliki sejarah yang dramatis, dikenal sebagai dinasti yang membawa Kerajaan Magadha pada masa kejayaan dengan melakukan perluasan kekuasaan hingga hamper menyatukan india melalui peperangannya. Sampai mengalami kemerosotan yang sangat drastic.Ada beberapa faktor yang menarik mengenai runtuhnya Dinasti Maurya, yang akan di bahas sebagai berikut.


Penyebab langsung pada penurunan tersebut adalah pembagian dari Kekaisaran Maurya menjadi dua bagian, seperti yang dibahas sebelumnya. "Seandainya pembagian tidak terjadi, invasi Yunani dari Barat Laut bisa saja dibendung untuk sementara waktu. Suksesi penguasa Maurya yang lemah setelah Asoka benar-benar mengganggu administrasi Maurya.

Lemahnya penguasa ini dapat dibayangkan dari kenyataan bahwa sebanyak enam penguasa bisa memerintah dalam kurun waktu52 tahun Kekaisaran dan akhirnya raja Maurya yang terakhir dibunuh oleh Panglimanya sendiri Pusyamitra Sungha yang kemudian naik tahta dan mengawali kekuasaan Dinasti Sungha.


Banyak sarjana menuduh Asoka sebagai penanggung jawab atas penurunan Dinasti Maurya. HC Raychaudhuri menyatakan bahwa kebijakan pasifis Asoka bertanggung jawab karena menghambat kekuatan kekaisaran.


 Dia mengatakan: "Dari waktu Bimbisara perang Kalinga sejarah India adalah kisah perluasan Magadha dari negara kecil di Bihar Selatan ke kerajaan raksasa membentang dari kaki Hindukush ke perbatasan negara Tamil."

Setelah perang Kalinga terjadi periode stagnasi pada akhir yang proses dibalik. Kekaisaran secara bertahap menyusut luasnya sampai tenggelam ke posisi yang Bimbisara dan para penerusnya telah dibangkitkan itu. "Namun, pandangan Raychaudhuri itu tampaknya tidak dapat dipertahankan, karena Asoka tidak berpaling pasifis lengkap setelah perang Kalinga mengingat fakta bahwa ia tidak demobilisasi tentara Maurya atau menghapuskan hukuman mati. Asoka hanya menyerah kebijakan imperialis dan berkhotbah non-kekerasan setelah perang Kalinga. Pasifisme praktis seperti tidak bisa bertanggung jawab atas penurunan Kekaisaran Maurya.


Harprasad Sastri memegang pandangan bahwa penurunan Kekaisaran Maurya adalah hasil dari pemberontakan brahmanis karena larangan pengorbanan hewan dan merusak prestise Brahmana dengan "mengekspos mereka sebagai dewa-dewa palsu". Tapi pandangan Sastri hanyalah hipotetis karena pertama, Brahmanisme sendiri menekankan non-kekerasan dan kedua, Asoka hanya melarang penyembelihan hewan tidak perlu tertentu dan pada hari-hari keberuntungan tertentu.


Kemudian lagi sering permintaan Asoka dalam piagam-piagam nya untuk hormat untuk Brahmana dan Sramanas hampir menunjuk ke keberadaannya anti-Brahmana-manical dalam pandangan.


D.D. Kosambi berpendapat bahwa telah terjadi tekanan terhadap perekonomian Maurya. Dapat dilihat dari tingginya pajak yang ditarik serta melemahnya perdagangan.


Prof Romila Thapar berpandangan: "sistem administrasi Maurya begitu terpusat yang memungkinkan penguasa mampu menggunakannya baik untuk keuntungan pribadi maupun kepentingan Kerajaan Magadha sendiri, pada tingkat yang sama itu bisa menjadi berbahaya bila penguasa yang lemah mendapatkehilangan kontrol pusat dan memungkinkan terjadi kehancuran dimana-mana. Melemahnya pusat kontrol di bawah Maurya kemudian menyebabkan melemahnya administrasi secara otomatis."


Pembagian kekuasaan  setelah kematian Asoka telah memberikan pukulan lebih lanjut kepada pemerintah Maurya yangterpusat di bawah penguasa yang lemah, yang mengarah ke penurunan dan disintegrasi Kekuasaan Maurya.


Faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap penurunan Dinasti Muarya telah digambarkan dalam pemberontakan kaum brahmanis terhadap kelompok kebijakan Pro-Budhis Asoka serta para pengikutnya. Pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan Maurya setelah kematian Asoka.(writer. 2011)


Orang-orang India pada masa itu meninggalan seni seperti membuat patung, kuil, namun peninggalan-peninggalan itu tidak ada lagi. Orang-orang ahli mengatakan adanya peninggalan-peninggalan seni tersebut seperti patung, kuil itu banyak dibuat pada masa Kerajaan Magadha terutama Dinasti Maurya, raja Asoka yang mana ukiran serta pahatan-pahatannya berkembang dan mempunyai mutu yang tinggi. 


Namun perkembangan itu tidak begitu terang, dikarenakan menurut para ahli bahwa hasil-hasil seni tersebut terbuat dari kayu ataupun bahan bahan yang tidak awet sehingga peninggalan-peninggalan itu tidak berbekas lagi. Selain itu para ahli menemukan hal-hal yang aneh akan hilangnya peninggalan-peninggalan tersebut, namun para ahli tidak berani untuk mengambil kesimpulan.

Dalam dinasti Maurya yang dipakai dalam hasil karyanya bukan hanya menggunakan satu aliran saja melainkan ada dua yaitu yang satu ternyata sangat dipengaruhi oleh oleh seni Hellenis Persia dan satu lagi rupa-rupanya seni india asli (Sari, 1995:71).


Pada dinasti Maurya terutama Raja Asoka, bayak didirikan stuppa, sekitar 84.000 buah, berfungsi untuk menyimpan peninggalan-peninggalan keramat Cri Budha dan peninggalan orang keramat yang lain-lainya. Selain juga mendirikan tugu-tugu batu yang ditulisi dengan maklumat-maklumat mengenai agama dan mengenai hal-hal yang berlaku sebagai tanda peringatan. Namun stuppa-stuppa yang didirikan sudah hampir lenyap, tetapi tugu-tugu Asoka masih ada sekitar 35 buah yang ditemukan orang.


Tugu batu tingginya antara 10-15 m. Batang tugu itu terdiri dari satu batu saja, yang di upam sangat halus. Seni upam ini berasal dari negeri Persia. Di atas batang tugu terdapat pula sebuah batu besar, yang dinamakan kapital. Kapital tersebut terdiri dari tiga bagian. Bagian bawah disebut lonceng yang sebenarnya menyerupai bentuk bunga teratai yang terbalik. Di atas bunga teratai itu terdapat sebuah lempeng batu yang berlaku sebagai alas patung (yaitu untuk bentuk atasnya).


Lempeng batu atau abakus seringkali diukir dengan gambar binatang-binatang, seperti gajah, lembu jantan, kuda, dan singa, yang semuanya mempunyai arti kiasan. Pada tiang-tiang Asoka yang lebih kemudian didirikan patung binatang di atas abakus itu kadang-kadang lebih dari seekor. Seringkali di atas patung atau roda yang mendatar, yang bekasnya masih ada pada sebuah tiang yang termashur, yaitu "Tugu empat dari kapitel".


Gajah diartikan masa hamil ibu sri Buddha, singa berarti melambangankan sri Buddha di masa mudanya yang sangat kuat dan tegap badannya, kuda berarti pengabaian besar, lembu jantan berarti kelahiran. Terdapat juga tulisan yang juga dipakai kala itu. Berdasarkan sumber, tulisan yang dipakai pada masa Asoka ialah tulisan Karoshthi yang berasal dari luar India melalui Persia. Bentuk hurufnnya sangat baik sekali dan pada umumnya dipahatkan ke dalam batu.


KESIMPULAN


Di India bagian utara berdiri kerajaan-kerajaan Hindu yaitu Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkenal adalan Kerajaan Magadha didirikan pada abad VII M.  Kerajaan Magadha didirikan oleh Dinasti Sisunaga. Kerajaan ini diperintah oleh lima dinasti yaitu: Dinasti Sisunaga, Dinasti Nanda, Dinasti Maurya, Dinasti Sunga, dan Dinasti Kanva. Kerajaan Magadha mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Maurya, tepatnya pada masa kepimimpinan Raja Asoka. Namun ketika sepeninggal Raja Asoka, Dinasti Maurya termasuk Kerajaan Magadha mengalami kemunduran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keruntuhan Kerajaan Magadha, antara lain :

  1. Pembagian kekaisaran Maurya
  2. Lemahnya penguasa Maurya setelah sepeninggal Asoka
  3. Asoka bertanggungjawab atas kemunduran Kerajaan Magadha
  4. Tekanan pada Ekonomi Maurya
  5. Administrasi yang sangat terpusat.

DAFTAR PUSTAKA


Andani, Sari. 2013. Kebudayaan Harappa Peradaban India Kuno. (Online). (http://sariandani.multiply.com/journal/item/2013/Kebudayaan_Harappa_Peradaban_India_Kuno_). Diakses pada tanggal 22 November 2015.

Ridwan, Zein. 2012. Periodesasi Sejarah Agama Hindhu Zaman.(http://zeinridwan.blogspot.com/2012/12/periodesasi-sejarah-agama-hindu-zaman.html). Diakses pada tanggal 22 November 2015.
Sari,Anwar.1995.Sejarah Kebudayaan India Kuno. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX M. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Su’ud, Abu. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.
Umar. 2013. Zaman Sesusah Veda, (online), (http;//Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official Site_files/Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official Site.htm). diakses tanggal 22 November 2015.
Wendika, 20011. Dinasti Muarya. (Online). (http://cemekam.blogspot.com/2011/03/dinasti-maurya.html). Diakses pada tanggal 22 November 2015
http://sigitsejarah.blogspot.co.id/2014/03/faktor-penyebab-runtuhnya-dinasti.html.diakses tanggal 22 November 2015


Demikianlah artikel tentang Keruntuhan Dinasti Maurya (322-185 SM) Pada Kerajaan Magadha Di India. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Artikel Terkait

2 Comments

Wah ini kisah film asoka itu. Sebelum masehi ya. Termasuk budaya kuno india dibanding bangsa kita.

Btw, Universitas Muhammadiyah Metro itu dimana?

Oomnya update film sejarah ya ternyata.

Universitas muhammdiyah metro itu ada di provinsi lampung, kota metro.

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon