Asumsi BK Perkembangan
Model Bimbingan dan konseling perkembangan yakni memungkinkan guru bimbingan dan konseling untuk memfokuskan tidak hanya terhadap gangguan emosional klien (peserta didik), melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan sumberdaya dan kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap pola perkembangan yang optimal dari klien (peserta didik) (Blocher, 1974:79).
Model Bimbingan dan konseling perkembangan yakni memungkinkan guru bimbingan dan konseling untuk memfokuskan tidak hanya terhadap gangguan emosional klien (peserta didik), melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan sumberdaya dan kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap pola perkembangan yang optimal dari klien (peserta didik) (Blocher, 1974:79).
Pendekatan BK Perkembangan ini juga mempunyai asumsi bahwa potensi perserta didik atau siswa adalah aset yang berharga bagi kemanusiaan. Dorongan dari dalam ini memerlukan kesepakatan dengan kekuatan dalam lingkungan. Pengembangan kemanusiaan merupakan interaksi individual dimana ia berpijak dengan peraturan, perundangan, dan nilai-nilai yang saling melengkapi.
Menurut Blocher (1974:5) asumsi dasar bimbingan perkembangan, adalah perkembangan individu akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara individu dengan lingkungannya. Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan bimbingan di sekolah:
Perkembangan merupakan tujuan bimbingan; oleh karena itu para guru sebagai petugas bimbingan di sekolah perlu memiliki suatu kerangka berpikir konseptual untuk memahami perkembangan peserta didik sebagai dasar perumusan isi dan tujuan bimbingan.
Interaksi yang sehat merupakan suatu iklim perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru sebagai petugas bimbingan. Oleh karena itu, guru sebagai petugas bimbingan perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengembangkan interaksi yang sehat sebagai pendukung sistem peluncuran bimbingan di sekolah (Sunaryo Kartadinata, 1996:10).
Rambu-rambu penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di jalur pendidikan formal mengemukakan dengan lebih jelas, bahwa layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada asumsi :
Program bimbingan dan konseling merupakan suatu kebutuhan yang mencakup berbagai dimensi terkait dan dilaksanakan secara terpadu, kerja sama personel bimbingan dan konseling dengan personel lain, keluarga dan masyarakat, Layanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk seluruh peserta didik, menggunakan berbagai strategi (pengembangan pribadi dan dukungan sistem), meliputi ragam dimensi (masalah, setting, metode dan lama waktu layanan).
Layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengembangan seluruh potensi peserta didik secara optimal, mencegah terhadap timbulnya masalah, dan berusaha membantu memecahkan masalah peserta didik.
Dalam konsep layanan bimbingan dan konseling, peserta didik dipandang sebagai suatu kesatuan perkembangan. Pengaruh terhadap satu aspek perkembangan pada seorang peserta didik akan mempengaruhi keseluruhan pribadinya.
Dalam diri setiap peserta didik terdapat energi yang mendorongnya tumbuh dan berkembang secara positif ke arah yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik tersebut.
Setiap murid mempunyai kebebasan untuk memilih. Kebebasan diikuti oleh tanggung jawab, yaitu penerimaan resiko atas akibat yang muncul dari pilihannya. Tanggung jawab seseorang bukan hanya bertumpu dan terpusat pada dirinya sendiri, namun juga kepada orang lain secara seimbang.
Manusia tidak kaku terhadap pengalaman-pengalaman masa lampaunya, ia akan mengolah pengalaman masa lampaunya untuk memperbaiki arah, kecepatan, dan kematangan perkembangannya. Perilaku manusia adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Demikain juga dengan peserta didik yang dihadapi oleh guru di MI. Bimbingan dan konseling didasarkan pada kebutuhan dan masalah murid, pengalaman nyata, dan bersifat pengembangan yang komprehensif.
Referensi:
Blocher, H. Donald. (l974). Developmental Counseling, New York: John Wiley & Sons.
Surya, M., l986, Psikologi Pendidikan, Bandung : Offset IKIP Bandung
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁
EmoticonEmoticon