(tugas
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Konseling Lintas Budaya”)
Dosen
Pengampu:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. Liberty Hilma Susanti 12130028
2. Renita Nurmasyah Putri 12130034
3. EM Hijah 12130026
4. Ceriyani 12130022
5. Titah Nurliana 12130038
6. Meitia Sari 12130044
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaiakan laporan tentang unsur-unsur kebudayaan lampung ini tepat pada waktunya yang telah ditentukan tanpa suatu halangan apapun.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu memberi saran dan masukan atau arahan sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberi kritik dan saran, yang berguna untuk memperoleh kesempurnaan pada pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan yang telah kami buat, bermanfaat bagi kami dan pembaca.
Metro, ....................
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa yang tersebar di segala penjuru nusantara salah satunya adalah suku lampung. Dalam perkembangannya, daerah Lampung yang memiliki wilayah seluas 35,288.35 km2, masyarakatnya terdiri atas dua golongan, yaitu masyarakat Pepadun (Pedalaman) dan Pesisir, kedua masyarakat suku lampung tersebut mempunyai tempat bermukim yang berbeda.
Setiap suku yang tersebar di nusantara mempunyai kebudayaan, adat istiadat, pandangan, serta cara memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Maka, laporan yang kami buat akan membahas tentang budaya suku lampung mulai dari unsur-unsur budaya suku lampung, permasalahan terkait dengan unsur-unsur budaya lampung dan implikasi unsur-unsur budaya lampung terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
Setiap suku yang tersebar di nusantara mempunyai kebudayaan, adat istiadat, pandangan, serta cara memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Maka, laporan yang kami buat akan membahas tentang budaya suku lampung mulai dari unsur-unsur budaya suku lampung, permasalahan terkait dengan unsur-unsur budaya lampung dan implikasi unsur-unsur budaya lampung terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
B. Rumusan
Masalah
- Apa saja unsur-unsur budaya lampung?
- Apa saja permasalahan yang terkait dengan unsur-unsur budaya lampung ?
- Bagimana implikasi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan
- Mengetahui unsur-unsur budaya lampung.
- Mengetahui permasalahan yang terkait dengan unsur-unsur budaya lampung.
- Megetahui implikasi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
D.
Metode
Pengumpulan Data
Laporan penelusuran kami mengenai unsur-unsur budaya lampung ini, kami menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data, yaitu: Kami secara langsung mewawancarai seorang narasumber yang bernama Dasimah sebagai sumber informasi. Secara khusus kami mendatangi kediaman beliau di Jl.Patimura, Gang Merdeka No.10 RT/RW : 001/001 Banjar Sari, Metro Utara. Agar kami dapat memperoleh data yang tepat untuk tugas ini.
BAB
II
PEMAPARAN
DATA
I. DESKRIPSI
DATA
UNSUR-UNSUR BUDAYA LAMPUNG
UNSUR-UNSUR BUDAYA LAMPUNG
- Bahasa
Umumnya suku lampung itu memiliki 8 dialek tetapi
yang telah disempurnakan ada 2 dialek. Masyarakat umum mengetahui itu dialek
(A) dan (O). Dialek “api” digunakan oleh orang pesisir dan peminggir, sedangkan
Dialek “nyo” digunakan oleh orang melinting, pubian, abung dan sebagainya.
- Agama
Masyarakat Lampung didominasi oleh agama Islam,
namun terdapat juga agama Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Untuk Lampung,
persatuan adat, kekerabatan, kerajaan, (ke)marga(an), dan semacamnya memang
lebih kental dalam bentukan identitas kolektif.
- Kekerabatan
Suku-suku asli Lampung memperhitungkan garis
keturunannya melalui kekerabatan Patrilineal. Kelompok kekerabatan ini
didasarkan pada sistem kekerabatan masyarakat Lampung umumnya. Kekerabatan
patrilineal yakni menghitung garis keturunan sealiran darah melalui satu ayah,
satu kakek atau satu nenek moyang (laki-laki).
- Adat perkawinan
Adat perkawinan Orang lampung
jika menikah dan mempunyai anak perempuan maka perempuan itu akan dibeli oleh
pihak lakinya sesuai dengan kesepakatan diantara dua pihak. Pernikahan orang lampung jika larian dari pihak laki
harus ada kesepakatan, misalnya adanya
uang dan surat yang ditinggal oleh perempuan.
- Sosial ekonomi
Penghasilan orang lampung jaman sekarang dengan orang lampung jaman dulu sama saja
seperti sekarang yaitu bercocok tanam. Dahulu, mereka mengerjakan ladang
(umbulan) dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Hasil pertanian yang
terkenal antara lain kopi, lada, karet, dan cengkeh. Selain bercocok tanam,
sejak dulu orang Lampung sudah mengenal usaha peternakan binatang yang
diternakkan meliputi kerbau, sapi, kambing, dan unggas.
- Tradisi khusus
·
Upacara Adat Yang Bersifat Tradisional
·
Upacara Adat Yang Bersifat Sakral
· Permasalahan-permasalahan terkait denan unsur budaya lampung
Masalah-masalah dalam setiap budaya itu pasti banyak permasalahan
yang terjadi seperti: keagamaan, adat, budaya,dll. Bagi masyarakat lampung pada umumnya, pandangan hidup yang mencolok
sebagai standar budaya adalah Pi'il Pesenggiri. Pi'il Pesenggiri dapat
diartikan sebagai kehormatan
diri, malu bersalah, perasaan berharga atau harga diri.
II. Pembahasan
1.
Bahasa
Ada yang membagi rumpun bahasa Lampung dalam dua dialek. Pertama, dialek A yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, dialek O yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
Umumnya lampung itu memiliki 8 dialek tetapi yang telah disempurnakan ada 2 dialek. Masyarakat umum mengetahui itu dialek (A) dan (O) . dialek “api” digunakan oleh orang pesisir dan peminggir. Dialek “nyo” digunakan oleh orang melinting, pubian, abung dan sebagainya.
Contoh logat yang digunakan dialek “O” : (ago dak kedo) = mau kemana dan Dialek “A” : (haga dipa) = mau kemana.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian adat lampung yang baik dan benar menggunakan(contoh): ekam,sikam,tetapi bukan nyak,nikeu. Sikam yang artinya “saya”. Tetapi jika berbicara dengan teman sebaya menggunakan nyak. Tutur kata dalam berbahasa harus menggunakan bahasa yang baik karena adanya kesopanan antara yang muda dengan yang tua.
Adat lampung juga memiliki aksaranya sendiri, Bentuk tulisan yang masih berlaku di daerah Lampung pada dasarnya berasal dari aksara Pallawa (India Selatan) yang diperkirakan masuk ke Pulau Sumatera semasa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Macam-macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam aksara Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah di baris bawah, tapi tidak memakai tanda dammah di baris depan, melainkan menggunakan tanda di belakang.
Masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Aksara Lampung hampir sama bentuknya dengan aksara Rencong (Aceh). Artinya, Had Lappung dipengaruhi dua unsur, yakni; aksara Pallawa dan huruf Arab. Adapun Aksara Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka, dan tanda baca.
2.
Agama
Kepercayaan mayoritas semua beragama islam tidak ada agama lain. Masyarakat Lampung didominasi oleh agama Islam, namun terdapat juga agama Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Untuk Lampung, persatuan adat, kekerabatan, kerajaan, (ke) marga(an), dan semacamnya memang lebih kental dalam bentukan identitas kolektif.
Aspek agama Islam, ternyata memberikan warna dan pencitraan tersendiri dalam kaidah kelembagaan maupun kebudayaan. Faktor alamiah, yang membuat identifikasi awal misalnya pranata sosial masyarakat dengan mentalitas Islam, religiositas tradisi, kebajikan-kebajikan sosial, kecenderungan untuk hidup bersama, kehalusan budi, dan conformism merupakan ciri-ciri peradaban Islam yang melekat dalam adat Lampung. Aplikasi nilai-nilai agama juga ternyata berpengaruh menimbulkan transformasi manusia dan kebudayaan di Lampung.
Aspek agama Islam, ternyata memberikan warna dan pencitraan tersendiri dalam kaidah kelembagaan maupun kebudayaan. Faktor alamiah, yang membuat identifikasi awal misalnya pranata sosial masyarakat dengan mentalitas Islam, religiositas tradisi, kebajikan-kebajikan sosial, kecenderungan untuk hidup bersama, kehalusan budi, dan conformism merupakan ciri-ciri peradaban Islam yang melekat dalam adat Lampung. Aplikasi nilai-nilai agama juga ternyata berpengaruh menimbulkan transformasi manusia dan kebudayaan di Lampung.
Masyarakat Lampung mengenal berbagai tradisi atau upacara yang tidak trerlepas dari unsur keagamaan. Dalam masyarakat Lampung ada beberapa bagian siklus kehidupan seseorang yang dianggap penting sehingga perlu diadakan upacara-upacara adat yang bercampur dengan unsur agama Islam.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam adat lampung terkontaminasi dari unsur budaya tersebut dengan agama islam yang dianut masyarakat nya.
Piil Pesenggiri yaitu harga diri merupakan falsafah hidup masyarakat atau suku Lampung. Piil Pesenggiri juga sebagai pencerminan wajah masyarakat suku Lampung, dengan falsafah Piil Pesenggiri ini masyarakat suku Lampung dapat hidup berdampingan secara damai sesama suku Lampung maupun kepada masyarakat pendatang. Piil Pesenggiri mempunyai 5 (lima) unsur yaitu:
- Bejuluk Beadek (Bejuluk Beadok) yaitu berakhlak terpuji, berjiwa besar, bertanggung jawab, berkepribadian mantap, melaksanakan kewajiban.
- Nemui Nyimah yaitu bermasyarakat dan terbuka tangan.
- Sakai Sambayan yaitu berjiwa sosal, tolong menolong, bergotong royong.
- Carem Ragem (Caghom Ghagom) yaitu mempertahankan persatuan dan kesatuan.
- Mufakat yaitu bermusyawarah untuk mencapai satu tujuan terbaik untuk banyak orang.
3. Kekerabatan
Suku-suku asli Lampung memperhitungkan garis keturunannya melalui kekerabatan Patrilineal. Kelompok kekerabatan ini didasarkan pada sistem kekerabatan masyarakat Lampung umumnya. Kekerabatan patrilineal yakni menghitung garis keturunan sealiran darah melalui satu ayah, satu kakek atau satu nenek moyang (laki-laki).
Biasanya anak lelaki tertua dari keturunan yang lebih tua dapat memimpin serta bertanggungjawab terhadap anggota kerabatnya. Perhatian mereka terhadap silsilah asalnya sampai lebih dari lima generasi ke atas dan garis hubungan kekerabatan menunjukkan kepada buai asalnya. Format kekerabatan ini bergaris sebelah sesuai dengan garis keturunan laki-laki yang menjadi dasar sebuah kerabat.
Dalam memperhitungkan garis keturunannya, keluarga suku asli masyarakat Lampung mengenal pula adanya saudara sekandung, anak dari saudara ayah-ibu, anak saudara kandung dan seterusnya. Untuk membuktikan kesatuan tersebut secara formatif mereka telah mempunyai susunan kekerabatan tersendiri yang berasal dari kakek-nenek terdahulu. Demikian pula dengan bapak dari ayah dalam suatu keluarga inti pasti memiliki kedudukan yang sama pentingnya bagi seorang individu.
Tiap-tiap kelompok keluarga batih dalam lingkungan kerabat akan mempunyai kakek dan nenek yang ditengah garis keturunan mendasari tahap perkembangan suatu kekerabatan. Kedua kakek-nenek itu merupakan dasar keturunan bagi “saya”, saudara kandung dan anak dari saudara kandung maupun segaris keturunan lainnya.
Dalam hubungan kekerabatan, bentuk jalinan keluarga yang rapat adalah keluarga batih; yang didalamnya terdiri dari suami, istri serta anak. Didalam rumah tangga keluarga batih ini sering pula terdapat anggota-anggota keluarga lain sekerabat seperti misalnya: ayah/ibu mertua, kakek/nenek, saudara, keponakan dan sebagainya. Hal ini bisa saja terjadi dalam suatu keluarga pada masyarakat pribumi Lampung. Karena tidak menutup kemungkinan anggota-anggota tadi secara sadar maupun tidak menggabungkan diri diantara satu kerabat atau sebaliknya. Keluarga batih Lampung memiliki sifat yang beragam.
Ada yang telah mandiri serta memisahkan diri dengan orangtuanya (kakek-nenek dari anak mereka) tapi ada pula yang masih tinggal bersama dengan orang tua/mertua bahkan sebaliknya. Dalam hidup berkeluarga, orang tua/mertua dari keluarga batih banyak pula yang di urus oleh anak setelah anaknya berumah tangga. Berarti kaitan ini, keluarga batih maupun batih terdahulu adalah bagian dari keturunan. Untuk penamaan kekerabatannya, suku pribumi Lampung Tengah mempunyai istilah nama sebutan bagi garis keturunannya.
Peristilahan tersebut di sebut menurut bahasa daerah setempat, seperti misalnya:
Kakek = Sidi/Yayik/Atu/Datuk,
Nenek = Cucung/Nyaik/Siti/Atu.
Bapak = Abah/Ayah/Buya/Papa,
Ibu = Ibu/Bunda/Mama.
Saudara kandung laki-laki/perempuan sulung = Kanjeng/Sembahan/Semahan,
kakak kedua = Puan/Kyai,
kakak ketiga = Daeng,
kakak keempat = Batin,
adik = adik. Paman = Ayah/Buya/Papa,
Bibi = Bunda/Halatin/Binda. Anak Paman/Bibi,
diantaranya : Kyai (sulung), Daeng (kedua), Batin (ketiga).
Memperhitungkan garis keturunan, kelompok kekerabatan dekat di lingkungan masyarakat pribumi Lampung Tengah, terutama yang ada hubungannya dengan keluarga batih adalah prinsip keturunan kelompok famili atau kekerabatan kindred. Kekerabatan ini didalamnya mencakup kakek-nenek, paman-bibi, saudara sepupuh, termasuk pula keponakan-keponakan. Dalam kerabat keluarga inti, fam tersebut termasuk kelompok keluarga luas yang masih segaris keturunan atau sealiran darah.
Di kehidupan keluarga penduduk pribumi Lampung, dikenal pula bentuk jalinan kekeluargaan yang di sebut dengan istilah saudara angkat. Selain saudara atau kerabat yang masih sealiran darah, stam asli ada juga yang membentuk jalinan keluarga baru dengan mengangkat tali persaudaraan. Pengakuan saudara dalam adat istiadat dilakukan dengan ritual adat setempat.
Sistem kekerabatan pengangkatan saudara ini biasanya diawali dari seorang individu Lampung yang mengangkat saudara individu dari dalam maupun luar suku atau sebaliknya. Pengukuhan tali persaudaraan dilaksanakan dengan acara adat begawi. Orang yang diangkat saudara tersebut dianugrahi gelar adat Lampung. Dengan demikian dia memiliki nama ataupun gelar adat didalam keluarga itu. Adanya pengangkatan saudara ini tentu saja menambah pertalian kekerabatan antara kedua belah pihak dan yang diangkat saudara telah dianggap bagian dari keluarga.
Di kehidupan keluarga penduduk pribumi Lampung, dikenal pula bentuk jalinan kekeluargaan yang di sebut dengan istilah saudara angkat. Selain saudara atau kerabat yang masih sealiran darah, stam asli ada juga yang membentuk jalinan keluarga baru dengan mengangkat tali persaudaraan. Pengakuan saudara dalam adat istiadat dilakukan dengan ritual adat setempat. Sistem kekerabatan pengangkatan saudara ini biasanya diawali dari seorang individu Lampung yang mengangkat saudara individu dari dalam maupun luar suku atau sebaliknya.
Pengukuhan tali persaudaraan dilaksanakan dengan acara adat begawi. Orang yang diangkat saudara tersebut dianugrahi gelar adat Lampung. Dengan demikian dia memiliki nama ataupun gelar adat didalam keluarga itu. Adanya pengangkatan saudara ini tentu saja menambah pertalian kekerabatan antara kedua belah pihak dan yang diangkat saudara telah dianggap bagian dari keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga masyarakat pribumi Lampung masih tetap memegang teguh istilah nama panggilan/gelar, baik di dalam lingkungan kerabat maupun klan. Istilah nama panggilan/gelar di maksud yakni sebutan bagi mereka yang masih segaris keturunan maupun antar klan, seperti misalnya ada sebutan Kanjeng, Kyai, Ratu dan sebagainya. Panggilan ini tidak lain merupakan wujud dari bertata krama atau bersopan santun antar sesama. Dengan istilah itu pula akan ada tingkatan antara yang muda dan yang dituakan maupun sebaliknya.
Prinsip dalam kehidupan sehari-hari semacam ini di sebut Nemui Nyimah, yang berarti bermurah hati, ramah tamah terhadap semua orang baik terhadap orang dalam satu klan maupun di luar klan dan juga bagi siapa saja yang berhubungan dengan mereka.
Di tengah lingkungan masyarakatpun tata krama tetap ada. Tata krama semacam itu dapat diungkapkan dengan sikap, bersantun maupun dengan menyebut nama panggilan/gelar seseorang. Saling hormat menghormati berdasarkan panggilan/gelar untuk menyebut istilah nama merupakan tuntunan yang sudah menjadi kebiasaan. Penyebutan istilah nama panggilan/gelar itu selain berlaku bagi sekerabat, juga dipergunakan pula untuk orang lain di luar kekerabatan.Masih teguhnya jalinan sosial di lingkungan masyarakat pribumi Lampung terutama dalam hal penyebutan/peristilahan nama tercermin dari masih adanya penamaan bagi seorang individu.
Hal ini bukan hanya berlaku terhadap kerabat dekat saja tapi juga diperuntukkan bagi orang lain karena faktor usia/gelar yang di pakai. Biasanya sebutan istilah nama/panggilan tersebut dipergunakan untuk menyapa maupun menyebut orang di maksud, baik saat bertatap muka langsung maupun jauh dari orangnya.gerabah itu sesan, kalo kekerabatan itu merupakan kekerabatan antar saudara atau sekelik dalam keluarga. Kekerabatan sangat erat dengan orang lampung bergaul dengan sanak saudaranya karena orang lampung semuanya satu rumpun.
4. Adat Perkawinan
Biasanya anak lelaki tertua dari keturunan yang lebih tua dapat memimpin serta bertanggungjawab terhadap anggota kerabatnya. Perhatian mereka terhadap silsilah asalnya sampai lebih dari lima generasi ke atas dan garis hubungan kekerabatan menunjukkan kepada buai asalnya. Format kekerabatan ini bergaris sebelah sesuai dengan garis keturunan laki-laki yang menjadi dasar sebuah kerabat.
Dalam memperhitungkan garis keturunannya, keluarga suku asli masyarakat Lampung mengenal pula adanya saudara sekandung, anak dari saudara ayah-ibu, anak saudara kandung dan seterusnya. Untuk membuktikan kesatuan tersebut secara formatif mereka telah mempunyai susunan kekerabatan tersendiri yang berasal dari kakek-nenek terdahulu. Demikian pula dengan bapak dari ayah dalam suatu keluarga inti pasti memiliki kedudukan yang sama pentingnya bagi seorang individu.
Tiap-tiap kelompok keluarga batih dalam lingkungan kerabat akan mempunyai kakek dan nenek yang ditengah garis keturunan mendasari tahap perkembangan suatu kekerabatan. Kedua kakek-nenek itu merupakan dasar keturunan bagi “saya”, saudara kandung dan anak dari saudara kandung maupun segaris keturunan lainnya.
Dalam hubungan kekerabatan, bentuk jalinan keluarga yang rapat adalah keluarga batih; yang didalamnya terdiri dari suami, istri serta anak. Didalam rumah tangga keluarga batih ini sering pula terdapat anggota-anggota keluarga lain sekerabat seperti misalnya: ayah/ibu mertua, kakek/nenek, saudara, keponakan dan sebagainya. Hal ini bisa saja terjadi dalam suatu keluarga pada masyarakat pribumi Lampung. Karena tidak menutup kemungkinan anggota-anggota tadi secara sadar maupun tidak menggabungkan diri diantara satu kerabat atau sebaliknya. Keluarga batih Lampung memiliki sifat yang beragam.
Ada yang telah mandiri serta memisahkan diri dengan orangtuanya (kakek-nenek dari anak mereka) tapi ada pula yang masih tinggal bersama dengan orang tua/mertua bahkan sebaliknya. Dalam hidup berkeluarga, orang tua/mertua dari keluarga batih banyak pula yang di urus oleh anak setelah anaknya berumah tangga. Berarti kaitan ini, keluarga batih maupun batih terdahulu adalah bagian dari keturunan. Untuk penamaan kekerabatannya, suku pribumi Lampung Tengah mempunyai istilah nama sebutan bagi garis keturunannya.
Peristilahan tersebut di sebut menurut bahasa daerah setempat, seperti misalnya:
Kakek = Sidi/Yayik/Atu/Datuk,
Nenek = Cucung/Nyaik/Siti/Atu.
Bapak = Abah/Ayah/Buya/Papa,
Ibu = Ibu/Bunda/Mama.
Saudara kandung laki-laki/perempuan sulung = Kanjeng/Sembahan/Semahan,
kakak kedua = Puan/Kyai,
kakak ketiga = Daeng,
kakak keempat = Batin,
adik = adik. Paman = Ayah/Buya/Papa,
Bibi = Bunda/Halatin/Binda. Anak Paman/Bibi,
diantaranya : Kyai (sulung), Daeng (kedua), Batin (ketiga).
Memperhitungkan garis keturunan, kelompok kekerabatan dekat di lingkungan masyarakat pribumi Lampung Tengah, terutama yang ada hubungannya dengan keluarga batih adalah prinsip keturunan kelompok famili atau kekerabatan kindred. Kekerabatan ini didalamnya mencakup kakek-nenek, paman-bibi, saudara sepupuh, termasuk pula keponakan-keponakan. Dalam kerabat keluarga inti, fam tersebut termasuk kelompok keluarga luas yang masih segaris keturunan atau sealiran darah.
Di kehidupan keluarga penduduk pribumi Lampung, dikenal pula bentuk jalinan kekeluargaan yang di sebut dengan istilah saudara angkat. Selain saudara atau kerabat yang masih sealiran darah, stam asli ada juga yang membentuk jalinan keluarga baru dengan mengangkat tali persaudaraan. Pengakuan saudara dalam adat istiadat dilakukan dengan ritual adat setempat.
Sistem kekerabatan pengangkatan saudara ini biasanya diawali dari seorang individu Lampung yang mengangkat saudara individu dari dalam maupun luar suku atau sebaliknya. Pengukuhan tali persaudaraan dilaksanakan dengan acara adat begawi. Orang yang diangkat saudara tersebut dianugrahi gelar adat Lampung. Dengan demikian dia memiliki nama ataupun gelar adat didalam keluarga itu. Adanya pengangkatan saudara ini tentu saja menambah pertalian kekerabatan antara kedua belah pihak dan yang diangkat saudara telah dianggap bagian dari keluarga.
Di kehidupan keluarga penduduk pribumi Lampung, dikenal pula bentuk jalinan kekeluargaan yang di sebut dengan istilah saudara angkat. Selain saudara atau kerabat yang masih sealiran darah, stam asli ada juga yang membentuk jalinan keluarga baru dengan mengangkat tali persaudaraan. Pengakuan saudara dalam adat istiadat dilakukan dengan ritual adat setempat. Sistem kekerabatan pengangkatan saudara ini biasanya diawali dari seorang individu Lampung yang mengangkat saudara individu dari dalam maupun luar suku atau sebaliknya.
Pengukuhan tali persaudaraan dilaksanakan dengan acara adat begawi. Orang yang diangkat saudara tersebut dianugrahi gelar adat Lampung. Dengan demikian dia memiliki nama ataupun gelar adat didalam keluarga itu. Adanya pengangkatan saudara ini tentu saja menambah pertalian kekerabatan antara kedua belah pihak dan yang diangkat saudara telah dianggap bagian dari keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga masyarakat pribumi Lampung masih tetap memegang teguh istilah nama panggilan/gelar, baik di dalam lingkungan kerabat maupun klan. Istilah nama panggilan/gelar di maksud yakni sebutan bagi mereka yang masih segaris keturunan maupun antar klan, seperti misalnya ada sebutan Kanjeng, Kyai, Ratu dan sebagainya. Panggilan ini tidak lain merupakan wujud dari bertata krama atau bersopan santun antar sesama. Dengan istilah itu pula akan ada tingkatan antara yang muda dan yang dituakan maupun sebaliknya.
Prinsip dalam kehidupan sehari-hari semacam ini di sebut Nemui Nyimah, yang berarti bermurah hati, ramah tamah terhadap semua orang baik terhadap orang dalam satu klan maupun di luar klan dan juga bagi siapa saja yang berhubungan dengan mereka.
Di tengah lingkungan masyarakatpun tata krama tetap ada. Tata krama semacam itu dapat diungkapkan dengan sikap, bersantun maupun dengan menyebut nama panggilan/gelar seseorang. Saling hormat menghormati berdasarkan panggilan/gelar untuk menyebut istilah nama merupakan tuntunan yang sudah menjadi kebiasaan. Penyebutan istilah nama panggilan/gelar itu selain berlaku bagi sekerabat, juga dipergunakan pula untuk orang lain di luar kekerabatan.Masih teguhnya jalinan sosial di lingkungan masyarakat pribumi Lampung terutama dalam hal penyebutan/peristilahan nama tercermin dari masih adanya penamaan bagi seorang individu.
Hal ini bukan hanya berlaku terhadap kerabat dekat saja tapi juga diperuntukkan bagi orang lain karena faktor usia/gelar yang di pakai. Biasanya sebutan istilah nama/panggilan tersebut dipergunakan untuk menyapa maupun menyebut orang di maksud, baik saat bertatap muka langsung maupun jauh dari orangnya.gerabah itu sesan, kalo kekerabatan itu merupakan kekerabatan antar saudara atau sekelik dalam keluarga. Kekerabatan sangat erat dengan orang lampung bergaul dengan sanak saudaranya karena orang lampung semuanya satu rumpun.
4. Adat Perkawinan
Orang lampung jika menikah dan mempunyai anak perempuan maka perempuan itu akan dibeli oleh pihak lakinya sesuai dengan kesepakatan diantara dua pihak. Pernikahan orang lampung jika larian dari pihak laki harus ada kesepakatan misalnya adanya uang dan surat yang ditinggal oleh perempua. Adat orang menggala dengan orang sukadana berbeda karena jika ada yang dilahirkan di metro harus dibawa kekampung lain dengan orang menggala. adat bisa dibuat tetapi banyak pengeluaran karena banyak biayanya. Contohnya: begawi, itu pengeluaran uang banyak karena adanya kesepakatan antara kepala adat. Tidak hanya itu untuk melaksanakan adat itu meluangkan waktu banyak. Orang menggala berbeda dengan orang lampung lain,karena orang menggala sudah tidak memakai adat lagi karena sudah mengikut cara yang nasional contohnya pesta.
Adat perkawinan seserahan jaman dulu yang dikenal dengan lamaran dan begawi itu resepsinya tetapi sekarang orang-orang pada pindah ke nasionalis. Jika seorang perempuan larian,maka dari pihak perempuan memberi tahukan kepada kerabat dekat bahwa anaknya telah larian, memberikan ikan kepada kerabat. Jika kerabat jauh dan takut nantinya ikan akan membusuk maka bisa diganti dengan uang yang tertulis di dalam amplopnya. Perempuannya dipingit sama seperti orang jawa karena tidak bisa keluar rumah sebelum menikah. Dan perempuan itu memang dibeli misalkan seharga 5juta, tetapi uang itu akan berlipat ganda melainkan bukan berupa uang tetapi perabotan rumah tangga, misalnya: kulkas,tv yang utama itu tempat tidur, lemari dan alat-alat dapur hamper semuanya komplit. Jadi orang lampung itu jika sudah menikah tidak memikirkan perabotan melainkan yang sudah ada.
Adat perkawinan seserahan jaman dulu yang dikenal dengan lamaran dan begawi itu resepsinya tetapi sekarang orang-orang pada pindah ke nasionalis. Jika seorang perempuan larian,maka dari pihak perempuan memberi tahukan kepada kerabat dekat bahwa anaknya telah larian, memberikan ikan kepada kerabat. Jika kerabat jauh dan takut nantinya ikan akan membusuk maka bisa diganti dengan uang yang tertulis di dalam amplopnya. Perempuannya dipingit sama seperti orang jawa karena tidak bisa keluar rumah sebelum menikah. Dan perempuan itu memang dibeli misalkan seharga 5juta, tetapi uang itu akan berlipat ganda melainkan bukan berupa uang tetapi perabotan rumah tangga, misalnya: kulkas,tv yang utama itu tempat tidur, lemari dan alat-alat dapur hamper semuanya komplit. Jadi orang lampung itu jika sudah menikah tidak memikirkan perabotan melainkan yang sudah ada.
Dalam adat lampung ada yang namanya denda misalnya siger,kuku panjang jatoh itu kena denda, memang dendanya tidak seberapa tetapi malunya itu, diam-diam ada yang mengawasi kita.
Dan di dalam adat lampung itu anak laki-laki pertamalah yang berkuasa penuh atas hak milik,misalnya rumah orang tua dan anak pertama laki-laki itu menikah maka secara otomatis rumah itu menjadi hak milik anak laki-laki tersebut. Dan yang tidak kalah penting orang lampung itu sangat menjunjung tinggi PIIL PESENGGIRI nya walaupun dia salah tetapi dia tetap bersih kukuh mempertahankan pendiriannya.
5.
Sosial
Ekonomi
Penghasilan orang lampung jaman sekarang dengan orang lampung jaman dulu sama saja seperti sekarang yaitu bercocok tanam. Dahulu, mereka mengerjakan ladang (umbulan) dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Hasil pertanian yang terkenal antara lain kopi, lada, karet, dan cengkeh. Selain bercocok tanam, sejak dulu orang Lampung sudah mengenal usaha peternakan binatang yang diternakkan meliputi kerbau, sapi, kambing, dan unggas.
Uraian
mengenai perkembangan sosial ekonomi pada masyarakat lampung yaitu sebagai
berikut:
1. Berburu dan meramu
Merupakan jenis mata pencaharian yang paling tua. Berburu dilakukan langsung dengan menangkap dan mengkonsumsi hewan buruan. Meramu dengan cara mengambil berbagai tumbuhan dari hutan. Kegiatan perburuan menggunakan teknik-teknik konvensional seperti dengan tombak. Berburu merupakan mata pencaharian pada jaman dahulu.
2. Beternak
Merupakan salah satu mata pencaharian yang diusahakan secara besar dan terdapat diberbagai daerah. Beberapa suku bangsa peternak menunjukkan sifat-sifat yang agresif dikarenakan kepentingan mereka untuk menjaga keamanan ternak-ternak mereka. Zaman dahulu, kegiatan peternakan dilakukan dalam lingkup keluarga, dimana pekerja peternakan adalah anggota keluarga. Zaman sekarang aktifitas ini telah berkembang seperti kegiatan ekonomi lainnya.
3. Bertani
Pada masyarakat tradisional, pengolahan tanah pertanian masih dilakukan dengan teknologi-teknologi sederhana. Tuan tanah adalah pemilik tanah pertanian. Buruh tani adalah pengolah tanah pertanian tersebut. Pada masyarakat modern, pengolahan tanah dilakukan dengan memanfaatkan teknologi mutakhir.
4. Menangkap ikan
Merupakan mata pencaharian yang cukup tua selain berburu dan meramu. Menangkap ikan umumnya merupakan usaha sambilan selain bercocok tanam. Pada masyarakat tradisional, kegiatan ini umumnya dilakukan dengan teknologi sederhana.
6.
Tradisi
Khusus
Tradisi khusus itu seperti maulidan. Dulu orang lampung itu tidak boleh menikah dengan orang Banten dan Sunda karena Raden Intan itu putra dari Raden Imba dan Raden Imba itu merupakan anak dari Maulana Hasanudin. Maka symbol badik itu sebagai symbol bahwa itu keturunan dari anak Maulana Hasanudin. Jika orang lampung perang maka orang Banten itu akan membantu kita.
I . Upacara Adat Yang Bersifat Tradisional
Upacara Jenis ini dilaksanakan sesuai dengan kehidupan seharihari dalam setiap transformasi kehidupan, sejak seseorang dalam kandungan sampai akhir hayat seseorang.
1. Masa Kehamilan
- Kukhuk Limau/Belangekh, Upacara ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan.
- Ngekhuang Kaminduan, Upacara ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan.
- Teppuk Pusokh/Salai Tabui/Salin Khah/Nyilih Dakhah, Upacara ini dilaksanakan setelah kelahiran bayi umur sehari, caranya adalah dengan membersihkan dan menanam ari ari sang bayi.
- Betebus, Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur tujuh hari, dimaksudkan untuk mendoakan bayi dan menebus bayi dari dukun bersalin yang telah merawat bayi dari kandungan sampai membantu kelahirannya.
- Becukokh, Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur empat puluh hari yaitu mencukur rambut bayi untuk pertama kalinya dan dalam acara ini juga dilaksanakan Aqiqahan.
- Ngekuk/Ngebuyu/Mahau Manuk, Upacara ini dilaksanakan saat bayi berusia tiga bulan disaat bayi telah diberi makanan tambahan.
- Besunat, Dikenal juga istilah mandi pagi, khitanan bagi anak laki laki
- Ngantak Sanak Ngaji, Dilaksanakan saat seorang anak mulai belajar mengaji
- Kukhuk Mekhanai, Saat dimana seorang remaja pria telah memasuki masa akil balikh
- Nyakakko Akkos, Upacara ini dilakukan bagi remaja perempuan, dalam kesempatan ini juga dilakukan acara busepi yaitu meratakan gigidengan menggunakan asahan yang halus.
- Nettah Adoq/Cakak Pepadun, Cakak Pepadun dilaksanakan pada saat Pernikahan Sultan [Tayuh Saibatin], dalam upacara ini juga ditahbiskan Gelar Adat seseorang [Nettah Adoq]. Namun demikian Nettah Adoq dilakukan dalam setiap pernikahan bukan hanya Tayuh Saibatin saja.
Pada saat wafatnya seseorang, akan ada seorang yang ngekunan yaitu memberitahu keluarga, kerabat dan handai taulan tentang kabar meninggalnya almarhum agar segera datang untuk ninggam pudak [melayat] . Dalam situasi ini dibagilah tugas, ada yang melakukan bedah bumi [menggali liang lahat], ada yang memandikan jenazah, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan. Saat malam harinya diadakan bedu’a yaitu tahlilan hingga Niga Hari saat malam ketiga dilanjutkan Mitu Bingi pada malam ketujuh, Ngepakpuluh saat hari keempatpuluh dan Nyekhatus saat seratus hari wafatnya almarhum.
Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur transendental dan aura mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya:
- Upacara Ngebabali, Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau pada saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat.
- Upacara Ngambabekha, Upacara ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan [membuka hutan] untuk dijadikan Pemekonan [Perkampungan] dan perkebunan, karena diyakini Pulan Tuha [hutan rimba] memiliki penunggunya sendiri. Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu.
- Upacara Ngumbay Lawok, Upacara ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada sang pencipta agar diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan.
- Upacara Ngalahumakha, Upacara ini dilaksanakan saat hendak menangkap ikan.
- Upacara Belimau, Upacara ini dilaksanakan saat memasuki Puasa dibulan suci Ramadhan.
- Upacara Ngebala, Upacara ini dilaksanakan tujuannya sebagai Tulak Bala agar tehindar dari musibah.
PERMASALAHAN
TERKAIT DENGAN UNSUR-UNSUR BUDAYA LAMPUNG
Setiap budaya pasti memiliki banyak masalah seperti: keagamaan, adat, budaya, dll. Saat ini agama sudah tidak memiliki sekat dengan adat. Contoh membuat gelar harus memotong banyak kerbau, maka yang menjadi pertanyaan “sudahkah berkurban? Hal itu bertolak belakang dengan agama.
Orang lampung memiliki banyak budaya, tetapi beberapa bagian dari masyarakat suku lampung yang tidak mengikuti adat mereka karena adatnya sudah berbeda di karenakan perubahan jaman. Misalkan ada orang suku lampung bertengkar sesama suku lampung, maka kepala adat tidak ikut campur dalam urusan itu kecuali masalah pembentukan adat berulah para kepala adat ikut campur dalam urusannya.
Bagi masyarakat lampung pada umumnya, pandangan hidup yang mencolok sebagai standar budaya adalah Pi’il Pesenggiri. Pi’il Pesenggiri dapat di artikan sebagai kehormatan diri, malu bersalah, perasaan berharga dan harga diri. Untuk menjaga harga diri ini agar tetap terhormat, maka pribadi-pribadi dalam pergaulannya senantiasa di tuntut untuk dapat bertindak dan berperilaku yang benar, baik, terpuji sesuai dengan harapan masyarakat. Pi’il Pesenggiri mengandung nilai kehendak dan harapan yang diukur dari kebenaran, kebaikan, kepantasan baik menurut diri sendiri maupun menurut orang lain.
Di jaman globalisasi ini Pi’il pesenggiri sering di salah artikan oleh pemuda pemudi suku lampung, kehormatan diri dan harga diri salah digunakan. Rasa harga diri yang tinggi tanpa diiringi sikap dan perilaku yang benar, baik dan terpuji, bukan niali dari pi’il pesenggiri tersebut. Penyikapan yang salah dari nilai pi’il pesenggiri tersebut hanya akan menjadikan sikap yang selalu mau benar dan menang sendiri tanpa mau tau masalah yang ada pada dirinya.
III. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Dalam implikasinya pada pelayanan bimbingan dan konseling, konselor harus mengerti karakter dari kebudayaan orang lampung, karena karakter orang lampung di dominasi oleh nilai pi’il pesenggiri yang mereka anut, nilai yang mengandung kehormatan diri, malu bersalah, perasaan berharga atau harga diri. Maka dalam proses konseling, konselor harus dapat menerima dan menghargai konseli, dan dalam proses konseling konselor harus menggunakan kata-kata yang tepat dan tidak menyinggung perasaan konseli, konselorpun harus mampu meyakinkan konseli agar konseli mau mengungkapkan masalah yang ada pada dirinya.
Jika dalam pelaksanaan bimbingan konseling konselor menangani anak yang memiliki masalah dengan temannya ia merasa temannya tidak menghargai tentang nilai budaya yang ia anut, ia menjunjung nilai pi’il pesenggiri yang kuat, maka konselor dapat melakukan konferensi kasus atau mediasi untuk mempertemukan dua pihak yang bermasalah agar masalah yang di hadapi terselesaikan.
Dan jika ada peserta didik yang bersuku lampung tetapi ia belum mengerti mengenai maksud dari pi’il pesenggiri itu dan menyalah artikan, konselor dapat memberikan tugas kepada peserta didik seperti study pustaka agar konseli dapat mengetahui budayanya dengan benar itu lah gunanya konselor mengetahui budaya suku lampung.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
B.
Kesimpulan
Budaya lampung merupakan salah satu budaya yang kita miliki. Di dalam kebudayaan lampung terdapat unsure-unsur budaya yaitu bahasa, agama, kekerabatan, adat perkawinan, social ekonomi, serta tradisi khusus.
Bahasa masyarakat suku lampung terdiri dari dialek (A) dan (O) . dialek “api” digunakan oleh orang pesisir dan peminggir. Dialek “nyo” digunakan oleh orang melinting, pubian, abung dan sebagainya. Kepercayaan masyarakat lampung didominasi oleh agama Islam, namun terdapat juga agama Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Unsur kekerabatan dalam budaya atau suku lampung masih sangat kental pada suku lampung garis keturunan mengunakan garis keturunan patrilineal. Dalam masyarakat lampung juga di kenal istilah Piil Pesenggiri yang mempunyai 5 (lima) unsur yaitu:
- Bejuluk Beadek (Bejuluk Beadok) yaitu berakhlak terpuji, berjiwa besar, bertanggung jawab, berkepribadian mantap, melaksanakan kewajiban.
- Nengah Nyimah yaitu bermasyarakat dan terbuka tangan.
- Sakai Sambayan yaitu berjiwa sosal, tolong menolong, bergotong royong.
- Carem Ragem (Caghom Ghagom) yaitu mempertahankan persatuan dan kesatuan.
- Mufakat yaitu bermusyawarah untuk mencapai satu tujuan terbaik untuk banyak orang.
Dengan filsafah pi’il pesenggiri ini masyarakat suku lampung dapat hidup berdampingan secara damai sesama suku lampung maupun kepada masyarakat pendatang.
Dalam implikasinya pada bimbingan dan konseling tentunya konselor harus memahami klien seutuhnya, berarti konselor harus dapat memahami budaya lampung yang mempengaruhi klien, memahami keunikan klien serta karakter budaya lampungdimana karakter orang lampung di dominasi oleh nilai pi’il pesenggiri.
Dalam implikasinya pada bimbingan dan konseling tentunya konselor harus memahami klien seutuhnya, berarti konselor harus dapat memahami budaya lampung yang mempengaruhi klien, memahami keunikan klien serta karakter budaya lampungdimana karakter orang lampung di dominasi oleh nilai pi’il pesenggiri.
C.
Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://m.facebook.com/notes/lampung-institute-pusat-kajian-agama-dan-budaya/mengenal-islamisasi-adat-budaya-lampung/381210637921/
http://indahlampungku.blogspot.com/p/budaya.html
http://google/cindychristyarum.wordpress.com/sosiology-kebudayaan-lampung
http://hadipranotostarz.blogspot.com/12013/2014/konseling-lintas-budaya.html
LAMPIRAN
1.
IDENTITAS
NARASUMBER
Nama :
Dasimah
Tempat
/ Tgl Lahir : Menggala, 2
Mei 1937
Alamat : Jl.
Pattimura, Gang Merdeka No.10 RT/RW : 001/001 Banjar Sari Metro Utara.
Agama : Islam
Suku :
Lampung Menggala
Pelaksanaan
Wawancara : Selasa, 25 Maret 2014
Alat
dan Perlengkapan : Alat tulis dan
Tape recorder
2.
FOTO-FOTO
(ARSIP DONG)
3.
PEDOMAN
WAWANCARA
Kelompok kami melakukan wawancara dengan ibu Dasimah selaku narasumber. Pertanyaan yang kami ajukan adalah tentang unsur-unsur budaya Lampung, yaitu bahasa, agama, kekerabatan, adat perkawinan, social ekonomi, serta tradisi khusus.
PERTANYAAN WAWANCARA
- Bahasaa apakah yang digunakan dalam keseharian orang Lampung?
- Agama apa sajakah yang dianut oleh orang Lampung itu?
- Seperti apakah kekerabatan yang dianut orang Lampung itu ?
- Dalam adat perkawinan orang lampung apakah perermpuan itu dibeli?
- Jika dibeli uangnya digunakan untuk persiapan nikah atau tidak? Dan bagaimana cara memberi kabar dengan saudara jauh sedangkan orang Menggala itu menggunakan ikan apa tidak busuk di jalan? Jika orang Jawa itu menggunakan siraman apakah dalam adat Lampung juga seperti itu?
- Jaman dahulu penghasilan orang Lampung itu apa saja? Apakah orang Menggala itu identik dengan ikan?
- Tradisi khusus seperti apa yang digunakan dalam adat Lampung ? Apakah ada tradisi khusus tentang agama yang menyangkut dengan orang Lampung?
Baca Juga:
Demikianlah laporan penelusuran unsur-unsur budaya suku lampung dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling lintas budaya.
4 Comments
info nya sangat bermanfaat gan
semoga semakin bertambah wawasan tentang suku lampung pak
Sangat bermanfaat artikelnya. Jadi tambah tau tentang suku Lampung
iyaa om, kita sebagai orang indonesia harus tau tentang semua suku budaya yang ada di indonesia
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁
EmoticonEmoticon