Dasar-Dasar Pelayanan Bimbingan Dan Konseling (LENGKAP)

DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING 

Sebelum membahas tentang dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, sebaiknya kita mengulas kembali tentang pengertian Pelayanan Bimbingan dan konseling. Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling

1. Perlunya Layanan Bimbingan Dan Konseling

Mengapa layanan bimbingan dan konseling perlu diaplikasikan di sekolah, mengingat situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik.

Dampak dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berpikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi tersebut adalah sebagai berikut:
  • Keresahan hidup dikalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banya konflik, stres, kecemasan, dan frustasi; 
  • Adanya kecenderungan pelanggaran kedisiplinan, kolusi dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik–jahat serta benar-salah secara lugas; 
  • Adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis, tetapi juga konflik fisik; 
  • Pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara juga adiktif, seperti penggunanaan obat-obata terlarang;
Untuk mengatasi masalah tersebut peru dipersiapkan insan dan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia indonesia yang bermutu, yaitu manusia yang harmonis lahir batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara profesional, serta dinamis dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional. 

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia indonesia yang bermutu adlah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakuka melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem menejemen tenaga kependidikan, serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.

Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Oleh sebab itu, pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan haruslah merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu menngantarkan anak didik pada pencapaian standart kemampuan profesional dan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif. 


Para peserta didik disekolah atau lingkungan pendidikan umumnya adalah orang-orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki karakteristik, kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Pencapaian standart kemampuan profesional/akademis dan tugas-tugas perkembangan peserta didik, memerlukan kerjasama yang harmonis antara pengelola dan pelaksanana manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan. Sebab, ke-3nya merupakan bidang utama dalam pencapaan tujuan pendidikan. (Nurisman:3-4).

2. Sejarah Perkembangan Bimbingan Dan Konseling

A. Sejarah Bimbingan Dan Konseling Di Amerika Serikat

ERA PERINTISAN

(1908 – 1913)

Frank Parsons mengorganisasikan lembaga kecil dan independen Boston Vocational Bureau, untuk :

  • Memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi anak-anak muda yang ingin mencari kerja dibidang tertentu. 
  • Melatih para guru di sekolah-sekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor pekerjaan bagi siswa-siswanya yang akan lulus atau meraih kerja di bidang tertentu. 
  • Guru dilatih menyeleksi siswa-siswanya bagi sekolah kejuruan yang cocok dengan pilihan kerja siswa, membantu memilihkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan belajar siswa atau memberikan nasihat serta membantu pemindahan siswa ke sekolah yang lebih tepat untuk karirnya nanti.
1909

Frank Parsons menerbitkan buku “Chosing a Vocation” peran konselor dan teknik yang digunakan dalam pekerjaan. 3 wilayah utama yaitu :

  • Investigasi Pribadi 
  • Investigasi Industri 
  • Investigasi Organisasi dan Bidang Pekerjaan 
Upaya perintisan dan publikasi bukunya sangat popular dan berhasil mengindentifikasi dan mengenalkan profesi baru untuk membantu orang lain: Bimbingan dan Konseling = Bapak Gerakan Bimbingan dan Konseling di dunia Pendidikan AS. Spesialisasi konselor sekarang :
  • Konselor Pendidikan, pekerjaan dan sekolah 
  • Konselor rehabilitasi 
  • Konselor kesehatan mental 
  • Konselor ketergantungan obat dan penyimpangan perilaku 
  • Konselor dan terapis pernikahan dan keluarga 
  • Konselor bekerja diwilayah khusus seperti :
          a) Konselor rohani
          b) Konselor tumbuh kembang balita
          c) Konselor penyandang cacat
          d) Konselor manula
          e) Konselor pension
          f) Konselor krisis paruh baya, dll

1913

Fledgling guidance movement “Gerakan bimbingan anak-anak muda yang belum berpengalaman bekerja” tumbuh pesat diwadahi National terbit jurnal Vocational Guidance Association “Vocational Guidance” Istilah Guidance (bimbingan) menjadi label popular gerakan konseling di sekolah-sekolah hamper 50 tahun.

60 tahun berikutnya “Career education and guidance movement“ (Gerakan Pendidikan dan Vocational Guidance Bimbingan Karir) Vocational Guidance (Bimbingan Kerja)

1913 

Jessi B Davis 
Pendekatan Davis didasarkan pada studi-diri dan studi pekerjaan. Menyarankan aar siswa mendapatkan pengajaran dan bimbingan mengenai nilai moral dari kerja keras, ambisi, kejujuran dan pengemangan karakter yang baik sebagai asset bagi siapapun yang berencana masuk ke dunia bisnis. 

Anna Y. Reed 
Pengagum Konsep dan etika yang kemudian mendominasi dunia bisnis, korporasi global, dan system persaingan bebas. Program bimbingan yang dikembangkan dirancang untuk menilai seseorang cukup layak atau tidak menjadi pegawai atau karyawan. 

Eli W. Weaver 
Berhasil membangun komite bimbingan guru di setiap SMA di New York City. Komite ini bekerja aktif membantu anak-anak muda menemukan kemampuan dan belajar cara menggunakan talenta mereka untuk memastikan pekerjaan paling tepat di masa depan. 

David S. Hill
Seorang peneliti system sekolah di New Orleans, menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari manusia. Risetnya menyoroti keragaman luas populasi siswa, ia merintias dan menggarap beragam kurikulum yang diperlengkapi dengan bimbingan kerja. Hill yakin, inilah model yang paling tepat kalau seorang siswa ingin berkembang sepenuhnya.

ERA PERANG DUNIA I 
1914 - 1934

Perabad ke 20, dua perkembangan signifikan dalam psikologi mempengaruhi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu :
  • Pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang diberikan secara kelompok. 
  • Gerakan kesehatan mental.
1905

Psikolog perancis Alfred Binet dan Theodore Simon memperkenalkan tes kecerdasan untuk pertama kali.


1916


Versi terjemahan dan revisi diperkenalkan di AS oleh Lewis M. Terman dan kolega-kolega di Universitas Stanford dan tes kecerdasan ini popular di sekolah-sekolah. Ketika AS memasuki PD I pihak militer mencari peranti yang bisa mengukur dan mengklasifikasi para wamil, sebuah tim ditugaskan untuk membentuk tes “Army Alpha Tes” sebuah tes yang langsung bisa digunakan dalam sekejap kepada ribuan wamil dan hasilnya terbukti bagus.

Setelah perang berakhir, tes ini dipadukan dengan jenis-jenis teknik psikometri lain untuk menilai kompetensi para siswa sekolah, menghasilkan ledakan besar perkembangan pinciptaan peranti tes dan dorongan mencari tes paling standar di bidang pendidikan dari jenjang SD sampai SMA. Tahun 1920-an di kalangan pendidik professional, gerakan progersif mebuka terobosan baru bagi sebuah era pendidikan yang hidupGerakan ini dianggap mempengaruhi perkembangan lebih jauh filsafat berorientasi manusia yang menekakankan:
  • Keunikan dan harkat siswa secara individu
  • Menekankan pentingnya memfasilitsi lingkungan ruang kelas 
  • Menyarankan kalau pembelajaran bisa dilakukan dengan banyak cara.
Banyak konselor dewasa ini yang mengakui bahwa perspektif pendidikan progresif yang menyarankan agar siswa dan guru mestinya membuat rencana bersama-sama, bahwa lingkungan social anak mestinya diperbaiki, bahwa kebutuhan dan keinginan perkembangan siswa mestinya diperhatikan dan bahwa lingkungan psikologis ruang kelas mestinya positif dan menguatkan. Sejak tahun 1920-an ini pula program bimbingan yang terorganisasi mulai muncul dengan frekuensi tinggi di jenjang SMP, lebih intensif lagi di SMA dengan pengangkatan guru bimbingan dan konseling yang khusus dipisahkan untuk laki-kai dan siswa perempuan. 

Dimulainya era pemfungsian disiplin, kelengkapan daftar hadir selama 1 tahun ajaran dan tanggung jawab administrative lainnya, mengakibatkan banyak program pendidikan decade ini menitikberatkan keapda upaya membantu siswasiswa yang mengalami kesulitan akademis atau pribadi dengan mengirimkan mereka ke guru bimbingan dan konseling untuk mengubah perilaku atau memperbaiki kelemahan. 

Bimbingan dan konseling di Jejang SD juga mulai tampak akhir 1920-an dan awal 1930-an dipicu oleh tulisan-tulisan dan usaha keras William Burnham yang menekankan guru untuk memajukan kesehatan mental anak yang memang diabaikan pada era itu. 

Di Winetka, Illinois, dibentuk departemen konseling untuk sejumlah SD di kota itu yang timnya terdiri atas psikiater, ahli psikometri, psikolog, konselor pendidikan, psikiatri social, dan tim administrasi. Tanggung jawab mereka adalah :
  • Memberikan konseling kepada anak dan orangtuanya, 
  • Membantu anak mendapatkan pola belajr yang baik dan maksimal 
  • Menganalisis kondisi belajar siswa seperti hubungannya dengan siswa lain, orang tua, lingkungan dan guru. 
  • Membeikan help dan pemahaman keada orangtua mengenai putra-putri mereka dan sikap ang mestinya dilakukan guna membantu guru mencapai interaksi belajar yang maksimal dengan siswa sehingga siswa dapat mencapai prestasi tertinggi sesuai kurikulum yang diterapkan. 
Banyak SMA melihat keberhasilan gerakan tahun 1920-an mulai ikut berpartisipasi menentukan tes standar untuk membantu memberikan bibmingan kepada siswa mengenai bidang pekeraan yang cocok bagi mereka nantinya Beberapa dari program ini bahkan menawarkan bimbingan kerja yang dilengkapi konseing dan praktik, sehingga sejak decade 1930-an, konsep ‘magang’ mulai dikenal untuk pertama kalinya.

Pendukung gerakan mulai memikirkan program bimbingan siswa dapat disediakan di setiap jenjang dari SD sampai SMA.

ERA PERANG DUNIA II
1935 - 1950

Banyak pihak mulai mengakui manfaat gerakan bimbingan, Asosiasi Guru-guru Negara Bagian New York menerbitkan laporan tahun 1935 yang mendefinisikan konsep bimbngan dari gerakan ini sebagai “proses” membantu individu-individu membuat penyesuaian hidup yang dibutuhkan. Proses ini jelas esensial dan vital, sangat diperlukan entah di rumah, sekolah, komunitas dan di semua fase lain lingkungan hidup individu tersebut. (New York Teachers Association, hlm, 10) 

Tahun 1930-an dan 1940-an, pendekatan factor untuk sifat untuk konseling mulai popular. Teori “Direktif” oleh E.G. Williamson (1939)

Tahun 1930-an itu juga arah yang memungkinkan untuk memberikan bimbingan di jenjang SD diajukan oleh gerakan belajar anak yang berpandangan bahwa guru mestinya berperan menyediakan bimbingan untuk setiap siswa di ruang kelasnya. Akhir PD II, gerakan bimbingan mulai menampaki vitalitas dan arah yang baru, dengan pengaruhnya yang besar sebagai gerakan konseling di sekolah dan masyarakat adalah Carl Rogers (1902-1987) Rogers mengusulkan sebuah teori konseling baru di dua buku terpentingya:
  • Counseling and Psychoterapy (1942) dan revisinya; 
  • Client-centered Therapy (1951) 
Dalam buku pertamanya, Rogers menawarkan konseling non direktif sebagai alternative untuk metode tradisional yang lebih direktif sifanya. Ia menekankan tanggung jawab klien untuk memahami problemnya sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri. Teori ini dilabeli “non direktif” (tidak mengarahkan) karena berkebalikan dengan pendekatan tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat menangani problem siswa. Buku yang kedua mengusulkan perubahan semantic dari konseling non direktif menjadi ‘berpusat klien’, namun yang lebih penting lagi , meletakkan titik berat pada kemungkinan penghasilpertumbuhan dalam diri klien.


Pengaruh menajubkan dari Rogers ini menghasilkan sebuah pentitikberatan pada konseling sebagai aktivitas primer dan mendasar para konselor sekolah. Tahun 1940-an Rogers juga memperkenalkan konseling kelompok.

ERA PERANG DINGIN 
1950 - 1980

Tahun 1957, Uni Sovyet menggemparkan dunia karena sukses meluncurkan satlit pertama manusia, Sputnik 1. Efeknya tak langsung namun signifikan pencapaian ini adalah meningkatnya gerakan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat. 

Persaingan prestise dan potensi ancaman Negara AS tersebut mendorong para konselor mendesak pemerintah untuk:
  • Meningkatkan mutu pendidikan, 
  • Menghasilakan sebuah legislasi yang didorong kritik public mengenai pendidikan tradisional dan kegagalannya menyedakan personil-personil yang terlatih yang dibutuhan bagi pendidikan anak-anak bangsa secara menyeluruh. 
  • Legislasi “National Defense Educational Act” tahun 1958 merupakan tonggak penting dalam pendidikan Amerika, kususnya monument bagi kesuksesan gerakan bimbingan karena piagam mengakui vialnya kaitan antara kesejahteraan siswa, kebutuhan akan personil yang erlatih dan masimalisasi proses pendidikan 
  • Piagam ini secara keseluruhan menyediakan sumberdaya “tidak terbatas”, yaitu : 
    1. Mengintruksikan dan memberikan dukungan bagi setiap Negara bagian untuk membangun, mengembangkan dan mempertahankan setiap rpgoram bimbngan di komunitas-komunitas local, 
    2. Mengingruksikan dan member dukungan bagi lembaga pendidikan tinggi untuk melatih secara khusus personil pembimbing di setiap program local tersebut
September 1964
Pengaruh piagam tersebut, yaitu:
  • Memberikan togal dana hamper $30 juta kepada Negara-negara bagian 
  • Meningkatnya jumlah konselor SMA dari 12.000 di tahun 1958
  • Mendukung 480 institut yang khusus mendidik para konselor dan guru SMP untuk menjadi konselor professional 
  • Membantu lebih dari 600.000 siswa SMA dan akademi untuk melanjutkan pendidikan mereka ke S1 dengan beasiswa pemerintah 
  • Melatih 42.000 teknisi terlatih untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia tersebut
Program menghibahkan 8.500 penyetaraan S1 untuk melatih guru-guru SMA menjadi konselor professional. Dimulainya penstandaran sertifikasi dan performa konselor sekolah mulai dikembangkan dan ditingkatkan; criteria yang dipergunakan oleh asosiasi-asosiasi pengakreditasian evaluasi program bimbingan sekolah diperkuat dan kemajuan mencolok dihasilkan dari pelatihan-pelatihan konselor. 

Tahun 1960-an terbit Statement of Plocy for Secondary School Counselors oleh Asosiasi Konselor Sekolah (1964) yang dikembangkan dan disetujui sebagai pernyataan kebijaakan resmi American School Counselor Association (ASCA). Upaya untuk menspesifikan peran dan fungsi konselor sekolah ini melibatkan lebih 6.000 konselor sekolah plus guru, administrator sekolah dan para pendidik lainnya. Perkembangan Asosiasi Konselor Amerika:
  • American Personnel and Guidance Association (APGA) 
  • American Association for Counseling and Development (AACD) 1983 
  • American Counseling Association.
ERA GLOBALISASI
1980 – 1908 sampai sekarang

Tahun 1981 dibentuk CACREP (Counsil for Accreditation of Counseling and Related Educational Programs), divisi pengakreditasian ACA.

CACREP dibentuk untuk mengembangkan secara khusus pengimplementasian dan penegakan standar bagi penyiapan tingkat kelulusan program pendidikan konseling professional. CACREP edisi 2001 adalah :
  • Identitas professional 
  • Keragaman social dan budaya 
  • Pertumbuhan dan perkembangan manusia 
  • Pengembangan karir 
  • Hubungan-hubungan perbantuan 
  • Kerja kelompok 
  • Asesmen 
  • Riset dan evaluasi program
Tahun 1982 dibentuk NBCC (National Board for certifed Counselor) ini untuk:
  • Menetapkan dan memonitor system sertifikasi nasional 
  • Mengidentifikasi para professional dan komunitas konselor yang memilih dengan sukarela porfesi ini dan memperoleh sertifikasi; 
  • Mempertahankan daftar keanggotaan para konselor tersebut untuk kemudahan pengaksesan.
Proses ini member pengakuan resmi bagi para konselor yang telah memenuhi standar-standar NBCC dalam pelatihan, pengalaman dan performa mereka di National Counselor Examination for Licensure and ertification (NCE) NBCC telah :
  • Mendirikan Center for Credentializing and Education 
  • Meluncurkan Web Resources for Counseling Students 
  • Mendirikan pusat penjaminan 
  • Menyediakan registrasi nasiona untuk para konselor 
  • Mencipatkan NBCC–International, sebuah divisi National Board for Certified Counselor, Ink dan rekanan-rekanan di luar Amerika.
Meskipun awalnya bentukan ACA tetapi sekarang lebih Independen dan terpercaya dan bekerjasama erat dengan ACA.

ACA berkonsentrasi kepada perkembangan professional seperti publikasi, lokakarya, dan hubungan pemerintah di bidang konseling. NBCC lebih focus pada peningkatan kualitas konseling melalui sertifikasi.

BSejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling Di Indonesia


Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada kebijakan sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20–24 Agustus 1960. 

Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado.

Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. 

Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.

Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. 



Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. 

Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, berbagai kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut.

Masalah menggejala diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai pemberian nasehat, Bimbingan dan Konseling dibatasi pada menangani masalah yang insidental, Bimbingan dan Konseling dibatasi untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani ”orang sakit” dan atau ”kurang normal”, Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha Bimbingan dan Konseling pada penggunaan instrumentasi Bimbingan dan Konseling (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain) dan Bimbingan dan Konseling dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja.

Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Belum Adanya Hukum


Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964, fokus pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil menelurkan keputusan penting diantaranya terbentuknya Organisasi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah kelak yang akan berjuang untuk memperolah Payung hukum pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya.

2. Semangat Luar Biasa Untuk Melaksanakan



BP di sekolah Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena di sana dikatakan “Tugas guru adalah mengajar dan/atau membimbing.” Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga atau guru pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan atau Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih kurang, menjadikan pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh guru-guru yang ditugasi sekolah berasal dari guru yang senior atau mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legal dengan SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama untuk pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah.

3. Belum Ada Aturan Yang Jelas


Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan dan di mana pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas. Oleh siapa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di sekolah banyak terjadi diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar tidak menguasai dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing. 

Kesan yang tertangkap di masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan Penyuluhan tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, orang tua menjadi malu, dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai masalah apakah. 

Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan pengawasannya. Selain itu dengan pola yang tidak jelas tersebut mengakibatkan:
  • Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya. 
  • Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelas-kelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang berhalangan hadir. 
  • Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana atau rok. 
  • Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya, 
  • Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling.Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.
SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial, khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling adalah :
  • Istilah “bimbingan dan penyuluhan” secara resmi diganti menjadi “bimbingan dan konseling.” 
  • Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru. 
  • Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut; minimum mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam. 
  • Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola yang jelas :
    1. Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya. 
    2. Bidang bimbingan : bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir 
    3. Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
    4. Kegiatan pendukung : instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus.

    Unsur-unsur di atas (nomor 4) membentuk apa yang kemudian disebut “BK Pola-17”
    Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap :
    • Perencanaan kegiatan
    • Pelaksanaan kegiatan
    • Penilaian hasil kegiatan
    • Analisis hasil penilaian
    • Tindak lanjut
         5. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerja sekolah. 
Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi tidak jelas yang sudah lama berlangsung sebelumnya. Langkah konkrit diupayakan seperti :
  • Pengangkatan guru pembimbing yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
  • Penataran guru-guru pembimbing tingkat nasional, regional dan lokal mulai dilaksanakan.
  • Penyusunan pedoman kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, seperti :
    1. Buku teks bimbingan dan konseling
    2. Buku panduan pelaksanaan menyeluruh bimbingan dan konseling di sekolah
    3. Panduan penyusunan program bimbingan dan konseling
    4. Panduan penilaian hasil layanan bimbingan dan konseling
    5. Panduan pengelolaan bimbingan dan konseling di sekolah
    6. Pengembangan instrumen bimbingan dan konseling
    7. Penyusunan pedoman Musyawarah Guru Pembimbing (MGP) 
Dengan SK Mendikbud No 025/1995 khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling sekarang menjadi jelas : istilah yang digunakan bimbingan dan konseling, pelaksananya guru pembimbing atau guru yang sudah mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam, kegiatannya dengan BK Pola-17, pelaksanaan kegiatan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut. 

Baca lagi:


Pelaksanaan kegiatan bisa di dalam dan luar jam kerja. Peningkatan profesionalisme guru pembimbing melalui Musyawarah Guru Pembimbing, dan guru pembimbing juga bisa mendapatkan buku teks dan buku panduan.

3. Landasan Bimbingan Dan Konseling


Landasan Filosofis



Landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawab kan secara logis, etis maupun estetis.
Hakikat manusia :

  1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya 
  2. Manusia dapat belajar mengatasi masalahmasalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuankemampuan yang ada pada dirinya 
  3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan 
  4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan 
  5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam 
  6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendir 
  7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri 
  8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihanpilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri 
  9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. 

Sehingga Landasan filosofis akan selalu berkenaan dalam upaya tentang hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan da konseling.


Landasan Psikologis



Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya. Landasan psikologis dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (konseli) Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.

Hambatan meliputi perbedaan bahasa, komunikasi non-verbal, Stereotipe, kecenderungan menilai, kecemasan. Kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
  • Motif dan motivasi, penjelasan motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu 
  • Pembawaan dan lingkungan, Penjelasan Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbedabeda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau idiot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. 
  • Perkembangan individu, Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya: Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu, Teori dari Freud tentang dorongan s*ksu@l Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif, Teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral, Teori dari Zunker tentang perkembangan karier, Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial, Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa 
  • Belajar. penjelasan Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan : Teori Belajar Behaviorisme Teori Belajar Kognitif Teori Belajar Gestalt Teori belajar konstruktivisme . 
  • Kepribadian, Penjelasan Karakter, Temperamen, Sikap, Stabilitas emosi, Responsibilitas, Sosiabilitas
Landasan Sosial-Budaya

landasan ini berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang mempenggaruhi terhadapnperilaku, yang perlu dipertimbangkan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang keragaman budaya.

Landasan sosial-budaya dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda Hambatan

landasan ilmu pengetahuan dan teknologi, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan denan layanan bimbingan dan konseling ebagai kegiatan ilmiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi yang demikian pesat

4. Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yakni "guidance and counseling". Kata “guidance” berasal dari kata kerja to guide yang berarti memimpin, menunjukkan, atau membimbing ke jalan yang baik. Jadi kata “guidance” dapat berarti pemberian pengarahan, atau pemberian petunjuk kepada seseorang. Sedangkan “counsieling” berasal dari kata kerja to counsel yang berarti menasehati, atau menganjurkan kepada seseorang secara face to face (secara langsung).

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan konselor atau guru pembimbing kepada peserta didik untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi diri secara optimal.

Menurut crow & crow dalam Aqib, (2013:94) menjelaskan bahwa Bimbingan dapat diartikan bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yag memadai dan telah terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.

Menurut bernard & fullmer (dalam Prayitno, 2013:95) bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.

Selanjutnya Menurut Willis (2011:14) bimbingan merupakan ”proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya”.

Berdasar pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli supaya konseli yang dibimbing dapat mengenali dirinya, memaksimalkan potensinya, serta mampu mengahadapi, dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

Adapun konseling menurut Tohirin (2013:24) adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

Menurut Jones (dalam Prayitno 2013: 100) menjelaskan bahwa Konseling adalah kegiatan dimana semua faktadikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oelh yang bersangkutan dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dakam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah Nomor 111 tahun 2014 Pasal 1 Butir 1 ”Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya”.

Secara lebih spesifik layanan bimbingan dan konseling Menurut Tohirin (2013:25) adalah: Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatp muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, supaya konseli mempunyai kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mempunyai kemampuan memecahkan masalahnya sendiri.

Sedangkan Menurut Hikmawati (2011:1) bimbingan dan konseling adalah Pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Berdasar uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Layanan bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik yang dilakukan oleh konselor yang memgalami permasalahan pribadi, sosial, karir dan belajar melalui layanan-layanan yang terdapat dalam bimbingan dan konseling sehingga konseli mampu secara mandiri dalam menyelesaikan permasalahannya.

Baca Lagi:


5. Hubungan Antara Pendidikan, Bimbingan dan Konseling

A. Bimbingan dan Pendidikan

Bimbingan dengan pendidikan tidak ada perbedaan yang prinsip. Namun bimbingan tidak identik dengan pendidikan. Kegiatan bimbingan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan, secara keseluruhan. Sehingga pelaksanaan bimbingan yang baik akan menjadi salah satu faktor keberhasilan dari kegiatan pendidikan. Untuk mencapai tujuan yag maksiaml dari segal pendidikan, dituntu adanya pelayanan bimbingan dan konseling.


B. Hubungan Antara Bimbingan dan Pendidikan

Ada 5 pola hubungan fungsional antara bimbingan dengan pendidikan, bimbingan identik dengan pendidikan, bimbingan sebagai pelengkap pendidikan, pola kurikulum bimbindan dan konseling, pola layanan, uurusan, kesiswaan, dan bimbingan sebagai subsistem pendidikan (Tohari Musnawar, 1985:17-22)

Sedang Moh. Surya mengatakan:, “Dalam bidag pendidikan bimbingan mendapat tempat dan peranan yang amat sangat penting dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Bimbingan dipandang sebagai salah satu komponen yang tak terpisahkan dari komponen-komponen lainnya” (Moh Surya, 1980)

C. Hubungan Antara Bimbingan dan Pendidikan

Dari pengertian-pengertian tentang bimbingan dan konseling dapat dikemukakan tentang hubungan antara bimbingan dan konseling. Ada beberapa pendapat tentang hubungan bimbingan dan konseling diantaranya sebagai berikut: 
  • Bimbingan sama dengan konseling artinya tidak ada perbedaan yang fundamental antara keduanya 
  • Bimbingan dan konseling berdeda baik dasar maupun cara kerjanya 
  • Bimbingan dan Konseling merupakan 2 kegiatan yang integral, artinya keduanya tidak dapat dipisahkan. Konseling merupakan salah satu teknik dalam layanan bimbingan dan konseling yang tak terpisahkan di samping layanan-layanan bimbingan dan konseling.


6. Tujuan Bimbingan Dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dan memfasilitasi peserta didik dalam mengembangakan potensi dan memandirikan peserta didik sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. 

Menurut Hamrin dan Cliffrod (dalam Prayitno 2013:112) “tujuan Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungan dengan situasi-situasi tertentu.
Menurut Tohirin (2013:33) tujuan Bimbingan dan Konseling adalah “agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahi bahwa tujuan bimbingan dan konseling proses membimbing individu atau peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal. 

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2013:114) tujuan umum bimbingan dan konseling adalah:
Untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan baka-bakatnya), berbagai latar belakang keluarganya, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. 
Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2013:114) merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan langsung dengan permasalahan siswa, sesuai dengan kompleksitas permasalahan itu. Sehingga tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dan yang lain berbeda karna masalah-masalah yang dimiliki juga berbeda.

Bersadar beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar mampu secara mandiri dalam menyelesaikan permasalahannya dan mengambil alternatif tindakan sesuai dengan keadaan dirinya serta dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya sesuai dengan tugas perkembangannya.

7. Fungsi Bimbingan Dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu : fungsi pencegahan, pemahaman, pengentasan, pemeliharaan, penyaluran, penyesuaian, pengembangan, dan perbaikan serta advokasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Tohirin (2013: 36) fungsi layanan bimbingan dan konseling antara lain:

  1. Fungsi Pencegahan, Melalui layanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya maslah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambatnya. 
  2. Fungsi Pemahaman, Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya (pembimbing). 
  3. Fungsi Pengentasan, Melalui layanan bimbingan konseling maka diharapkan siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya. 
  4. Fungsi Pemeliharaan, Maksudnya memelihara yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa). 
  5. Fungsi Penyaluran, Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan dan cita-cita. 
  6. Fungsi Penyesuaian, Pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. 
  7. Fungsi Pengembangan, Pelayanan bimbingan dan konseling membantu agar siswa berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. 
  8. Fungsi Perbaikan, Pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. 
  9. Fungsi Advokasi, Membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan kepentingannya kurang mendapat perhatian.
Kemudian Menurut Hikmawati (2011:46) fungsi layanan konselor pendidikan di sekolah antara lain:
  • Pemahaman, yaitu dipahaminya diri klien, maslah klien, dan lingkungan klien baik oleh klien itu sendiri, konselor maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. 
  • Pencegahan, yaitu mengupayakan tersingkirnya berbagai hal yang secara potensial dapat menghambat atau mengganggu perkembangan kehidupan individu. 
  • Perbaikan, yaitu membebaskan klien dari berbagai masalah yang dihadapinya. 
  • Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu memelihara segala sesuatu yang baik pada diri individu atau kalau mungkin mengembangkannya agar lebih baik.
Berdasar pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan dengan baik maka fungsi dari layanan bimbingan dan konseling akan tercapai sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling.

8. Prinsip-Prinsip Bimbingan Dan Konseling

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Rumusan prinsip-prinsip Bimbingan Konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.

Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan, yaitu sebagai berikut:
  1. Bimbingan dan Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi. 
  2. Bimbingan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang untuk dari berbagai aspek kepribadian yang komplek dan unik. 
  3. Bimbingan dan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. 
  4. Bimbingan dan Konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu atau yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu, yaitu sebagai berikut:
  1. Bimbingan Konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitanya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. 
  2. Kesejahteraan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuannya menjadi perhatian utama pelayanan Bimbingan Konseling. 
Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan, yaitu sebagai berikut:
  1. Bimbingan Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program Bimbingan Konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh. 
  2. Program Bimbingan Konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat. 
  3. Program Bimbingan Konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai orang dewasa, disekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. 
Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah, yaitu sebagai berikut:
  1. Konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. 
  2. Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara Konselor dengan personal sekolah lainya dan siswa. 
  3. Konselor bertanggung jawab untuk memahami perannya sebagai Konselor profesional dan menerjemahkan perananya itu kedalam kegiatan nyata. 
  4. Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa siswi yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang putus sekolah, permasalahan emosional dan kesulitan belajar. 
  5. Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswi yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah. 
  6. Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberi perhatian dan peka terhadap kebutuhan harapan dan kecemasan.

9. Layanan Bimbingan Dan Konseling

Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (peserta didik), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu. Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran (peserta didik) yang mendapat layanan tersebut.

Menurut Hikmawati (2011:47) Jenis layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah meliputi: “Layanan orientasi, layanan informasi, layanan bimbingan penempatan dan penyaluran, Layanan bimbingan belajar, Layanan konseling individual, Layanan bimbingan dan konseling kelompok”. 

Menurut Prayitno (2012) menjelaskan bahwa layanan bimbingan dan konseling mencakup 9 jenis layanan, yaitu sebagai berikut:
  • Layanan Orientasi, yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut. 
  • Layanan Informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien. 
  • Layanan Penempatan dan Penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. 
  • Layanan Penguasaan Konten 
  • Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 
  • Layanan Konseling Individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya. 
  • Layanan Bimbingan Kelompok, dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. 
  • Layanan Konseling Kelompok, Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. 
  • Layanan Konsultasi, Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dan konseling adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain. 
  • Layanan Mediasi, Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator. 
  • Layanan advokasi, Layanan advokasi berupaya memberikan bantuan (oleh konselor) agar hak-hak keberadaan, kehidupan dan perkembangan orang atau individu atau klien yang bersangkutan kembali memperoleh hak-haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi atau dijegal.
Berdasar pendapat diatas peneliti menyimpulkan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan mediasi, layanan konsultasi. Berbagai jenis layanan tersebut di atas dapat saling terkait dan menunjang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan asas keterpaduan dalam bimbingan dan konseling.

BACA JUGA:

10. Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling

Asas-asas bimbingan dan konseling harus selalu terapkan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Beberapa asas-asas bimbingan dan konseling yaitu: Asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan kasus dan asas tut wuri handayani.

Hal serupa sesuai dengan pendapat Prayitno (2013:114) menyatakan bahwa asas-asas dalam bimbingan dan konseling yaitu:
  • Asas kerahasiaan, Segala sesuatu yang disampaikan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain. 
  • Asas kesukarelaan, Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar sukarela, baik dari pihak si tertimbang atau klien, maupun dari pihak konselor. 
  • Asas keterbukaan, Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari seorang konselor maupun klien. 
  • Asas kekinian, Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang lampau. 
  • Asas kemandirian, Pelayanan bimbimgan dan konseling bertujuan menjadikan klien (terbimbing) dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. 
  • Asas kegiatan, Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. 
  • Asas kedinamisan, Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. 
  • Asas keterpaduan, Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan aspek kepribadian klien. 
  • Asas kenormatifan, Asas bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, adat, hukum,/negara, ilmu maupun kebiasaan shari-hari. 
  • Asas keahlian, Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrument bimbingan dan konseling yang memadai) 
  • Asas alih tangan kasus, Asas alih tangan kasus jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan. 
  • Asas tutwuri handayani, Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.
Berdasar pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling konselor harus memegang menjunjung tinggi asas-asas bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan agar pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik.

Baca Juga :

11. Bidang-Bidang Bimbingan Dan Konseling

Bidang-bidang bimbingan dan konseling mencakup seluruh tugas perkembangan individu yaitu bidang pengembangan pribadi, pengembangan belajar, pengembangan sosial, pengembangan karier, pengembangan kehidupan keluarga, dan kehidupan pengembangan agama.

Hal serupa sesuai dengan pendapat Tohirin (2013:121) bimbingan dan konseling terdapat beberapa bidang bimbingan sebagai berikut:
  • Bidang pengembangan pribadi, bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada peserta didik mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi. 
  • Bidang pengembangan sosial, bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan kepada peserta didik untuk mengatasi masalah-masalah sosial 
  • Bidang pengembangan belajar, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang diberikan guru pembimbing kepada individu (siswa/peserta didik) dalam hal untuk menemukan cara belajar yang tepat, cara belajar yang efektif, cara untuk menangani masalah-masalah dalam belajar, maupun menangani kesulitan-kesulitan dalam belajar. 
  • Bidang pengembangan karier, merupakan bantuan kepada peseta didik dalam meghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu. 
  • Bidang pengembangan kehidupan keluarga, bimbingan kehidupan keluarga merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh guru bimbingan dan kosseling kepada individu lain (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan berkeluarga. 
  • Bidang pengembangan kehidupan beragama, bidang bimbingan kehidupan beragama adalah bantuan yang diberikan guru bimbingan dan konseling kepada terbimbing (siswa) agar mampu menghadapi dan memecahkan masalah–masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama.
Baca Juga:

12. Pendekatan Dalam Bimbingan Dan Konseling

Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.

Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling ada beberapa pendekatan yang biasa digunakan. Antara lain yaitu :


a. Pendekatan Psikologis

Sebagai mahluk yang diciptakan oleh tuhan ,anak bimbing harus dipandang menurut teori homoiestetis(mekanisme keseimbangan antara berbagai unsur potensi), yakni sebagai manusia ia harus bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan mental dalam pola keseimbangan dan keserasian.

Antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah saling mempengaruhi satu sama lain secara seimbang dan selaras sehingga menjadikan dirinya manusia dewasa yang sehat dan sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu, pembimbing hendaknya melihat segi sebagai titik tolak memberikan bantuan kepada anak bimbing.

Jadi dengan kata lain
pendekatan psikologis tersebut hendaknya ditujukan pada usaha pengembangan individual anak bimbing kearah kesehatan rohaniah sehingga akan berakhir dengan terbentuknya keperibadian yang bulat dan sehat. Dalam kepribadian yang demikian itulah, nilai–nilai agama kita akan berkembang menjadi kekuatan pengendali terhadap segala bentuk tingkah lakunya sesari- hari, terutama terhadap dorongan nafsu rendah.

b. Pendekatan Sosiologis

Anak bimbing bukan saja sebagai mahluk individual yang harus dibimbing agar menjadi manusia yang sadar akan kemampuan individualnya.Melainkan juga sebagai mahluk sosial yang mampu mengembangkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan yang sehat jasmani dan rohani. Sebagai mahluk yang bermasyarakat atau (homososius).

Suatu tuntutan sosial untuk hidup diatas rasa solidaritas sosial, tanggung jawab sosial, dan rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk, maju mundurnya hidup bermasyarakat adalah menjadi faktor motivasi dalam kegiatan bimbingan dan konsling karena dengan demikian maka proses sosialisasi anak bimbing yang dilandasi nilai-nilai keimanan dan takwa, akan mampu membentuk sikap dan mental.

c. Pendekatan Kependidikan (Paedagogis)

Sistem pendekatan kependidikan (Paedagogis) yang memandang manusia sebagai mahluk yang harus di didik (homo endocandum). Karena potensi kejiwaan yang memiliki kemungkinan berkembang kearah kematangan perlu pendidikan yang tepat.Tanpa di bimbing, potensi kejiwaan tersebut tidak akan sampai pada titik optimal perkembanganya yang menguntungkan diri anak bimbing.

d. Pendekatan Direktif

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa manusia merupakan makhluk rasional dan memiliki potensi-potensi yang bisa dikembangkan ke arah positif atau negatif. Manusia dipandang tidak akan bisa berkembang secara otonom, melainkan butuh pertolongan orang lain agar dapat mencapai batas kemampuannya secara penuh.

Menurut pendekatan ini hakikat kecemasan seseorang adalah ketidak-pastian tentang cara menggunakan potensi-potensinya. Tujuan pendekatan konseling ini adalah menolong individu untuk secara bertahap dan pelan-pelan semakin memahami dan semakin terampil mengatur dirinya sendiri. biasanya menggunakan teknik mengubah lingkungan, memilih lingkungan, mengajarkan aneka keterampilan yang diperlukan, dan mengubah sikapdengan melakukan berbagai macam tes dan alat ukur lain.

Riwayat hidup konseli perlu diungkap agar konseling dapat dilaksanakan. Dengan cara mendiagnosis dan prognosis.Pendekatan direktif ini biasanya cocok dipakai terhadap klien-klien ‘Normal’ yang butuh pertolongan agar merasa siap menghadapi aneka tuntutan penyesuaian sebelum berkembang konflik-konflik di dalam dirinya. Dalam pendekatan ini si konselor harus berperan aktif.


e. Pendekatan Non-Direktif

Pendekatan ini semula dikembangkan oleh Carl Rogers. Dewasa ini, pendekatan ini disebut sebagaikonseling yang berpusat pada klien.Asumsi dasar yang melandasi pendekatan ini adalah bahwa manusia pada dasarnya rasional, baik, dapat dipercaya, bergerak ke arah aktualisasi diri, sehat, realisasi diri, bebas, dan otonomi.

Permasalahan yang dihadapi dalam pendekatan ini yaitu konseli merasa cemas sebab terjadi ketidakseimbangan antara konsep dirinya dan pengalamannya. Dalam pendekatan ini, teknik konselingnya dipusatkan pada si konseli, bukan pada masalahnya. Cara konselor menanganinya yaitu dengan menunjukkan sikap-sikap kongruensi, empati, dan ketulusan tanpa syarat pada kliennya.

Seorang konselor Non-direktif bertindak sejenis katalisator. Ia berbicara sangat sedikit, sebaliknya menggunakan sebagian besar waktunya untuk mendengarkan dan menunggu. Selain itu peran konselor adalah sebagai fasilitator dan reflektor. Tugasnya adalah menolong konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli. Konselor berusaha menciptakan iklim di mana konseli mampu melakukan perubahan di dalam dirinya. Adapun tujuan pendekatan Non-direktif ada beberapa macam. Yaitu:
  1. Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya. 
  2. Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain. 
  3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempercayai orang lain dan siap menerima pengalaman orang lain yang bermanfaat baginya. 
  4. Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu lingkungan sosial budaya yang luas. 
  5. Menumbuhkan keyakinan pada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (process of becoming).

Dalam pendekatan ini ada beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun kebaikan - kebaikan pendekatan Non-Direktifakan membantu jika:
  • Klien mengalami kesukaran emosional dan tidak dapat menganalisis secara raional dan logis. 
  • Konselor memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menangkap penghayatan emosi dalam mengungkapkan masalah dari klien dan memantulkan kembali kepada klien dalam bahasa dan tindakan yang sesuai. 
  • Pendekatan ini sangat baik digunakan jika klien memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiran-pikirannya secara verbal. dll 
Adapun kelemahan dalam pendekatan Non-Direktif yaitu meliputi :
  • Pendekatan ini menyita banyak waktu bila wawancara konseling tidak terarah. 
  • Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan secara verbal seluruh permasalahannya sangat terbatas. 
  • Kesukaran-kesukaran klien dalam menerima dan memahami diri sendiri. 
  • Pendekatan ini menuntut sifat dan sikap kedewasaan dari klien. 
  • Kesukaran-kesukaran konselor dalam aspek klinis sering merupakan masalah, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologis.
f. Pendekatan Rasional-Emotif

Teori Konseling Rasional Emotif dalam istilah lain dikenal dengan "rasional-emotif therapy" yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Clinikal Psychology (Psikologi klinis).

Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor berusaha agar klien makin menyadari pikiran dan ucapannya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional.

Pendekatan ini sangat ideal apabila diterapkan di sekolah.Guru melalui mata pelajaran yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhi para siswanya untuk segera meninggalkan tindakan, pikiran, dan perasaan yang tidak rasional.


Ciri-ciri konseling Rasional-Emotif dapat diuraikan sebagai berikut :
  • Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan dengan klien. 
  • Dalam proses hubungan konseling harus diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien. 
  • Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional. 
  • Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak terlalu banyak menelusuri kehidupan masa lampau klien. 
  • Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dengan konseling rasional-emotif bertujuan untuk membuka ketidaklogisan pola pikir dari klien.
g. Pendekatan Analisis Transaksional

Prinsip-prinsip yang dikembangkan melalui analisis transaksional diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian disusul dengan pembahasan yang mendalam di depan Regional Meeting of The American Group Psychotherapy Association di Los Angeles, bulan November 1957, yang berjudul: "Transactional Analysis: A New and Effective Method Group Therapy".

Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan realistis, berkomunikasi terbuka, wajar dan pemah dalam berhubungan dengan orang lain.

Tujuan pendekatan Analisis Transaksional diantaranya yaitu :

  • Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan. 
  • Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok. 
  • Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu
Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.

Secara historis analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam konseling atau terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling atau terapi individual.


h. Pendekatan Klinikal

Konseling Klinikal berkembang diawali dari konsep konseling jabatan (vocational counseling), yang menitik-beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan(vocational). Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan diperkenalkan oleh Frank Parson (1909) yang menekankan kepada tiga aspek penting, yaitu :
  • Pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki individu termasuk di dalamnya ialah tentang bakat, minat, kecakapan, kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya. 
  • Pengetahuan tentang syarat, kondisi, kesempatan dan tentang prospek dari berbagai jenis pekerjaan atau karir. 
  • Penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut. 

Istilah klinikal maupun konseling klinikal merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep bahwa konselor bukanlah semata-mata penata dan pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Jadi, ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang hakikat manusia.

Adapun tujuan Konseling Klinikal yaitu :
  • Membantu siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan cara, konselor harus memahami dengan seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi oleh siswa. 
  • Membantu siswa mempelajari, memahami, dan menghayati dirinya sendiri serta lingkungannya, serta melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita-cita dan penemuan identitas diri. 
  • Agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Untuk mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan keakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan konseling.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka ada langkah–langkah dalam pendekatan Klinikal. Diantaranya:
  • Langkah Diagnosis I yaitu konselor berusaha mengumpulkan dari berbagai sumber dan berbagai pihak yang diduga ada relevansinya dengan masalah yang dihadapi siswa. 
  • Langkah Sintesis ialah suatu langkah untuk membuat suatu rangkuman data, sehingga tampak jelas hal-hal unik yang berhubungan dengan masalah siswa. 
  • Langkah Diagnosis II yaitu kegiatan untuk menyusun gambaran kondisi siswa. Dengan tersusunnya gambaran kondisi sehingga tampak dengan jelas masalah apa yang sedang dialami siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. 
  • Langkah Prognosis adalah suatu usaha untuk memilih alternatif tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi sendiri masalahnya. 
  • Langkah Treatment atau penyembuhan adalah pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa. 
  • Langkah Follow Up (lanjutan) ialah membantu siswa melaksanakan rerncana tindakan langkah awal sampai terakhir sedangkan klien itu sendiri kelihatan aktif pada waktu terjadi hubungan wawancara konseling saja.

13. Teknik-Teknik Dalam Bimbingan Dan Konseling


Teknik mempunyai arti cara, langkah atau juga metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Bimbingan adalah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.

Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).


a. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)

Teknik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid untuk memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok. 
Teknik ini membawa keuntungan pada diri murid. Diantaranya sebagai berikut:
  • Menghemat waktu dan tenaga. 
  • Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-social. 
  • Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
Ada beberapa teknik dalam bimbingan kelompok, seperti:
  • Home Room Programe, yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam pelajaran.
  • Karyawisata atau Field Trip, kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode mengajar untuk bimbingan kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam kelompok untuk dapat berkerjasama dan penuh tanggungjawab.
  • Diskusi Kelompok, diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Dalam diskusi dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri. 
  • Kegiatan Kelompok, Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Teknik sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
  • Organisasi Murid, Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok dapa diseleseikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan sosial.
  • Sosiodrama, Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan masalah-masalah sosialmelalui kegiatan bermain peran.
  • Psikodrama, Psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari.
  • Remedial Teaching, Bentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu. Hal ini tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
b. Individual Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)

Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya. Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling.

Beberapa Masalah yang biasanya terdapat dalam individual guidance counseling diantaranya yaitu :

  • Masalah-maslah yang sifatnya pribadi.
  • Dilakukan dengan face to Face relationship.
  • Metode wawancara antara konselor dab kasus.
  • Konselor harus bersikap penuh simpati dan empati.
c. Manfaat Pendekatan Dan Teknik Bimbingan Dan Konseling


Manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut:
  • Membantu konselor dalam menangani konseli, sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Juga Agar konseli memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Dan konseli mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 
  • Membantu konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. 
  • Menolong konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli.

14. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:315) menyebutkan kegiatan pendukung yaitu:
  • Aplikasi instrumentasi konseling, kegiatan pendukung layanan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang klien, keterangan tentang lingkungan yang lebih luas, pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik dengan tes maupun non tes. Dikenal dengan istilah (P.1)
  • Penyelenggaraan himpunan data, kegiatan pendukung layanan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan klien. (P.2)
  • Konfrensi kasus, kegiatan pendukung layanan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami klien dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang dapat diharapkan memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya massalah tersebut. (P.3)
  • Kunjungan rumah, kegiatan pendukung layanan konseling untuk memperoleh data, keterangan. Kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien melalui kunjungan rumah. (P.4)
  • Alih tangan kasus, kegiatan pendukung layanan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. (P.6) Kelima Satkung tersebut disempurnakan menjadi enam Satkung yaitu dengan memuat unsur tampilan kepustakanaan.
  • Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan diri, kemampuan sosial, kegiatan belajar dan karir/jabatan. (P.5)
Setelah penyempurnaan tersebut alih tangan kasus yang semulanya P.5 menjadi P.6 dan tampilan kepustakaan menjadi P.5

Baca Juga:

15. Program Bimbingan Dan Konseling

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan bimbingan konseling, guru bimbingan konseling harus berpanduan pada program bimbingan konseling yang telah disusun sebelumnya. Program bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan yang diselenggarakan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam periode atau tahun pelajaran tertentu.

Menurut Giyono (2010) program Bimbingan dan Konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode bulanan, semester dan tahunan.

Dapat disimpulkan bahwa program Bimbingan dan Konseling adalah keseluruhan rencana kegiatan yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik yang dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam hal ini periode tertentu yakni periode harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan periode tahunan. Pelaksanaan program bimbingan konseling yang sesuai dengan periode-periode tersebut akan membuat pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling berkesinambungan.

Program Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari suatu sistem di sekolah dan mengandung makna bahwa program Bimbingan dan Konseling bukan berarti program milik guru bimbingan dan konseling sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program Bimbingan dan Konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah.

Program tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Program bimbingan dan konseling disusun oleh guru bimbingan konseling. Meskipun program bimbingan konseling disusun oleh guru bimbingan konseling, namun dalam pelaksanaannya guru bimbingan konseling harus dapat melibatkan seluruh warga sekolah. Maka bisa dikatakan program bimbingan konseling bukanlah milik guru bimbingan konseling saja, namun milik seluruh warga sekolah.



Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling 

Program Bimbingan dan Konseling adalah kumpulan rencana kegiatan pelayanan bimbingan konseling yang disusun berdasarkan pada kebutuhan peserta didik pada suatu periode tertentu. Periode tersebut bisa dalam rentang tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian.

Dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penjas dan Bimbingan dan Konseling (2009), jenis-jenis program bimbingan dan konseling itu sendiri dibagi menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
  • Program Tahunan Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu tahun untuk masingmasing kelas di sekolah/madrasah.
  • Program Semesteran Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu semester untuk masingmasing kelas yang merupakan jabaran dari program tahunan. 
  • Program Bulanan Program bulanan merupakan program bimbingan dan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
  • Program Mingguan Program mingguan merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu minggu yang merupakan jabaran dari program bulanan. 
  • Program Harian Program harian merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk rencana program layanan/pendukung (RPL).
BACA JUGA:

Dari perumusan jenis program tersebut, maka guru bimbingan konseling dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan bimbingan konseling secara terperinci sesuai dengan waktu periode yang telah ditentukan.


Guru bimbingan konseling juga harus dapat menyesuaikan program bimbingan konseling yang telah disusun dengan program sekolah agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya benturan. Semua hal ini bertujuan agar kegiatan layanan bimbingan konseling yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling dapat berjalan secara efektif dan efisien.

16. Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling

W.S. Winkel, (1991: 135), menjelaskan evaluasi program bimbingan adalah mencakup usaha menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan. Pelaksanaan evaluasi itu menuntut diadakan penelitian, dengan mengumpulkan datasecara sistematis, menarik kesimpulan diatas dasar data yang diperoleh mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.

Selanjutnya Dewa Ketut Sukardi (1990: 47) menyatakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proes untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.


Baca lagi disini:

Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dirumuskan bahwa: Evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha yang menilai efisiensidan efektivitas pelayanan bimbingan dan kinseling demi peningkatan mutu program bimbingan dan konseling.


Demikianlah pembahasan Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Apabila ada yang kurang jelas, jangan sungkan untuk mengajukan komentar kamu di kolom yang sudah disediakan.


Dan jangan lupa untuk mengujungi Daftar Isi untuk melihat artikel menarik tentang dunia bimbingan dan konseling dan artikel menarik lainnya.

Artikel Terkait

25 Comments

Menarik sekali bahasannya pak guru, saya akhirnya bisa ikut belajar banyak tentang apa saja dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling ini

iya pak, karna ilmu itu bisa dipelajari dimana saja.
ini hanya teori untuk aplikasinya akan sedikit berbeda namun gak jauh jauh dari teori .
terimakasih kunjungannya pak

Saya mendengar kata bimbingan konseling, jadi teringat jaman smp dan smu ketika di panggil guru BK. :)

waaahh.. kenapa itu kok dipanggil?
pasti dapet support ya :D

Dulu mikirnya kalo dipanggil BK lebih ke arah yg negatif, pdhal kenyataannya bisa juga siswa yg meminta guru bk untuk mendapatkan solusi dari gurunya, hehe tapi tidak jarang juga si karena melakukan hal yg nakal bnyak siswa yg akan di hukum oleh guru bk (inget SMP waktu temen2 saya dihukum buka baju suruh lari2 muter lapangan wkwkw)

iya pak, citra negatif terbeban dari guru bk yang banyak yang bilang kalo cuma nanganin siswa yang butuh perhatian dalam hal negatif, padahal secara tupoksinya guru bk melayani baik siswa yang bermasalah atau yang tidak untuk menjadikan siswa lebih berkarakter lagi atau lebih bisa mengembangkan kemampuannya.
pengalamannya masih tersimpan banget ya pak :)

menurut ane dasar emang perlu tapi penerapannya harus lebih realistik gan ..

iya pak, bener banget.
dasar kan untuk pijakan kita melangkah. setelah itu pengaplikasiannya dalam pelayanan kudu setimpal dengan dasarnya ini.
terimkasih kunjungannya pak

iya pak, terima kasih kunjungannya. semoga dapat membekas dihati untuk berkunjung kembali :D

wah bermanfaat sekali pa guru artikel nya

iya pak, agar semua pihak dapat lebih memahami arti bimbingan dan konseling di sekolah.

info nya lengkap, padat, dan akurat

semoga makin menambah wawasan ya gan

Lengkap pak pembahasannya. Mantapp

semoga bermanfaat ya.

terima kasih kunjungannya.

blognya meng edukasi banget gan

Aminn pak, menerapkan ilmu saja pak agar lebih berkembang.

Terimakasih kunjungannya pak

sangat lengkap dan padat pak.

sukses selalu ya :D

Terima kasih pak, semoga bermanfaat dan terima kasih kunjungannya.

Sangat membantu pak artikelnya.
Bisa lebih paham tentang bimbingan dan konseling

Alhamdulillah pak, semoga cepat memahami urgensi bimbingan dan konseling

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon