Tujuan Holistik
Pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Pendidikan holistik membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri. Dalam arti, para siswa dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya.
Oleh karena itu, upaya pendidikan holistik tidak lain adalah untuk membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan di dunia.
Pada saat ini banyak model pendidikan yang berdasarkan pandangan abad ke 19 yang menekankan pada (belajar terkotak-kotak), linier thinking (bukan sistem) dan (fisik yang utama), yang membuat siswa sulit untuk memahami relevance dan value antara yang dipelajari disekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang terpusat pada anak yang dibangun berdasarkan asumsi connectedness, wholeness, dan being fully human.
Untuk mencapai tujuan pendidikan holistik, maka kurikulum yang dirancang harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan manusia holistik. Termasuk di dalamnya membentuk anak menjadi pembelajar sejati, yang senantiasa berpikir holistik, bahwa segala sesuatu adalah saling terkait atau berhubungan.
Pada saat ini banyak model pendidikan yang berdasarkan pandangan abad ke 19 yang menekankan pada (belajar terkotak-kotak), linier thinking (bukan sistem) dan (fisik yang utama), yang membuat siswa sulit untuk memahami relevance dan value antara yang dipelajari disekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang terpusat pada anak yang dibangun berdasarkan asumsi connectedness, wholeness, dan being fully human.
Untuk mencapai tujuan pendidikan holistik, maka kurikulum yang dirancang harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan manusia holistik. Termasuk di dalamnya membentuk anak menjadi pembelajar sejati, yang senantiasa berpikir holistik, bahwa segala sesuatu adalah saling terkait atau berhubungan.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap efektif untuk menjadikan manusia pembelajar sejati di antaranya adalah pendekatan siswa belajar aktif, pendekatan yang merangsang daya minat anak atau rasa keingintahuan anak, pendekatan belajar bersama dalam kelompok, kurikulum terintegrasi, dan lain-lain.
Pendidikan holistik dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan beberapa cara, di antaranya dengan menerapkan Integrated Learning atau pembelajaran terintergrasi/terpadu, yaitu suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran.
Pendidikan holistik dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan beberapa cara, di antaranya dengan menerapkan Integrated Learning atau pembelajaran terintergrasi/terpadu, yaitu suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran.
Inti pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi lainnya, antara saru mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Dari integrated learning inilah muncul istilah integrated curriculum (kurikulum terintegrasi/terpadu).
Karakteristik kurikulum terintegrasi menurut Lake dalam Megawangi antara lain; adanya keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan, menekankan pada aktivitas kongkret atau nyata, memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam kelompok.
Karakteristik kurikulum terintegrasi menurut Lake dalam Megawangi antara lain; adanya keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan, menekankan pada aktivitas kongkret atau nyata, memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam kelompok.
Selain memberikan pengalaman untuk memandang sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang dipelajarinya.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melihat keterkaitan antar mata pelajaran dalam hubungan yang berarti dan kontekstual bagi kehidupan nyata. Selain itu dengan kurikulum terintegrasi, proses belajar menjadi relevan dan kontekstual sehingga berarti bagi siswa dan membuat siswa dapat berpartsipasi aktif sehingga seluruh dimensi manusia terlibat aktif (fisik, sosial, emosi, dan akademik).
Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melihat keterkaitan antar mata pelajaran dalam hubungan yang berarti dan kontekstual bagi kehidupan nyata. Selain itu dengan kurikulum terintegrasi, proses belajar menjadi relevan dan kontekstual sehingga berarti bagi siswa dan membuat siswa dapat berpartsipasi aktif sehingga seluruh dimensi manusia terlibat aktif (fisik, sosial, emosi, dan akademik).
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁
EmoticonEmoticon