Pengertian Filsafat dan Pemikiran Para Ahli Filsafat Yunani Kuno

Tags

A. Pengertian Filsafat

Pertanyaan pokok yang harus dicari jawabannya adalah apakah filsafat itu. Tentu Anda sendiri sering mendengar bahkan menggunakan kata filsafat. Perlu Anda ketahui bahwa telah banyak para ahli filsafat yang memberikan pengertian dan definisi tentang filsafat.

Akan tetapi, terdapat keragaman dalam memberikan pengertian dan merumuskan definisi tersebut. Hal ini terjadi karena masing-masing ahli filsafat atau filsuf itu mempunyai konsep yang berbeda dengan filsuf yang lain dan memiliki dasar pemikiran dan pandangan yang berbeda pula.

Anda perlu memahami perbedaan tersebut dengan seksama untuk memperoleh wawasan pengetahuan yang luas dan mendalam. Perlu Anda ketahui bahwa kata filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Jadi, philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran, dalam hal ini kebenaran ilmu pengetahuan.

Dalam kegiatan belajar ini, selanjutnya Anda akan diajak untuk memahami pengertian filsafat dengan cara memahami apa yang dilakukan oleh para filsuf itu. 

Anda tentu menyadari  bahwa dalam kehidupan sehari-hari sering kali manusia mengalami hal-hal yang kurang dipahami sehingga menimbulkan pertanyaan dalam dirinya dan menggugah rasa ingin tahunya. Banyak peristiwa yang terjadi dalam alam ini yang sangat menakjubkan, yang menimbulkan kekaguman, bahkan yang menakutkan.

Bintang-bintang yang berkedip-kedip di malam hari, lautan biru yang senantiasa bergerak, bahkan gempa bumi. Anda ingat peristiwa Tsunami di Aceh dan di beberapa tempat yang menghancurkan bangunan-bangunan yang memakan banyak korban adalah beberapa contoh peristiwa alam yang dahsyat.

Tentu saja peristiwa ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah yang sebenarnya terjadi dan apakah yang menjadi asal dari segala yang ada dalam alam ini. Hal ini pulalah yang menjadi pertanyaan dan pemikiran bagi beberapa orang pada masa sekitar 600-200 tahun Sebelum Masehi (SM) di Yunani

B.  Ahli-Ahli Filsafat Alam Yunani

Perlu Anda ketahui bahwa pada awalnya, manusia menggunakan mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Mereka percaya bahwa para dewalah yang merupakan sumber segala yang ada. Suasana yang bersifat mitologis seperti persoalan ini  dianggap sebagai awal manusia berpikir tentang “sesuatu” yang ada dibalik segala peristiwa yang dapat diamati oleh indranya.

Kemudian, manusia berupaya untuk menemukan jawaban dengan cara terus-menerus berpikir tentang masalah yang dihadapinya serta melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang diduga dapat membantu memecahkan masalahnya.  

Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad ke-4 sampai abad ke-2 SM telah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang apakah asal mula atau dasar dari segala  yang ada dalam alam ini. 

1. Thales

Thales dari Miletus yang diperkirakan hidup antara tahun 624-548 SM dianggap sebagai orang pertama yang berupaya mencari jawaban atas pertanyaan tentang asal segala benda alam ini. la tinggal di sebuah pulau dan setiap hari ia melihat lautan luas, yang di samping dapat memberikan kehidupan bagi masyarakat di pulau itu, juga dapat menimbulkan bencana bagi para nelayan. 

la pernah melakukan perjalanan ke negeri Mesir dan menyaksikan bagaimana air sungai Nil dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitarnya untuk keperluan pertanian. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa asal segala yang ada ialah air.

Air yang senantiasa bergerak dan tidak pernah diam dipandangnya sebagai asas kehidupan segala yang ada. Coba Anda pikirkan cara berpikir dan pandangannya tersebut sangat dipengaruhi gejala alam yang terdapat di lingkungan kehidupannya, di mana air sangat dominan. Bukankah tanpa air manusia tidak dapat mempertahankan kehidupannya, sebab manusia sangat tergantung pada air.  

2. Anaximenes

Berbeda dengan Thales, Anaximenes yang hidup antara tahun 585-528 SM berpandangan bahwa yang menjadi dasar bagi semua benda dan kehidupan di alam ini ialah udara. Pandangan ini dikemukakannya dengan landasan pemikiran bahwa manusia dan semua makhluk hidup itu bernapas, yaitu mengambil udara yang melingkupi alam semesta. 

Udara merupakan sumber kehidupan karena tanpa udara semua makhluk akan mati. Jadi, udaralah asal dari segala ada. Gerakan udara menyebabkan terjadinya isi alam semesta yang bermacam-macam jenisnya.

Coba Anda pikirkan betulkah manusia tanpa udara tidak akan hidup? 

Jawabannya pasti ya dan tidak dapat dibantah, namun berpikir belum selesai di sini, muncul pertanyaan yang lebih dalam berkait dengan konsep udara itu.  

3. Herakleitos

Herakleitos yang hidup sekitar tahun 540-480 SM berpendapat bahwa tidak ada yang kekal di alam ini. Segala sesuatu tentu mengalami perubahan. Jadi, hakikat segala sesuatu itu ialah perubahan itu sendiri. 

Perubahan dilambangkan sebagai sifat api. Oleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan itu berlaku di bawah suatu hukum yang disebutnya logos, artinya pikiran yang benar. Kata logika yang Anda kenal sekarang ini berasal dari kata logos itu. 

Anda yakin bahwa yang kekal itu adalah Tuhan pencipta alam semesta ini. Orang yang berpikir itu menggunakan akalnya untuk mengetahui apa yang menjadi dasar atau asal segala sesuatu atau hakikat sesuatu itu, serta hukum yang mendasari perubahan yang terjadi padanya. Anda  tentu dapat memahami bahwa Herakleitos telah meletakkan dasar bagi dunia baru, yakni dunia pikiran yang bernama logos yang bersifat kekal. 

4. Phytagoras

Phytagoras hidup antara tahun 580-500 SM dan tinggal di kota Kroton, Italia Selatan. Ia dikenal sebagai seorang yang selalu berusaha membersihkan rohaninya dalam mencapai kesempurnaan hidup. Dengan cara “pemumian”,  manusia membersihkan jiwanya agar pada saat ia meninggal, jiwanya memperoleh kebahagiaan. Selain itu, Phytagoras dikenal pula sebagai ahli matematika.

Tidaklah terlalu mengherankan apabila ia mengajarkan kepada para muridnya bahwa asal segala sesuatu itu ialah bilangan atau angka. Pandangannya tentang alam semesta bertitik tolak dari bilangan. Menurut pendapatnya alam ini tersusun sebagai bilangan-bilangan. Oleh karenanya, manusia akan memperoleh pengetahuan tentang alam ini melalui pengetahuannya mengenai bilangan. 

5. Leukippos

Leukippos bertempat tinggal di kota Miletus. Data tentang kehidupannya tidak banyak dikenal orang. la dianggap sebagai orang pertama yang mengemukakan tentang atom. Pendapatnya ini kemudian dikembangkan oleh Demokritos.

Oleh karenanya, apabila kita membahas teori atom, kedua orang inilah yang dianggap memiliki sumbangan awal terhadap teori tersebut. Leukippos yang diperkirakan melakukan kegiatannya antara tahun 450-420 SM mengemukakan pandangannya bahwa segala sesuatu yang ada itu terdiri atas atom-atom dan ruang kosong, yang jumlahnya tak terhingga. 

Sebuah benda berbeda dengan benda lain karena bentuk, susunan, posisi, dan tumbukan antar atomnya. Perlu Anda ketahui bahwa kata atom terdiri dari kata yang berarti tidak dan tomos yang berarti dibagi. Jadi, Leukippos berpendapat bahwa atom itu tidak dapat dibagi.

6. Demokritos

Sebagaimana telah Anda ketahui, pandangan Demokritos (460-370 SM) tentang asal alam dan segala yang ada, tidak berbeda dengan pandangan Leukippos. Ia mengembangkan pandangan Leukippos dengan mengemukakan pendapatnya bahwa alam semesta terdiri atas atom-atom dan ruang hampa. Atom-atom itu bebas bergerak dan dapat mengubah posisinya. Atom bersifat kekal, tak dapat dilihat, dan tak dapat dibagi.

Atom berbeda satu dengan yang lain dari ukuran, posisi, susunan, berat, dan kecepatannya. Benda yang tampak sesungguhnya merupakan kumpulan atom-atom dan benda yang stabil terdiri atas atom-atom yang saling berkaitan. 

Perubahan wujud benda disebabkan oleh gerakan, tumbukan, dan pengikatan kembali atom-atom tersebut. Perlu Anda ketahui pula bahwa Demokritos juga berpendapat bahwa indra dan pikiran adalah dampak dari gerakan atom-atom. Suatu benda tampak oleh mata karena atom-atomnya yang selalu bergerak menyentuh atom-atom indra kita.

7. Empedokles

Empedokles yang hidup sekitar tahun 490430 SM berpandangan bahwa alam semesta terdiri dari empat unsur utama, yakni udara, api, air, dan tanah. Masing-masing unsur ini memiliki sifat yang berbeda. Udara bersifat dingin, api bersifat panas, air bersifat basah, dan tanah bersifat kering. Suatu benda dapat terjadi karena adanya percampuran antara unsur-unsur tadi. 

Sikap hidup Empedokles dipengaruhi oleh Phytagoras. Ia berpendapat bahwa di samping empat unsur tadi, terdapat pula dua kekuatan yang berpengaruh, yakni cinta dan kebencian. Sesuatu terbentuk dari empat unsur utama di bawah pengaruh kekuatan cinta dan dapat binasa oleh adanya perpisahan antara unsur-unsur tersebut di bawah kekuatan kebencian. Setelah mempelajari pandangan dan argumentasinya.

Maka sampai di sini Anda telah memahami hal-hal yang dilakukan oleh para ahli filsafat serta pandangan yang dikemukakannya. Mereka telah sama-sama mengemukakan suatu pertanyaan dan mereka telah melakukan pemikiran atau perenungan untuk menjawab pertanyaan yang mereka kemukakan secara mendasar. Kegiatan itu mereka lakukan semata-mata karena suka berpikir keras mendasar dan kritis untuk memperoleh makna atau hakikat sesuatu dengan demikian mereka melakukan dialog dengan diri mereka sendiri.

Dengan berpikir mereka menggunakan akal untuk menerangkan hal-hal yang belum mereka ketahui sebelumnya. Hal ini kemudian menghasilkan pengetahuan bagi mereka dan akan membawa mereka menuju ke arah kebijaksanaan. 

Apabila dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pemikir Yunani yang telah Anda pelajari, mereka dapat digolongkan sebagai ahli filsafat atau filsuf. Bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memahami hakikat segala sesuatu dalam alam atau hakikat dari realitas yang ada dengan menggunakan akal serta nurani mereka. Karenanya, mereka dapat dikatakan pula sebagai ahli-ahli filsafat alamo.

C. Tiga Filsuf Besar 

Setelah Anda memahami pengertian filsafat melalui kajian tentang apa yang dilakukan oleh para filsuf alam, Anda diminta untuk menelaah perkembangannya melalui pandangan yang dikemukakan oleh tiga orang yang dianggap sebagai tiga filsuf besar pada masanya, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. 

1. Socrates

Socrates yang hidup antara tahun 469-399 SM adalah seorang filsuf Yunani. la sangat menaruh perhatian pada manusia dan menginginkan agar manusia itu mampu mengenali dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa manusia merupakan asas hidup yang paling dalam.

Jadi, jiwa merupakan hakikat manusia yang memiliki arti sebagai penentu kehidupan manusia Berdasarkan pandangannya itu, ia tidak mempunyai niat untuk memaksa orang lain menerima ajaran atau pandangan tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat menyampaikan pandangan mereka sendiri.

Untuk itu, ia menggunakan metode dialektika, yaitu dengan cara melakukan dialog dengan orang lain sehingga orang lain dapat mengemukakan atau menjelaskan pandangan atau idenya. Dengan demikian, dapat timbul pandangan atau alternatif yang baru. Socrates tidak meninggalkan tulisan-tulisan tentang pandangannya, namun pandangan Socrates tadi dikemukakan oleh Plato, salah seorang muridnya. 

2. Plato

Plato (427-347 SM) mengemukakan pandangannya bahwa realitas yang mendasar adalah ide atau idea. Ia percaya bahwa alam yang kita lihat atau alam empiris yang mengalami perubahan itu bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia penglihatan atau dunia persepsi, yakni dunia yang konkret itu hanyalah bayangan dari ide-ide yang bersifat abadi dan immaterial. Plato menyatakan bahwa ada dunia tangkapan indrawi atau dunia nyata, dan dunia ide.

Untuk memasuki dunia ide, diperlukan adanya tenaga kejiwaan yang besar dan untuk itu manusia harus meninggalkan kebiasaan hidupnya, mengendalikan nafsu serta senantiasa berbuat kebajikan. Plato menyatakan pula bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bagian tertinggi ialah akal budi, bagian tengah diisi oleh rasa atau keinginan, dan bagian bawah ditempati oleh nafsu. Akal budilah yang dapat digunakan untuk melihat ide serta menertibkan jiwa-jiwa yang ada pada bagian tengah dan bawah.  

Perlu Anda ketahui bahwa Plato meninggalkan lebih dari 30 buah tulisan dalam bentuk sastra yang mengandung keindahan dan kemurnian. Tulisan tulisannya yang awal mengemukakan pandangan Socrates, sedangkan yang akhir menyatakan pandangannya sendiri. Plato mendirikan sekolah dan salah seorang muridnya yang pandai ialah Aristoteles yang di kemudian hari dikenal sebagai seorang pemikir dan penulis yang amat berpengaruh. 

3. Aristoteles

Aristoteles (384-322 SM) pernah menjadi murid Plato selama 20 tahun hingga Plato meninggal. Ia senang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan pernah menjadi guru Pangeran Alexander yang kemudian menjadi Raja Alexander Yang Agung. Selanjutnya, perlu Anda pahami bahwa Ia juga mendirikan sebuah sekolah yang disebut Lyceum. Aristoteles merupakan seorang pemikir yang kritis, banyak melakukan penelitian dan mengembangkan pengetahuan pada masa hidupnya. Ia banyak menaruh perhatian pada ilmu kealaman dan kedokteran. 

Tulisan-tulisannya dapat dikatakan, meliputi segala ilmu yang dikenal pada masanya, termasuk ilmu kealaman, masyarakat dan negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia. 

Tulisan Aristoteles yang terkenal hingga sekarang ialah mengenai logika yang disebut analitika. Analitika ini bertujuan mengajukan syarat-syarat yang harus dipenuhi pemikiran yang bermaksud mencapai kebenaran. Dalam hal ini, inti logika Aristoteles disebut silogisme, yaitu cara berpikir yang bertolak dari dua dalil atau proposisi yang kemudian menghasilkan proposisi ketiga yang ditarik dari dua proposisi semula. Pentingnya logika dalam perkembangan ilmu, akan dapat Anda pelajari dalam bahasan tersendiri.  

Pandangan trio filsuf besar ini kemudian dikembangkan oleh para ahli filsafat pada  abad-abad selanjutnya. Mereka mengembangkan filsafat dengan jalan berpikir terus-menerus secara mendasar atau radikal dengan tujuan menemukan akar permasalahan atau suatu realitas yang pada akhirnya dapat memperjelas realitas itu sendiri. Selain itu, senantiasa mempertanyakan hakikat berbagai realitas sebagai upaya untuk menemukan realitas yang tujuannya adalah untuk mengetahui realitas dengan pasti dan jelas. 

Upaya-upaya para filsuf yang telah Anda pelajari tersebut bertujuan mengungkap kebenaran. Oleh karena kebenaran yang bersifat mutlak tidak pernah dicapai, para filsuf tidak pernah berhenti berupaya menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Akhirnya, semua harus disertai oleh cara berpikir yang rasional. Ini berarti bahwa para filsuf senantiasa berpikir logis, sistematis dan kritis. Dengan demikian, upaya mereka ini merupakan awal pengembangan cabang-cabang ilmu atau pengetahuan ilmiah.

Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon