Contoh Makalah Separatis Houthi Dan Revolusi Syiah Di Yaman

Tags

Berikut ini kami akan membagiakan sebuah contoh makalah yang dahulu pernah menjadi salah satu tugas mata kuliah sejarah asia barat daya yang berjudul tentang Separatis Houthi Dan Revolusi Syiah Di Yaman. Untuk lebih jelasnya simak ulasannya berikut ini:

MAKALAH

SEPARATIS HOUTHI DAN REVOLUSI SYIAH DI YAMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Sejarah Asia Barat Daya”
Dosen Pengampu: Dra. Ratna Dewi, M.Pd.



Disusun Oleh:

HENDRI SETIAWAN 13220005

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
TAHUN AKADEMIK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Antropologi dapat kami susun dengan baik. Sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia kejalan yang benar.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Barat Daya fakultas ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro. Diharapkan dengan penyusunan makalah ini pemahaman kami tentang Separatis Houthi dan Revolusi Syiah di Yaman beserta kajiannya dapat semakin dalam. Tidak lupa kami berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terwujudnya makalah yang lebih baik lagi.



Metro, Desember 201

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Awal Munculnya kelompok houthi
B. Awal Peperangan dengan Separatis Houthi
C. Apa Sebab Kekuatan Houthi
D. Bagaimana Cita-cita Negara Syiah Raya
E. Bahaya dan Ancaman Gerakan Houthi

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang


Yaman berada di wilayah yang terletak di wilayah paling kuno dari peradaban di Timur Tengah. Tanah Yaman dikenal lebih subur daripada kebanyakan daerah di Semenanjung Arab, karena di daerah tersebut menerima lebih banyak hujan di pegunungan tinggi. Tetapi karena menurunnya sumber daya alam, termasuk minyak, Yaman dan penduduknya sekitar 26 juta sekarang menjadi sangat miskin. 


Namun, negara ini bagaimana pun tetap menawarkan lokasi yang strategis di ujung barat daya dari Saudi. Sementara dari sudut lain, daerah ini terletak di sepanjang rute laut utama dari Eropa ke Asia, di perairan tersibuk di Laut Merah, rute pengiriman dan perdagangan jalur laut. Jutaan barel minyak melewati perairan ini setiap hari di kedua arah, ke Mediterania melalui Terusan Suez dan dari kilang minyak di Arab Saudi ke pasar energi Asia.


Pusat transportasi Yaman di Aden merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia pada abad ke-20.  Mayoritas penduduk Yaman adalah Muslim, tetapi jika dibagi berdasarkan madzhab, maka ada Sunni dan Syi’ah Zaidi. Intrik dan perpecahan antara Sunni dan Syi’ah terus dihembuskan didasarkan pada konflik agama yang sudah lama berjalan, dimulai dari perbedaan pandangan tentang penerus Nabi Muhammad. 


Kelompok Syiah meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib sepupu Nabi merupakan pimpinan yang sah melanjutkan kepemimpinan Nabi. Sementara kelompok Sunni mengakui sahabat dekat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddik, yang secara sah sebagai Khailfah.


Houthi merupakan cabang Syi’ah Zaidi di bagian ujung utara Yaman, berdekatan dengan perbatasan Saudi. Houthi merupakan nama kelompok yang berasal dari keluarga kabilah terkemuka di Yaman. Kelompok ini diprakarsai oleh mantan anggota parlemen Yaman, Hussein Badreddin al-Houthi. Penguasa Yaman memerintahkan perburuan al-Houthi, yang berakhir dengan ratusan penangkapan dan kematian pemimpin Syi’ah Zaidi, serta puluhan pendukungnya juga tewas. 


Sejak saat itu, Houthi aktif berjuang menembus pusat kekuasaan, menuntut pengaruh politik yang lebih besar, serta menganggap pemerintah bersekutu dengan Arab Saudi, sementara mengabaikan pembangunan nasional dan kebutuhan kabilah tradisional Zaidi


B. Rumusan Masalah

  1. Awal Munculnya kelompok houthi?
  2. Awal Peperangan dengan Separatis Houthi?
  3. Apa Sebab Kekuatan Houthi?
  4. Bagaimana Cita-cita Negara Syiah Raya?
  5. Bahaya dan Ancaman Gerakan Houthi?
C. Tujuan Makalah
  1. Untuk Mengetahui Munculnya Kelompok Houthi
  2. Untuk Mengetahui Awal Peperangan dengan Separatis Houthi
  3. Untuk Mengetahui Sebab Kekuatan Houthi
  4. Untuk Mengetahui Cita-Cita Negara Syiah Raya
  5. Bahaya dan Ancaman Gerakan Houthi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Munculnya kelompok houthi


Kisah munculnya Syiah Houthi bermula dari sebuah desa atau kota kecil yang bernama Sha’dah. Sebuah kota yang terletak 240 Km di utara ibu kota Shan’a. Di sana terdapat perkumpulan terbesar orang-orang Syiah Zaidiyah di Yaman. Pada tahun 1986, dibentuklah di sana sebuah perkumpulan untuk mempelajari ajaran-ajaran Syiah Zaidiyah. Perkumpulan itu disebut dengan Ittihad asy-Syabab (Persatuan Pemuda). 


Untuk memperlancar proses pembelajaran di sana, salah seorang ulama Zaidiyah yang bernama Badrudin al-Houthi mendatangkan para pengajar dari berbagai daerah untuk menetap di wilayah Sha’dah. Pada tahun 1990, Yaman Utara dan Yaman Selatan pun bersatu membentuk negara demokrasi baru yang bernama Republik Yaman. Sistem demokrasi menuntut adanya partai politik dan parlemen. 



Contoh Makalah Separatis Houthi Dan Revolusi Syiah Di Yaman

Saat itulah Ittihad asy-Syabab menjelma menjadi partai politik dengan nama baru Partai al-Haq (Hizbul Haq) sebagai penyambung aspirasi Syiah Zaidiyah di Republik Yaman. Dari partai itu juga muncul seorang kadernya yang bernama Husein bin Badruddin al-Houthi, anak dari Badrudin al-Houthi. Ia menjadi seorang politisi yang terkenal dan menjadi anggota parlemen (DPR) Yaman pada 1993-1997 dan 1997-2001. Badruddin al-Houthi, penyebar ajaran Syiah Itsna Asyariyah di Yaman.


Seiring perkembangan pemikiran Syiah Zaidiyah di negeri Yaman, muncullah keretakan hubungan antara Badruddin al-Houthi dengan ulama-ulama Zaidiyah lainnya. Hal itu ditengarai fatwa ulama-ulama Zaidiyah yang menyelisihi pakem ajaran Syiah selama ini. 


Mereka membolehkan para pengikut Syiah Zaidiyah untuk memilih seorang pemimpin atau tokoh agama walaupun bukan dari keturunan Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhum. Badruddin yang merupakan seorang penganut sekte Jarudiyah (salah satu sekte Zaidiyah yang dekat dengan Syiah Itsna Asyariyah) menolak keras fatwa ini. Saat itulah ia mulai cenderung kepada Syiah Itsna Asyariah lalu terang-terangan membela pemikiran tersebut. Tidak hanya itu, ia juga mulai mengkritik pemikiran Syiah Zaidiyah. 


Karena hal ini, Badruddin pun diasingkan ke Teheran, ibu kota Iran. Meskipun Badruddin al-Hutsri sudah hijrah ke Teheran, namun pengaruh pemikiran Syiah Itsna Asyariyahnya tetap hidup di Yaman, khususnya di wilayah Sha’dah. Bagaimana tidak, ia adalah seorang tokoh pendiri studi Zaidiyah yang berjasa mengembangkan madzhab tersebut di Yaman dan tentu saja memiliki kesan yang mendalam bagi pengikutnya di sana.


Kepergian Badruddin ke Iran bersamaan dengan pengunduran diri Husein bin Badruddin dari Partai al-Haq. Ia membentuk kelompok baru yang pada awal berdirinya hanya bergerak di bidang keagamaan saja. Namun kemudian, kelompok ini bergabung dengan pemerintah melawan Partai Persatuan Yaman yang merupakan perwakilan Ahlussunnah. 


Pada tahun 2002, kelompok ini malah berbalik menjadi oposisi pemerintah. Kelompok Husein al-Houthi pun kian menguat dan berhasil menekan Presiden Ali Abdullah Shaleh agar mengeluarkan kebijakan mengembalikan Badruddin al-Houthi ke tanah airnya Yaman. Karena tidak mengetahui bahaya gerakan Syiah Itsna Asyariyah, Presiden Ali Abdullah Shaleh pun menyetujui kepulangan Badruddin al-Houthi ke tanah Yaman.


B. Peperangan dengan Separatis Houthi


merupakan cabang Syi’ah Zaidi di bagian ujung utara Yaman, berdekatan dengan perbatasan Saudi. Houthi merupakan nama kelompok yang berasal dari keluarga kabilah terkemuka di Yaman. Kelompok ini diprakarsai oleh mantan anggota parlemen Yaman, Hussein Badreddin al-Houthi. 


Ia dituduh oleh pemerintah mendalangi pemberontakan Houthi, termasuk demonstrasi kekerasan anti-Israel dan anti-Amerika, pada tahun 2004. Penguasa Yaman memerintahkan perburuan al-Houthi, yang berakhir dengan ratusan penangkapan dan kematian pemimpin Syi’ah Zaidi, serta puluhan pendukungnya juga tewas.


Sejak saat itu, Houthi aktif berjuang menembus pusat kekuasaan, menuntut pengaruh politik yang lebih besar, serta menganggap pemerintah bersekutu dengan Arab Saudi, sementara mengabaikan pembangunan nasional dan kebutuhan kabilah tradisional Zaidi. 


Yaman sekarang era Presiden Abdu Rabb Mansour Hadi telah menuduh bahwa Houthi didukung oleh Hizbullah, milisi Syiah Lebanon, dan beberapa pejabat Barat pun menuduh bahwa Iran membantu finansial Houthi dalam upaya untuk mengendalikan Laut Merah pantai Yaman. Tuduhan tersebut dibantah oleh Houthi sendiri.


Pada tahun 2004, terjadilah demonstrasi besar-besaran. Orang-orang Houthi dipimpin oleh Husein al-Houthi turun ke jalan menentang sikap pemerintah yang mendukung ekspansi Amerika ke Irak. Pemerintah Yaman merespon demonstrasi tersebut dengan sikap represif. Dalam demonstrasi tersebut orang-orang Houthi menyuarakan Mahdi di tengah-tengah mereka bahkan kenabian pun ada pada mereka. 


Sejak saat itulah pemerintah Yaman menanggapi gerakan Houthi dan Syiah secara serius. Orang-orang Syiah berdemonstrasi di jalan-jalan Yaman sambil membawa slogan dan foto-foto tokoh Syiah. 


Pemerintah Yaman mengumumkan perang terbuka dengan gerakan Syiah dan Houthi. Penangkapan anggota Houthi dan penyitaan senjata-senjata mereka pun digelar besar-besaran. Tidak hanya itu, pemerintah menginstruksikan untuk membunuh Pemimpin Houthi, Husein Badruddin al-Houthi.


Setelah Husein al-Houthi terbunuh, kepemimpinan gerakan ini beralih ke tangan ayahnya, Badruddin al-Houthi. Badruddin cukup berhasil melakukan strategi baru menghadapi pemerintah Yaman. Mereka diam-diam mempersenjatai diri, untuk kemudian mengadakan perlawanan terhadap pemerintah. Pada tahun 2008, Qatar memfasilitasi perjanjian damai antara pemerintah Yaman dengan Houthi


Dua orang saudara kandung Husein al-Houthi yakni Yahya al-Houthi dan Abdul Karim al-Houthi datang ke Qatar untuk menyerahkan persenjataan mereka kepada pemerintah Yaman. Namun perjanjian damai ini tidak berlangsung lama dan perang baru pun kembali terjadi. Bahkan Houthi tampil lebih kuat dengan mengupayakan kekuasaan penuh atas wilayah Sha’dah. 


Mereka merapat ke pinggir Laut Merah untuk memudahkan pasokan logistik perang dari luar Yaman. Dakwah Syiah Houthi kian terang-terangan dan perlawan mereka pun kian menantang. Saat ini, karena kekuatan mereka semakin bertambah, mereka tidak lagi menuntut pemisahan wilayah Sunni dan Syiah, mereka malah bertujuan menguasai wilayah Yaman secara keseluruhan.


C. Sebab Kekuatan Houthi


Ada beberapa hal yang menjadikan sekelompok gerilyawan Houthi begitu kuat hingga bisa merepotkan pemerintah Yaman.

  1. Bantuan Iran. Iran adalah Negara Syiah Itsna ‘Asyariyah yang begitu aktif menyebarkan ideologinya ke seluruh negeri-negeri muslim. Bahkan keinginan kuat itu sudah muncul sejak mula, ketika revolusi Syiah Iran berhasil menumbangkan rezim Syah Pahlevi, Khomeini sang pemimpin revolusi langsung menyatakan melalui siaran radio bahwa revolusi Syiah mereka akan terus menyebar hingga menuju Mekah dan Madinah. Bahwa banyak pejuang-pejuang Syiah di sana bertutur dengan Bahasa Parsi dan berpaspor Iran. Artinya, Iran tidak hanya menyumbang logistik perang saja, tapi mereka juga menerjunkan tentara garda republik mereka untuk membela kepentingan Syiah Houthi dan membela kepentingan Syiah Itsna Asyariyah di dunia Arab. 
  2. Berhasilnya Houthi memenangkan perang opini melawan pemerintah. Sebagaimana kita ketahui, Yaman adalah salah satu negara termiskin dan tertinggal di Jazirah Arab. Banyak masyarakatnya hidup di bawah garis kemiskinan. Kekeringan adalah pemandangan yang merata di daerah yang dulunya terdapat negeri Saba’, negeri yang subur dan makmur itu. Pembangunannya pun tak kalah menyedihkan, statis dan tidak bergerak. Bahkan ada seorang perantau yang mengisahkan bahwa tidak ada perbedaan antara bandara Shan’a yang ia tinggalkan belasan tahun yang lalu dengan bandara Shan’a yang ada sekarang. Tidak ada infrastruktur baru dan pembangunan yang membuatnya menjadi berubah. Houthi berhasil mengankat isu-isu kondisi ekonomi, sosial, dan pembangunan Yaman yang sangat buruk sebagai bukti kegagalan pemerintah dalam mebangun negeri nenek moyang bangsa Arab itu. Akhirnya, rakyat pun simpati dengan gerakan separatis ini. Meskipun mereka tidak sepakat secara ideologi. 
  3. Tribalisme atau budaya kesukuan. Yaman merupakan negara yang masyarakatnya sangat kental dengan kekabilahan. Pengaruh suku dan kabilah masih dijunjung tinggi oleh masyarakat di sana. Syiah Houthi mendapat cukup banyak dukungan dari para tetua kabilah yang beroposisi dengan pemerintah. 
  4. Faktor geografi Yaman. Kontur pegunungan di Yaman cukup menyulitkan bagi militer pemerintah untuk mengepung separatis Houthi. Mereka menjadikan gunung-gunung dan perbukitan sebagai benteng dan menjadikan gua-gua sebagai tempat persembunyian. Ditambah lagi teknologi militer yang masih sederhana menambah kebutaan tentara pemerintah untuk memantau persembunyian-persembunyian mereka. 
  5. Instabilitas politik Yaman. Maraknya demonstrasi yang menuntut dis-integrasi Yaman untuk kembali menjadi Yaman Selatan dan Yaman Utara kembali muncul. Bahkan mantan presiden Yaman Selatan, Ali Salim al-Beidh, keluar dari persembunyiannya di Jerman turut memanaskan kondisi dengan mengampanyekan tuntutan serupa. Tentu saja konsentrasi intelejen pemerintah terpecah, antara menghadapi oposisi dan separatis Houthi.
D. Cita-cita Negara Syiah Raya

Sejarah mencatat bahwa Syiah pernah begitu digdaya dengan Kerajaan Fatimiyah dan Kerajaan Shafawiyah. Khususnya Fatimiyah, mereka pernah menguasai seluruh Jazirah Arab, termasuk Mekah dan Madinah. Dan saat ini, Republik Syiah Iran ingin bernostalgia dengan kejayaan masa lalu tersebut. Hal itu mereka wujudkan dengan mengulirkan revolusi Syiah Iran ke berbagai negeri Islam di dunia, khususnya di Arab. 


Baru-baru ini, anggota parlemen Iran yang bernama Ali Ridha Zakani mengatakan “Saat ini, tiga ibu kota negara Arab sudah berada di genggaman Iran. Mereka semua mengikuti jejak langkah revolusi Iran”. Ujar anggota parlemen wakil dari Teheran itu, sebagaimana dikutip dari laman website surat kabar almesryoon. Tiga ibu kota yang dimaksud oleh Zakani adalah:

  1. Beirut, ibu kota Libanon,
  2. Damaskus, ibu kota Syria, dan
  3. Baghdad, ibu kota Irak. 
Kemudian Zakani melanjutkan pernyataannya bahwa apa yang sedang terjadi di Shan’a, Yaman, juga merupakan perpanjangan dari revolusi Iran. Di hadapan anggota parlemen, ia menyebut bahwa saat ini Iran sedang menghadapi al-Jihad al-Akbar. 

Istilah itu ia sebut untuk menamakan proses penyebaran revolusi Iran di negeri Arab atau bahkan di dunia Islam. Sama sepertinya Syiah di Indonesia, Iran, Libanon, Irak, Bahrain, dan mayoritas Syiah yang ada di dunia, pemberontak Houthi pun berideologi Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 Imam. Di antara ideologi gerakan ekstrim ini adalah:

  1. Ideologi imamah, yaitu bentuk ideologi yang berkeyakinan bahwa kepemimpinan tidak sah kecuali dari keturunan Ali bin Abi Thalib.
  2. Membangkang kepada pemerintah dan menyiapkan diri untuk berhadapan dengan pemerintah.
  3. Memprovokasi dan membangkitkan semangat pengikutnya untuk memerangi Ahlussunnah. Karena Ahlussunnah meridhai selain Ali jadi khalifah, yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum ajma’in.
  4. Memuji-muji revolusi Khomeini dan Hizbullah Libanon. Mereka menjadikan keduanya sebagai teladan yang wajib dicontoh perjalannya.
Memusuhi tiga khalifah pertama dan para sahabat nabi secara umum. Karena dari kaca mata ideologi Houthi dan Syiah 12 Imam, tiga khalifah pertama dan para sahabat nabi adalah sumber bencana pada umat ini. Badruddin al-Houthi mengatakan, “Saya pribadi meyakini kekafiran mereka (para sahabat pen.). Mereka (para sahabat) berada di jalan yang berbeda dengan Rasulullah.
Mereka mengajarkan mencela dan melaknat istri-istri Rasulullah dan para sahabat beliau.

Husein al-Houthi mengatakan, “Seluruh kejelekan yang ada pada umat ini.., setiap kezaliman yang terjadi pada umat ini… dan segala bentuk penderitaan yang dirasakan umat ini… adalah tanggung jawab Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Khususnya Umar, dialah sutradaranya”. Ia juga berkata tentang baiatnya para sahabat kepada Abu Bakar setelah Rasulullah wafat: “Dampak kejelekan baiat itu masih terasa hingga sekarang”. 


Pendiri gerakan separatis ini juga mengatakan, “Permasalahan Abu Bakar dan Umar adalah permasalahan besar. Merekalah dalang semua (keburukan) yang didapat umat ini”. Karena itu, di Iran mereka melakukan revolusi. Di Bahrain melakukan pemberontakan. Di Libanon mereka menguasai kebijakan negara dengan militer non pemerintah yakni grup Hizbullah. Di Yaman mereka memberontak. Di Indonesia? Mereka pun sama. Mereka adalah Syiah 12 Imam.


Secara khusus mereka sangat membenci Umar. Seorang sahabat yang agung yang memadamkan api majusi dengan menaklukkan imperium Persia. Husein al-Houthi mengatakan, “Muawiyah adalah buah di antara kejelekan Umar. 


Dan tidak hanya Muawiyah saja racun dari kejelekan Umar bin al-Khattab, Abu Bakar juga merupakan hasil dari kejelekannya. Demikian juga dengan Utsman, ia juga hasil kejelekan Umar”.


Bukti Eratnya Hubungan Houthi dengan Negara Syiah Lainnya

  1. Husein bin Badruddin al-Houthi sangat terpengaruh dengan perjalanan hidup Khomaini. Ia berazam sekuat tenaga mewujudkan dan menjadikan Yaman seperti Iran.
  2. Salah seorang saudaranya mempelajari metode revolusi dalam sebuah seminar praktik “Ittihadu asy-Syab al-Mukmin” yang diadakan pada tahun 1986 atas sponsor Iran.
  3. Setelah ayahnya (Badruddin al-Houthi) kembali dari Teheran, ibu kota Iran, mulai banyak terjadi perselisihan dengan ulama-ulama madzhab Syiah Zaidiyah.
  4. Kunjungan pemberontak Houthi ke Iran dan kunjungan balik Iran ke Yaman dalam pertemuan-pertemuan rahasia terkait “Ittihadu asy-Syab al-Mukmin” sebagai persiapan revolusi di Yaman.
  5. Pembelaan televisi-televisi Syiah semisal al-Alam di Iran, al-Manar milik Hizbullah Libanon, dll. terhadap pemberontak Houthi saat pemberontak ini berperang dengan pemerintah Yaman.
  6. Militer Yaman menemukan senjata-senjata Iran pada pemberontak Houthi.
  7. Ditemukan dokumen di rumah sakit Iran di ibu kota Shan’a. Dokumen itu menunjukkan keterlibatan Iran dalam operasi spionase (mata-mata), dukungan keuangan, dan militer untuk Houthi. Rumah sakit Iran itu pun akhirnya ditutup oleh pemerintah Yaman.
  8. Adanya lambang Hizbullah Libanon di markas-markas Houthi.
  9. Sejak keberhasilan revolusi berdarah di Iran, Khomaini memang bertekad mengadakan revolusi serupa di negara-negara Arab. Terdapat pejuang-pejuang Syiah Irak di barisan pemberontak Houthi. Orang-orang Syiah baik di Iran maupun yang lain, marah besar atas serangan terhadap pemberontak Houthi
E. Bahaya dan Ancaman Gerakan Houthi

Pemikiran yang paling berbahaya dari kelompok pemberontak ini adalah keyakinan bahwa Imam Mahdi (versi Syiah) akan datang ke dunia. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan tanah tempat kedatangannya untuk kemudian “membebaskan” dua tanah haram, Mekah dan Madinah. 


Kerajaan Arab Saudi harus segera dihancurkan. Kita bisa menyaksikan saat ini, Syiah berusaha mengepung kerajaan ini dengan men-Syiah-kan Irak, Libanon, dan Suriah untuk memagari Arab Saudi di bagian utara. Yaman di bagian selatan. Usaha untuk menguasai Mesir di sebelah barat. Dan Iran sendiri di sebelah Timur. Dalam buku Ashru azh-Zhahir yang ditulis oleh seorang Syiah, Ali Kurani al-Amili, ditegaskan bahwa banyak terdapat hadits dari ahlul bait tentang revolusi Islam di Yaman.Yaman adalah tanah yang disiapkan untuk kedatangan Mahdi. 


Di dalam kitab tersebut disebutkan bahwa pimpinan revolusi bernama “al-Yamani” seorang Yaman yang bernama Hasan atau Husein dari keturunan Zaid bin Ali. Al-Yamani ini keluar dari daerah yang disebut Kur’ah. Sebuah desa di daerah Khaulan dekat Sha’dah.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan


Apa yang terjadi di Yaman semakin menguatkan cengkraman Syiah di tanah Arab. Saat ini, Mekah dan Madinah telah dikepung dari sebelah utara ada Irak kemudian Syria, sebelah timur ada kota-kota basis Syiah seperti Qatif dan kota-kota di Bahrain serta Kuwait, dan sekarang ditambah Yaman di sebelah Utara. 


Tentu saja hal ini menjadi perkara serius bagi keamanan Arab Saudi dan bisa berdampak pula pada kenyamanan ibadah haji dan umrah. Karena tidak jarang, orang-orang Syiah membuat gaduh tanah haram dan meresahkan jamaah yang ada di sana.


Peristiwa ini juga, dapat kita petik pelajaran untuk negeri kita, Indonesia. Strategi yang dilakukan Syiah untuk menguasai suatu negara, hamper serupa dengan apa yang dilakuan Amerika. Mereka menimbulkan chaos (kekacauan), kemudian memanfaatkan situasi tersebut untuk menguasai suatu daerah.




DAFTAR PUSTAKA

http://mirajnews.com/id/artikel/feature/lima-fakta-tentang-konflik-yaman. Diakses pada tanggal 5 Desember 2015

https://kisahmuslim.com/4595-separatis-houthi-dan-revolusi-syiah-di-yaman.htm. Diakses pada tanggal 5 Desember 2015
http://www.re-tawon.com/2012/03/al-houthi-kelompok-pemberontak-dari.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2015
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/03/150324_yaman_bantuan_gcc. Diakses pada tanggal 5 Desember 2015
http://mirajnews.com/id/artikel/opini/konflik-yaman-kepentingan-politik-tiga-negara. Diakses pada tanggal 5 Desember 2015

Demikianlah ulasan dari contoh makalah yang berjudul Separatis Houthi Dan Revolusi Syiah Di Yaman. Semoga bermanfaat. Apabila ada yang kurang jelas, silahkan tinggalkan komentar kamu dibawah ini.


Salam Sukses!!!

Wa'alaikumsalam Wr. Wb.

Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon