Pengertian Sikap Belajar
Pada Kesempatan kali ini kita akan membahas tentang sikap belajar. Sikap belajar merupakan perilaku yang dilakukan dalam kegiatan belajr mengajar. Oleh karena itu, sebagai guru yang baik sudah seharusnya mengetahui konsep belajar yang baik agar dapat memberikan atau menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan baik pula.
1. Sikap
Faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Menurut Bruno dalam Syah
Muhibbin (2002: 123) Sikap
merupakan kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik
atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada
prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecendrungan siswa untuk bertindak
dengan cara tertentu. Selanjutnya menurut Walgito (http://tarmizi.worpres.com
) Sikap mengandung tiga komponen yaitu:
- Kognitif (konseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap.
- Afektif (emosional) yaitu yang berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
- Konatif (perilaku atau action component). yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap.
Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengentaskan Masalah Kecanggungan Pergaulan
Dasar-Dasar Pelayanan Bimbingan Dan Konseling
Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Permasalahan Penyesuaian Sosial Remaja
Lebih lanjut, Walgito
menjelas bahwa komponen sikap afektif perlu mendapatkan penekanan secara khusus,
karena sikap afektif ini merupakan sumber motif yang terdapat di dalam diri
siswa. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, sedangkan minat
akan memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan
gagal dalam belajar, disebabkan karena tidak adanya minat.
Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap
terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang
mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya,
dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan
juga merugikan. Secara garis
besar komponen sikap kognitif ini berpengaruh terhadap komponen afektif atau
komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak
senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Kemudian sikap
tersebut diaplikasikan dalam bentuk perilaku atau action component,
yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku. Komponen
ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya
kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Untuk melihat lebih lanjut
mengenai sikap belajar sebenarnya ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa
siswa mengambil sikap. Hal ini berkaitan erat dengan
fungsi sikap, sebagai berikut:
1) Sikap
sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (instrumentalfunction).
Seseorang mengambil sikap
tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap
tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang
akan mempunyai sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian
pula sebaliknya. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi penyesuaian (adjustment),
karena dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungannya.
2) Sikap sebagai pertahanan ego.
Kadang-kadang orang
mengambil sikap tertentu terhadap sesuatu objek karena untuk mempertahankan ego
atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil
sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya.
3) Sikap sebagai ekspresi nilai.
Yang dimaksud ialah
bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nila-nilai pada orang tua. Sikap
yang diambil oleh seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang
tersebut.
4) Sikap sebagai fungsi pengetahuan.
Ini berarti bahwa
bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan
pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu
belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada sikap orang itu terhadap
objek tersebut.
Siswa mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang
bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang
dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian
mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya
berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun
demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Jadi harus ada sekedar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap terhadap
suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Dari
informasi yang didapatkan itu akan menimbulkan berbagai macam perasaan positif
atau negatif terhadap suatu objek.
Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, menurut
Slameto, (2003: 189) antara lain: “1)
Melalui pengalaman yang berulang-ulang, 2) Melalui imitasi, 3) Melalui sugesti, 4) Melalui identifikasi”
Berdasarkan uraian diatas bahwa aspek afektif pada diri siswa besar
perananya dalam pendidikan, dan karenanya tidak dapat kita abaikan begitu saja.
Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan lebih dari itu kita harus
memanfaatkan pengetahuan kita mengenai karakteristik siswa untuk mencapai
tujuan pengajaran. Mengubah sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan, karena ada kecendrungan sikap-sikap untuk bertahan. Menurut
pendapat Slameto, (2003: 190) ada banyak hal yang menyebapkan sulitnya mengubah
suatu sikap, antara lain:
- Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan
- Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang
- Bekerjanya asas selektivitas
- Bekerjanya prinsip mempertahankan keseimbangan
- Adanya kecendrungan seseorang untuk menghindari kontak dengan data yang bertentangan dengan sikap-sikap yang telah ada
- Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara orang yang mempertahankan pendapat-pendapatnya sendiri.
Mengubah sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan. Ada
beberapa metode yang dipergunkan untuk mengubah sikap antara lain “dengan
mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan, dengan cara mengadakan
kontak langsung dengan objek sikap dengan memaksa orang menampilkan tingkah
laku-tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada”,
Slameto (2003: 190).
Meskipun terdapat banyak faktor yang menyebabkan sikap
cendrung bertahan, namun dalam kenyataanya tetap terjadi perubahan-perubahan
sikap sebagaimana mestinya yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan
zaman akan membawa perubahan dalam hal-hal yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
orang-orang pada saat tertentu, juga akan terjadi perubahan dalam sikap mereka
terhadap berbagai objek, hal ini menunjukkan bahwa usaha mengubah sikap perlu
dikaitkan pula dengan kebutuhan dan keinginan dari orang-orang yang akan
diusahakan perubahan sikapnya.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar bukan hanya sekedar melibatkan
stimulus dan respon. Menurut teori kognitif belajar lebih mementingkan proses
dari pada hasil belajarnya, tingkah laku belajar seseorang ditentukan oleh
persepsi dan serta pemahamannya terhadap situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya.
Belajar adalah proses yang terjadi sebagai hasil
pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan. Menurut Slameto (2003:
2) belajar merupakan “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh sesuatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya
kerena itu sudah tentu tidak setiap perubahan diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar.
a.
Ciri-Ciri Belajar
Berlangsungnya suatu proses belajar akan terlihat pada ciri-ciri berikut:
Berlangsungnya suatu proses belajar akan terlihat pada ciri-ciri berikut:
- Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
- Perubahan perilaku relative permanent, dalam arti dalam batas waktu tertentu tidak berubah, akan tetapi tidak akan terpatri seumur hidup
- Perubahan perilaku tersebut lebih bersifat potensial, dalam arti tidak harus segera dapat diamati saat proses belajar berlangsung
- Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman
- Pengalama atau latihan itu dapat memberikan penguatan berupa dorongan untuk mengubah tingkah laku.
b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Belajar
Secara global, factor-faktor yang
mepengaruhi belajar siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam menurut pendapat
Syah, (2003: 144) yitu:
1.
Faktor internal (factor dari
dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor eksternal (factor dari
luar siswa), yakni dari kondisi lingkungan disekitar siswa.
3.
Faktor pendekatan belajar,
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap
ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya cendrung
mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya,
seseorang siswa yang berintelejensi tinggi (faktor eksternal) dan mendapat
dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih
pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi karena
pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang berprestasi
tinggi dan berprestassi rendah atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini seseorang guru
yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatassi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
c.
Tujuan Belajar
Belajar pada diri manusia, merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu:
1) Tujuannya mengubah tingkah laku kearah yang lebih baik. 2) Sasarannya meliputi
tingkah laku kognitif, psikomotorik, dan
afektif.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan belajar dapat diartikan sebagai kondisi yang diinginkan setelah
pebelajar (individu yang belajar) selesai melakukan kegiatan belajar. Dalam
pengertian bahwa setelah belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam diri
siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari
tidak terampil menjadi terampil dan sebagainya. Demikian pula dalam hal sikap belajar
bertujuan untuk membangun sikap yang positif terhadap sesuatu.
Dalam
hal mewujudkan sikap belajar siswa ditandai dengan munculnya
kecendrungan-kecendrungan baru yang telah berubah terhadap suatu obyek, nilai, peristiwa
dan sebagainya. Menurut
Djamarah (http//tarmizi.wordpress.com) Sikap belajar merupakan:
Sesuatu yang belum diketahui dapat
mendorong siswa untuk belajar untuk mencari tahu. Siswa pun mengambil sikap
seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa mempunyai keyakinan dan
pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya. Sikap itulah yang mendasari
dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi, sikap siswa dapat dipengaruhi
oleh motivasi sehingga ia dapat menentukan sikap belajar.
Berdasarkan uraian
di atas dapat dijelaskan bahwa munculnya sikap seorang siswa diiringi oleh
minatnya terhadap suatu objek. Kemudian diyakini bahwa objek yang menarik minat
siswa tersebut misalnya terhadap proses pembelajaran di kelas akan menjadi
dasar motivasi siswa sehingga akan menentukan sikap siswa itu untuk belajar.
Sedangkan
menurut Syah, (2003: 149) sikap belajar merupakan: ”gejala
internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif”.
Berdasarkan
pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sesuatu
yang belum diketahui dapat mendorong siswa untuk belajar untuk mencari tahu.
Siswa pun mengambil sikap seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa
mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya.
Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi,
sikap siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi sehingga ia dapat menentukan sikap
belajar.
Menurut Sund dalam Slameto, (2003: 147) sikap belajar siswa yang kreatif apabila siswa tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Menurut Sund dalam Slameto, (2003: 147) sikap belajar siswa yang kreatif apabila siswa tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar
2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
3. Panjang akal
4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti
5. Cendrung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
6. Cendrung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
8. Berfikir fleksibel
9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cendrung memberi jawaban lebih banyak
10. Kemampuan membuat analisis dan sitesis
11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas
Beberapa
indikator siswa kreatif tersebut, jika dimilki oleh siswa dalam melaksanakan
proses belajar dan menjadi perhatian guru dalam melaksanakan maka akan sangat
mendukung tercapainya proses belajar yang optimal.
3. Konsep Sikap Belajar
Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan
perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Menurut
Brown dan Holtzman (http://meetabied.wordpress.com) mengembangkan
konsep sikap belajar melalui dua komponen, yaitu:
1. Teacher Approval (TA) yaitu berhubungan
dengan pandangan siswa terhadap guru-guru.
2. Education Acceptance (EA), yaitu terdiri atas penerimaan dan
penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai;materi yang akan disajikan,
praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan guru
sebagai leader dalam proses belajar mengajar. Sikap belajar bukan saja sikap
yang ditujukan pada guru, melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai,
materi pelajaran, tugas dan lain-lain. Sikap belajar siswa akan berwujud dalam
bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau
tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti itu akan berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya.
4. Peranan Sikap Belajar
Sikap belajar ikut menentukan intensitas
kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas
kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap belajar yang negatif. Peranan
sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang melainkan juga
bagaimana ia melihatnya. Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif. Sikap
belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, sedangkan minat akan memperlancar
jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar,
disebabkan oleh tidak adanya minat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa sikap belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa.
Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh
karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif
akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih
baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.
Jangan ketinggalan:
Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁
EmoticonEmoticon